BAB 10

165 18 2
                                    

"Sudah waktunya kita kembali ke pesta, kurasa ayahku ingin bertemu denganmu".

Pungkas Odelia, seraya bangkit dari kursi yang didudukinya.

Tanpa menjawab perkataannya itu, aku dan Edward perlahan berjalan mengikuti langkah Odelia dari belakang.

"Duke, apakah anda seseorang yang pernah saya kenal?".

Kala itu seorang lady berambut panjang bewarna perak berlari kecil kearahku, ia tersenyum senang bagai bertemu seseorang yang telah lama ia tunggu.

"Apakah kita saling mengenal nona?".

Jawabku datar.

"Tentu, aku adalah Charlotte Barnett, kita pernah bertemu saat aku menjemput kakakku dikediaman anda beberapa tahun yang lalu".

Jawabnya yang masih berekspresi ceria.

"Ah, aku mengingatmu, kau adalah adik Aaron Barnett. Bagaimana kabarmu? Ku dengar kakakmu sedang menempuh pendidikannya diperguruan tinggi".

Kala itu Odelia dan Edward meninggalkanku bersama Charlotte.

"Seperti yang anda lihat, aku dalam kondisi baik dan kakakku memang sedang menempuh pendidikannya, selamat atas kemenanganmu Duke, kami sangat bangga, karena prestasi yang anda raih, kondisi kekaisaran semakin baik dan damai".

Serunya yang kala itu sembari memberiku segelas jus yang dibawakan oleh seorang pelayan.

"Aku senang mendengarnya, dan terima kasih atas ucapanmu. Aku permisi dahulu karena aku memiliki urusan lain".

Pungkasku dan perlahan melangkah pergi, menghampiri Odelia dan Edward yang tengah berbincang tanpaku.

                                 ***

Pesta pendirian kekaisaran diadakan dengan penuh kemeriahan, para pasangan bangsawan saling berdansa, begitupun dengan Edrwad yang berhasil mendapatkan dansa pertama dari Odelia.

Kala itu aku menatap sekeliling aula yang sangat megah, warna terang dan kerlap-kerlap cahaya dari lampu penerangan disetiap sudut istana membuat mataku seakan berbinar, karena sudah sangat lama aku tak pernah menghadiri acara seperti ini.

"Apakah kau menikmati pesta ini? Aku sengaja membuatnya semeriah mungkin, anggaplah sebagai tanda apresiasi keberanianmu menghadapi pangeran yang terkenal gila itu".

Mendengar suara seorang Pria Tua, seketika aku berpaling dan menatap kearahnya yang telah berdiri tepat disampingku.

"Salam kepada yang mulia sang matahari keabadian monarki Glitzy".

Seruku sembari membungkukkan tubuh padanya.
Perlahan mataku menatapnya tajam, mengingat ia yang dengan sengaja memerintahkanku terus berperang tanpa henti setelah kematian ibuku.

Bahkan ia tak menghadiri pemakaman kedua orangtuaku.

"Ho,ho,ho tak kusangka anjing kecil yang lucu sekarang beranjak dewasa".

Ucapnya ketus.

"Ampuni saya yang mulia, namun saya seorang manusia".

Jawabku tegas, hingga membuat ia dengan seketika mengernyitkan keningnya.

"Hahaha, bagiku seorang yang melindugi kekaisaran ini seperti seekor anjing penjaga, ia akan selalu patuh pada pemiliknya, karena kecintaannya pada tuannya".

Seketika aku mengepal erat jemariku, ingin rasanya aku membunuhnya sekarang juga, namun aku masih memikirkan Odelia, hingga tak ingin membuatnya kecewa.

"Jangan kau pikir dengan kemenanganmu yang berturut-turut itu menjadikanmu seorang yang hebat, aku lah sang nomor 1 di kekaisaran ini."

Ucapnya lagi, hingga akhirnya ia melengos pergi.

____________________________________

Maaf ya partnya pendek, karena Author agak sedikit sibuk 🥺

pecintasenjamu


Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang