Tanpa terasa matahari telah tenggelam dan hari mulai gelap, kami telah mengunjungi banyak desa dan membagikan kantung berisi koin emas dengan rata.
Tak ku sangka para penduduk menyambut kami dengan baik dan tak ada yang menyalahkanku dengan keadaan ini, malah diantara mereka ada yang tak mau menerima kantung itu, hingga aku harus memaksa dan meyakinkan mereka agar menerima sedikit pemberianku ini.
"Aku tahu kalian sangat lelah, hari ini sudah cukup dan kita akan kembali ke kastil."
Ucapku pada semua ksatria yang pergi bersamaku.
***
Malam itu kondisi kastil tampak kondusif, pekerja yang merenovasi kastil menghentikan pekerjaannya dan menyambut kedatanganku.
"Terima kasih atas kerja keras kalian semua, apakah makan malam sudah disiapkan?."
Dengan postur tubuh yang tampak kokoh, aku menatap kepala pelayan yang berdiri tepat disampingku.
"Tentu tuan, makan malam yang lezat telah kami siapkan untuk anda."
Jawabnya tersenyum bangga.
"Baiklah, malam ini mari kita makan bersama sebagai penyambutan kepulanganku dari peperangan dan sebagai harapan kebangkitan tanah duchy."
Kala itu para pekerja tampak antusias, dengan sigap mereka menyusun hidangan diaula pertemuan, karena hanya ruangan itu yang layak untuk kami makan bersama.
Aku bersyukur kali ini kami bisa memakan hidangan yang lezat dan bergizi, dan aku berjanji akan bekerja keras hingga orang-orangku tak akan menderita lagi.
***
Meski telah menyelesaikan makan malam, namun kami masih berada di aula itu, karena aku ingin bersantai sejenak setelah bekerja sepanjang hari.
"Fel, aku ingin tahu apakah ada keluhan atau kendala dalam renovasi hari ini?."
Tanyaku sebagai pembuka pembicaraan kala itu.
"Semuanya berjalan lancar tuan, hanya satu yang membuat para pekerja kesulitan, yaitu pendistribusian bahan bangunan, karena tanah yang terjal membuat pengirim barang sampai lebih lama dari waktu yang ditentukan."
Beda dari biasanya, Fel tampak segan saat mengungkapkan kalimat itu.
"Baiklah, besok aku akan meninjaunya sembari ke kota untuk membeli bibit dan hewan ternak. Lalu bagaimana dengan anda Tuan Shem, apakah ada keluhan tentang bahan makanan dan penjahit pakaian?".
Tampaknya kepala kepala pelayan ingin mengatakan sesuatu, karena sedari tadi ia menatapku dan sesekali ia membuka mulutnya tanpa mengeluarkan suara, hingga akhirnya aku bertanya agar ia bisa melepaskan hal berat dihatinya.
"Sebenarnya saya tidak suka jika terus membeli bahan makanan pada para pedagang licik itu Tuan, mereka mematok harga yang tak masuk akal. Dan untuk penjahit pakaian, tak ada yang perlu anda khawatirkan Tuan."
Jawabnya dengan nada yang sedikit emosi, meskipun wajahnya itu tampak santai.
"Terima kasih atas kejujuran kalian semua, untuk sementara ini kita harus bersabar.
Memang benar, bahan pokok sangat mahal, dan aku berencana kedepannya kita tak perlu lagi seperti ini, karena diduchy kita akan mendapatkannya dengan harga murah ataupun gratis."Seruku, hingga membuat suaraku menggema di aula, karena suasana sunyi kala itu.
Wajah para pekerja tampak cemas seakan menganggap ucapanku sebagai omong kosong."Aku tahu, akan sulit meraih semua itu karena bagaikan sebuah angan-angan, namun jika kalian membantuku, aku yakin semua itu akan terwujud."
Senyumku menjadi penutup makan malam itu, hingga akhirnya aku kembali kekamar untuk beristirahat.
***
Ku tatap langit-langit kamarku yang gelap, aku sedikit lega akhirnya aku bisa mengembalikan senyuman orang-orangku, termasuk senyumku yang telah lama pudar.
Hingga akhirnya pikiranku mengarah pada perjodohanku dengan putri Count.
Pria Tua bangka itu tak layak disebut kaisar, seenaknya ia membuatkan tali kekang padaku.
Namun untuk saat ini aku belum memiliki rencana apapun, dan masih memperhatikan bagaimana keadaan kedepannya.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.