BAB 28

46 6 0
                                    

Meski dilokasi pertempuran sudah banyak prajurit yang diturunkan, namun belum tampak adanya tanda kemenangan dari kami.

Suku barbar terkenal kuat, tubuh mereka yang besar dan menjulang tinggi membuat kami kesulitan menghadapinya.

Darah dari mayat yang bergelimpangan membuat pikiranku berkecamuk hampir putus asa.

Aku berlari mendekat, mengayunkan pedang kearah pemimpin suku Barbar itu. Sayangnya, aku hanya berhasil menggores sedikit luka.

"Hanya segitu kehebatanmu Duke?"

Pemimpin suku barbar itu tertawa, ia mengangkat palu besar yang digenggamnya kuat, seketika aku menghindar saat palu besar itu hampir menghancurkan tubuhku.

"Inilah yang aku suka, aku akan mempertemukanmu dengan ayahmu!"

Kalimat yang dilontarkannya membuatku geram dan malah bersemangat untuk membinasakannya.

"Tembak!"

Seruanku itu seketika membuat langit menurunkan hujan anak panah yang tak terhitung jumlahnya.

panah tajam mengenai kening pemimpin suku barbar itu, membuat ia tampak bermandikan darah.
sementara itu, aku yang melompat kesebuah jurang demi melancarkan rencana ini terbaring lemas, tubuhku terhanyut mengikuti aliran air dibawahnya.

Sepertinya kakiku patah, karena aku tak bisa merasakan kakiku yang tadinya kesemutan.

Hingga akhirnya aku tak merasakan apapun pada tubuhku.

                                  ***

"Duke! Duke! Duke!"

Perlahan aku membuka mataku saat tubuhku merasakan sakit yang luar biasa.

"Syukurlah anda sudah sadar."

Wajahku mengarah pada suara pria yang kala itu berdiri dihadapanku.

"Frank? kau masih hidup?"

Seruku saat kulihat Prajurit yang tak kalah hebat ini masih bisa ikut berperang meski ia menggunakan kaki palsu.

Ia adalah prajurit yang berasal dari rakyat biasa, aku mengira ia juga kehilangan nyawa seperti ayahku, karena sudah belasan tahun aku tak mendengar kabarnya.

"Tuan, sebaiknya anda jangan banyak bergerak."

Sontak aku menatap kakiku yang telah dibalut perban, sepertinya ia yang telah menolongku.

"Anda tak perlu khawatir akan kehilangan kaki, karena dengan waktu seminggu kaki anda akan sembuh."

Meski ia berbicara ketus, namun aku tetap saja menganggumi dirinya seperti aku menganggumi guru dan ayahku.
Ia yang bukan seorang bangsawan bisa diposisi ini walaupun hinaan dan cacian selalu ditujukan padanya, hingga ia berhasil menunjukkan bakatnya pada orang-orang yang mencemoohnya.

"Minumlah ini tuan, anda bisa bersantai karena perang ini telah usai, terima kasih atas ide cemerlang yang anda berikan, walaupun diri anda sendirilah yang menjadi taruhannya.
Saya tak bisa membayangkan jika rencana ini gagal."

Seraya meneguk air obat yang diberikan Frank, aku mengingat kembali saat aku mengamati perang yang sebenarnya tak seimbang ini.

Tubuh besar dan tinggi dari suku barbar itu membuat para prajurit kesulitan menebas daerah vital mereka, hingga dengan terpaksa aku merealisasikan ide gila ini meski kemenangannya hanya 10%.

Dengan menggunakan diriku sendiri sebagai umpan, aku membawa pemimpin mereka ketanah rendah yang berada didekat jurang , agar para prajurit yang sedang bersembunyi dibalik bukit mudah membidikkan panahnya kearah pemimpin suku barbar itu, awalnya aku pasrah jika mati setelah melompat ke air yang dalam itu, karena hanya ini satu-satunya cara yang terpikirkan dalam otakku.

Suku barbar itu hanya bisa mati jika dahi mereka tertancap benda tajam, itulah yang kupelajari, saat tanpa sengaja aku menghunuskan pedangku pada kepala seorang barbar yang tersungkur.

Karena mereka memiliki kondisi fisik yang baik, membuat mereka lebih cepat pulih jika hanya terluka pada tubuh bagian lain.

Aku mengerti jika suku barbar bukanlah orang biasa, mereka memang sulit dimusnahkan, itulah penyebab peperangan di Valois (daerah terburuk diujung kekaisaran, perbatasan daerah dengan suku Barbar) tak pernah usai.

"Bagaimana dengan yang lainnya?"

Ujarku pada Frank yang masih berdiri tegak meski ia tampak lelah.

"Para prajurit yang masih hidup mengumpulkan mayat untuk dikuburkan, Tuan."

Aku menghela nafas panjang saat mendengar kata mayat, meski aku sudah terbiasa dengan peperangan, namun aku selalu merasa bersalah, aku membayangkan keluarga mereka yang ditinggalkan.

"Sedangkan suku barbar yang telah kehilangan pemimpinnya berlarian bingung, mereka seolah tak bisa berbuat apa-apa, namun itu menjadi kesempatan bagi kami, Berkat anda suku barbar yang puluhan tahun menjadi musuh utama kekaisaran kini tinggal cerita. Saya mengerti mengapa Duke terdahulu selalu membanggakan anda, ia pasti sedang menatap putranya yang seorang pahlawan kekaisaran."

Frank tersenyum seraya melangkah meninggalkanku ditenda ini, bahkan aku tak sempat mengucapkan terima kasih padanya.

"Ibu, Ayah, kurahap apa yang dikatakan Frank benar. Agar aku tak lagi menyalahkan diriku sendiri."

                                ***

Lima hari berlalu, dan kakiku sudah bisa digerakkan, saat itu aku bangkit keluar dari tenda, disana aku menatap tanah gersang yang menjadi tempat perang mengerikan.

"Tuan, apakah kondisi anda sudah membaik?"

Salah seorang prajurit berjalan kearahku, ia menatap kakiku cemas.

"Aku sudah pulih, dimana Frank?"

Mataku mengarah kearah lain tempat beberapa prajurit yang kala itu ikut menghampiriku.

"Dia sudah kembali kekampung halamannya Tuan, apakah ada yang anda butuhkan?"

Kini prajurit itu menatapku bingung, mungkin baginya aneh jika seorang bangsawan mencari keberadaan rakyat biasa.

"Tidak, aku bersiap kembali kekaisaran, karena beberapa hari lagi Putri Mahkota berulang tahun, sekalian aku meminta bala bantuan untuk mengevakuasi prajurit yang butuh pengobatan."

Prajurit itu mengangguk dan kemudian ia berjalan mengambil kain hitam, ia menyerahkan kain berisi pedang milikku yang telah dibersihkan.

"Saya harap anda kembali dengan selamat Tuan, terima kasih atas pengorbanan anda, kami akan mengingatnya seumur hidup kami."

______________________________________

Maaf ya Bab nya pendek karena mendekati tamat 😁🙏

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang