Sejak Odelia mengunjungiku dua hari yang lalu, kehidupanku seolah kembali bewarna, kuingat kenangan ketika kami bermain bersama, tanpa terasa sekarang kami memiliki kesibukan masing-masing.
Dengan langkah perlahan aku mengintari ruangan kastil yang seakan tak berpenghuni karena didalamnya hanya aku dan beberapa pelayan yang bisa dihitung jari.
"Tuan, apakah hari ini anda akan makan malam diruang kerja seperti sebelumnya?".
Ucap seorang pelayan pengganti bibi, dengan terpaksa aku memerintahkan bibi untuk pensiun dan memulangkan ia ke kampung halamannnya, karena aku tidak tega melihat bibi yang sudah renta terus membantu untuk mengurus kastil ini.
"Benar, segera antarkan makan malam diruangan kerjaku."
"Baik Tuan".
Jawab pelayan itu menimpali sebelum akhirnya ia membungkukkan tubuhnya dan perlahan kembali pada pekerjaannya.Setelah memenangkan perang yang cukup melelahkan, tanpa kenal waktu aku terus berada diruangan kerjaku, karena aku harus menyelesaikan pengurusan wilayah yang telah banyak ku lewatkan.
***
Tok,,,tokk,,,tokk
Suara ketukan pintu kamarku membuat aku membuka mata, pagi ini adalah hari dimana pesta pendirian kekaisaran dilaksanakan.
"Masuklah".
Seruku pada pelayan dibalik pintu itu."Tuan, saya akan membantu anda menyiapkan diri untuk menghadiri pesta".
Sudah sangat lama aku tak merasakan hal seperti ini, jantungku berdegup kencang sesaat mengingat akan bertemu para bangsawan dari berbagai daerah.
Kutatap sebuah cermin yang menunjukkan pakaian resmi yang kukenakan, rasanya berbeda seperti bukan diriku. Karena biasanya aku sangat jarang melepas pakaian jirahku.
"Tuan, saya mohon izin memakaikan pin ini pada anda".
Ucap pelayan itu sembari merekatkannya pada kain yang berada pada dada kiriku, itu adalah pin yang berlambang wilayah duchy utara.
"Tuan, saya telah selesai membantu anda. Silahkan sarapan terlebih dahulu karena koki telah menyiapkannya di ruangan makan".
Tutur pelayan itu lagi, dan ia membungkuk sebelum meninggalkanku sendiri.
***
Ntah mengapa makanan yang kusantap terasa hambar, berbeda saat aku sarapan bersama Odelia, ntah karena aku yang kesepian atau memang makanan ini kurang layak, karena persediaan makanan dikastilku mulai menipis.
"Pelayan, segera keluarkan kudaku, karena aku telah bersiap untuk berangkat".
Ujarku yang kala itu telah menyelesaikan beberapa pekerjaanku.
"Mengapa anda tidak menggunakan kereta kuda tuan? Kami telah menyiapkannya dihalaman".
Jawab seorang pelayan laki-laki yang biasanya bertugas memeriksa persedian digudang.
"Tidak, aku ingin lebih cepat sampai begitupun sebaliknya".
Seruku yang perlahan melangkah keluar dari ruang kerjaku.
"Baik Tuan".
Jawab pelayan itu lagi.
Para pekerja mengantar kepergianku menuju Istana, tampak diwajah mereka yang memperlihatkan wajah senang dan penuh kebanggaan, jauh berbeda ketika aku berpamitan akan pergi berperang.
"Tuan, kami harap anda selamat"
Ucap para pelayan bersama-sama, hingga membuatku tersentuh.
"Terima kasih"
Pungkasku yang seketika itu telah duduk dipunggung kuda kesayanganku.
***
"Duke Cedric Eleanor Rothesay memasuki Ruangan"
Seru seorang penjaga pintu ketika aku melangkah memasuki ruangan pesta, kala itu para bangsawan menatapku lama sehingga membuatku merasa tak nyaman.
"Tuan Duke selamat atas kemenangan anda yang begitu mengagumkan".
Tutur seorang Lady tak kukenal, ia mencoba mengajakku berbincang.
"Terima kasih sanjungannya nona". Lirihku pelan.
"Tuan, anda sangat hebat sehingga membuat kerajaan kecil yang membangkang kini tunduk pada kekaisaran".
"Benar Tuan, anda yang terbaik".
Para Lady mulai bergerombol menghalangiku sehingga membuatku sesak.
"Sudah lama kita tak bertemu, aku senang mendengar kabar kemenanganmu, Duke".
Seru seorang yang begitu kukenal, ia adalah Edward Garrick putra Grand Duke yang pernah berlatih pedang denganku ketika remaja.
"Bagaimana kabarmu?".
"Seperti yang kau lihat, aku dalam kondisi baik. Ayo ikut aku menemui Odelia".
Aku bersyukur Edward meloloskanku dari para lady ini, hingga akhirnya aku bernapas lega.
"Lihatlah siapa yang datang?"
Tutur Edrwad yang kala itu sembari membuka tirai yang menutupi balkon."Ku kira kau tak akan datang Cedric".
Ujar Odelia.
"Tentu aku harus datang mengingat seseorang yang penting memberikan undangan langsung padaku".
Tuturku pelan sembari memberi senyuman hangat pada Odelia.
"Duduklah, ketika kita bersama mengingatkanku saat umurku delapan tahun".
Pungkas Odelia.
"Saat itu gigi anda masih ompong".
Jawabku menimpali, hingga membuat Edward seketika terkekeh.
"Namun siapa yang menyangka, seorang yang begitu mempesona ini adalah putri mahkota kita yang ompong dan cerewet".
Seru Edward mencairkan suasana kala itu, hingga membuat tubuhku yang tegang menjadi kembali santai.
Aku senang, setelah sekian lama akhirnya kami bisa menceritakan kembali kenangan saat bersama dulu.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.