Seperti makan malam sebelumnya, kali ini semuanya tampak berjalan sempurna.
Hingga tiga tahun telah berlalu dan benar saja, duchy dengan begitu cepat mengalami kemajuan, para penduduk tak lagi menderita kelaparan, bahkan orang-orang yang telah meninggalkan duchy, kembali dan memohon untuk diberi perkerjaan.
"Ibu, kuharap kau melihat jerih payahku, semoga kau bangga karena putramu ini telah berhasil keluar dari masa yang begitu kelam."
***
Sekarang adalah hari dimana aku mengunjungi county, meski aku telah bertunangan dengan putri sulung keluarga itu, namun tak sekalipun aku pernah melihat sosoknya, karena keluarga itu selalu berdalih bahwa putri mereka adalah lady yang pemalu.
Ntah mengapa hari ini aku berharap bisa bertemu dengan gadis itu, meski aku tak menyukai perjodohan ini, kuharap ia adalah lady yang bisa diajak bekerjasama.
"Tuan, kereta kuda anda sudah siap."
Ujar seorang pelayan yang biasa menyiapkan keperluanku, ia adalah pelayan termuda dikastil ini, aku mengingat kala bibi membawanya dari panti asuhan saat aku dan ibu sedang makan siang bersama.
Ketika itu ia berusia enam tahun, sedangkan aku masih sebelas tahun.Perlahan mataku menatap ruangan ditempat aku berdiri, sangat berbeda dengan beberapa tahun lalu, terlihat megah dan mewah, namun aku masih saja merasa adanya kekosongan dalam diriku.
"Selamat jalan Tuan."
Ujar pelayan itu lagi, ia mengantar kepergianku.
***
Perjalanan yang sangat lama telah kutempuh, hingga akhirnya aku tiba di kastil keluarga count, keluarga itu telah menunggu kedatanganku dihalaman kastil mereka.
Tampak Selir count berdiri diantara dua orang lady, seorang lady tak ku kenal itu pastinya adalah tunanganku.
"Selamat datang yang mulia Duke."
Ucap mereka bersama-sama saat aku keluar dari kereta kuda.
"Terima kasih."
Mataku tertuju pada seorang lady yang tampak pucat, ia memiliki rambut panjang bewarna perak yang merupakan ciri khas keluarga count, tubuhnya begitu kurus, sepertinya ia sedang sakit.
"Tuan, ini adalah putri sulung kami yang bernama Liliana, ia adalah tunangan anda."
sembari mendekatkan Liliana dihadapanku, selir count yang bernama Barbara itu berekspresi seakan ia sedang kesal.
"Saya sangat senang anda sudi mengunjungi wilayah kami Tuan, ini adalah pertemuan pertama kita, kuharap kita akan mengenal dengan baik."
Timpal lady yang bernama Liliana itu, ia terus menunduk tak menatap wajahku, sepertinya memang benar ia adalah lady yang pemalu.
"Bagaimana kabar anda Tuan, terakhir kita bertemu tiga tahun lalu saat pesta pendirian kekaisaran, saya tak menyangka setelahnya anda tak lagi menghadiri pesta."
Tutur seorang lady yang tak lain adalah Charlotte Barnett, putri bungsu keluarga count.
"Seperti yang kau lihat, aku dalam keadaan baik. Aku tak sempat menghadiri pesta, karena kau pasti sudah tahu tentang keadaan wilayahku."
Pungkasku yang ntah mengapa aku malas berbasa-basi dengan keluarga ini.
"Kami sangat bangga dengan usaha anda yang berbuah hasil Tuan, setelah keluarga kita bersatu, kami akan menyokong duchy supaya lebih maju dari sekarang ini."
Pembicaraan ini membuatku lelah, keluarga ini hanya fokus tentang pencapaian, Meski county wilayah terkaya dikekaisaran, namun mereka tampak seperti orang yang serakah.
***
Liliana masih saja menundukkan wajahnya, hingga aku merasa iapun sama denganku yang menolak perjodohan ini.
"Ibu, sepertinya aku tak sanggup menelan hidangan ini. Perutku terasa sakit."
Ucap Liliana, saat ia akan menyuapkan sepotong daging kemulutnya.
"Ah anak ini, maaf Duke, ia memang sangat pemilih soal makanan, dan saat ini ia kurang enak badan."
Selir count mencoba menenangkan putrinya itu, hingga kemudian ia membawa Liliana pergi meninggalkan meja makan.
Kala itu Liliana tak lagi menundukkan wajahnya, ia menatapku dengan tatapan yang sedih, aku tahu ia pasti malu dan merasa bersalah saat tunangan yang baru pertama kali ditemuinya harus melihat keadaannya yang tidak sehat.
"Tuan, silahkan. Ini adalah hidangan khas wilayah county, aku yakin anda menyukainya."
Sembari menaruh potongan daging ayam kedalam piringku, Charlotte kembali mengajakku berbincang hingga pandanganku yang tadi terus menatap Liliana, kini beralih kearahnya.
"Terima Kasih, apakah Aaron masih berada di akademi?".
Tanyaku yang mencoba mencairkan suasana itu.
"Benar Tuan, Kakak melanjutkan sekolahnya, setelah lulus ia akan kembali."
Dengan ekspresi malu-malu, wajahnya memerah saat mata kami saling bertatapan, ia membuatku tak nyaman.
"Dan bagaimana dengan Tuan Count, apakah ia masih sakit?".
Tanyaku lagi yang ntah mengapa aku merasa aneh dengan keluarga ini.
"Ayah masih sama seperti sebelumnya Tuan, namun ibu terus mencari tabib yang bisa menyembuhkan ayah."
Sahutnya yang seketika tampak sedih saat menceritakan keadaan count.
____________________________________
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.