BAB 21

64 8 1
                                    

Tak berselang lama, berita tentang pengusiran tunanganku redup berganti dengan berita kepulangan putra sulung keluarga itu, Aaron Barnett, seorang pria yang pernah sebangku denganku saat diakademi.

Digadang-gadang, ia akan menjadi Count selanjutnya dalam waktu dekat, karena aku telah mendapatkan surat undangan untuk menghadiri pesta dikediamannya 10 hari lagi.

"Tuan, sepertinya kita mendapat masalah karena anak-anak diperbatasan terkena penyakit!"

Seru Fel yang kini bertugas menjaga tanah duchy di bagian timur, dengan tergopoh-gopoh ia menghampiriku yang kala itu sedang mengatur pendistribusian pangan untuk seluruh penduduk perbatasan duchy.

"Apakah kau bisa menjelaskan ciri penyakit itu Fel?".

Aku yang cemas seketika menghampirinya yang masih tampak kelelahan.

"Mereka demam tinggi dan terdapat beberapa ruam ditubuh, sehingga para penduduk tak dapat melakukan aktvitasnya karena sibuk mencari cara demi kesembuhan anak-anak mereka."

Baru kali ini aku mendengar penyakit seperti itu, wajar jika Fel begitu panik.

"Apakah anak-anak itu mengalami radang tenggorokan Ksatria Fel?"

Sahut Rona menimpali, kebetulan ia berada disekitarku untuk mengemas persediaan pangan yang telah disiapkan.

"Aku tak begitu paham, namun beberapa diantaranya mengeluh sakit saat menelan sesuatu, apakah itu termasuk radang tenggorokan?"

Fel mengernyitkan keningnya seraya menjelaskan keadaan anak-anak disana.

"Benar, saya tahu tentang penyakit itu karena ketika masih dipanti beberapa anak menderita penyakit yang memiliki ciri sama termasuk saya, pengasuh disana membiarkan kami hingga anak-anak disana tak mampu melawan penyakit itu sampai ajal menjemput, namun seorang pengasuh baru diam-diam memberikan obat dan merawat saya hingga saya sembuh, sayangnya ia dijual kerumah bordir karena ketahuan."

Ujar Rona seraya mengikatkan kain yang menjadi penutup kotak-kotak besar berisi gandum, aku dan Fel saling memandang saat mendengar jawaban Rona yang begitu miris mengenai pengalamannya ketika masih kecil.

"Kejam sekali, mengapa ada panti seperti itu? Apakah tak ada yang mengadu pada pemimpin daerah itu?"

Fel yang geram memekik hingga membuat pelayan lainnya terkejut akan suaranya, apalagi melihat orang tua itu tampak murka.

Sembari tersenyum Rona berkata "Pemimpin daerah itulah yang memelihara panti asuhan itu Tuan."

Tatapan nanar Rona membuatku semakin terkejut, karena baru kali ini aku tahu adanya panti asuhan yang seperti itu, ntah bagaimana bibi membawa ia dari panti asuhan itu.

"Dimana panti asuhan iblis itu? Aku yang akan meluluh lantakkannya sekarang juga!"

Fel yang semakin geram seketika mengeluarkan pedang dari sarungnya.

"Ksatria, anda harus hati-hati dengan pedang itu, saya berterima kasih atas niat anda, namun itu tidaklah mudah, karena Panti Asuhan itu adalah milik Nyonya Barbara yang merupakan selir mendiang Count, maaf jika saya menyinggung anda Tuan Duke, namun itulah adanya, mereka sengaja memelihara anak-anak terlantar dan ketika usia kami mencapai  15 tahun, kami akan dijual kerumah bordir, bagi yang beruntung akan dijadikan budak pemuas nafsu bangsawan, karena kehidupan mereka lebih baik dan terawat jika tinggal dirumah bangsawan, saya beruntung Kepala Pelayan sebelumnya menyelamatkan saya, meski ia berbohong dengan mengatakan umur saya tak lama lagi dan ia harus mengeluarkan uang yang tidak sedikit sebagai biaya selama saya tinggal ditempat itu."

Sontak jantungku seperti berhenti berdetak mendengar cerita mengerihkan itu, tak kusangka keluarga itu benar-benar bemasalah.

"Aku minta maaf atas hal yang menimpamu, meski aku tak bisa membuat panti asuhan itu hancur, namun kau aman berada diduchy."

Ujarku yang kala itu membuang pandanganku kearah lain sembari meruntukki nasibku yang tak beruntung ini.

"Sungguh saya beruntung menjadi pelayan anda Tuan, mengenai panti asuhan, itu bukanlah kesalahan anda. Saya hanya menceritakan pengalaman tentang penyakit yang pernah menimpa anak-anak disana, maaf jika itu membuat anda terluka."

Sahut Rona yang perlahan bangkit dan berjalan kearahku, gadis muda itu tersenyum memandang ceria, seakan hal tentang dirinya bukanlah masalah besar.

"Jika anda tak keberatan, apakah saya boleh ikut keperbatasan timur Tuan?, karena saya tahu obat yang dapat menyembuhkan anak-anak disana, pengasuh yang pernah merawat saya membuat catatan obat, hingga saya mempelajarinya."

Tutur lembut yang dilontarkan pelayan itu membawa secercah harapan, ntah mengapa aku percaya padanya.

"Fel, siapkan akomodasi sekarang juga, kita akan berangkat keperbatasan timur, dan Rona buatkan daftar apa-apa saja yang harus dibeli untuk dijadikan obat."

Seketika keduanya mengangguk dan Fel segera pergi meninggalkan kami berdua.

"Terima kasih telah mengizinkan saya Tuan, sebenarnya obat itu tak sulit dibuat, karena bahan-bahannya tersedia di pertanian dan peternakan kita."

Ujar pelayanku yang kala itu matanya tampak membulat dan pipinya sedikit merona, ia sangat senang, baru kali ini aku melihatnya sebahagia itu, hingga membuatku sedikit bangga karena telah berhasil menghapus ekspresi datarnya.

"Jika begitu menurutmu, bantulah aku menyiapkan bahan-bahan itu Rona, agar kita segera berangkat lebih cepat."

Seketika ia mengangguk dan menarik lenganku.

"Maafkan atas ketidaksopanan saya Tuan, saya begitu senang hingga tanpa sengaja melakukan hal serendah itu."

Ia segera berlutut dihadapanku dan menunduk kearah tanah serendahnya.

"Bangunlah Rona, itu bukanlah ketidaksopanan, aku tak mempersalahkannya, kau hanya membantuku menangani masalah diperbatasan."

Perlahan aku membantunya bangkit, sejujurnya jika gadis lain yang melakukan itu, pasti akan membuatku risih, mungkin karena ia orang terdekatku hingga tubuh ini tak menganggapnya sebuah ancaman.

                            
                              ***

Aku dan Rona meminta bantuan para penduduk untuk mengumpulkan bahan-bahan yang harus kami bawa keperbatasan timur, hingga tanpa memakan waktu lama, semuanya telah terkumpul.

Bahan-bahan diantaranya adalah madu manuka, akar asparagus, dan beberapa buah-buahan, Rona mengatakan ia akan mencapurkan bahan-bahan itu dan meminumkannya pada anak-anak yang menderita penyakit tersebut.

"Tuan, semua bahan telah terkumpul, sepertinya kita harus segera berangkat, karena anak-anak itu pasti sangat menderita menahan penyakitnya."

Rona yang telah mengganti pakaiannya berjalan kearahku bersama sebuah tas ditangan kirinya, mungkin itu adalah perlengkapan yang akan dibawanya.

"Benar Rona, kita akan menunggu Fel dan beberapa prajurit lainnya, karena perjalanan ini tak dekat,  kau akan naik kuda bersamaku, kereta kuda akan menghambat perjalanan kita."

Rona menganggukkan wajahnya tanpa bertanya.

"Tuan, apakah semuanya sudah siap!?"

Seru Fel bersama lima orang prajurit yang kala itu menghampiri kami bersama kuda-kudanya, mereka telah mengikatkan perlengkapan yang akan dibawa keperbatasan timur pada kuda masing-masing.

"Kalian segeralah berangkat, aku akan menyusul!".

Seketika kuda-kuda itu menghentakkan kakinya dan pergi meninggalkan kami.

"Rona, permisi sebentar."

Ujarku yang seketika mengangkat tubuh mungil Rona keatas punggung kudaku, tanpa jeda aku segera menaiki kuda hitam kesayanganku.

Kini Rona duduk tepat dihadapanku, dan ia diam tak mempertanyakan tindakanku, sesekali tanpa sengaja lenganku meraih pinggangnya karena aku takut ia terjatuh.

____________________________________

pecintasenjamu

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang