BAB 22

64 7 3
                                    

"Semuanya berhenti, kita harus beristirahat!"

Seruku saat kulihat kuda-kuda itu mulai kelelahan, karena kami telah menempuh perjalanan sehari semalam.

Serentak para prajut menuruni kuda dan segera menepi mencari tanah datar yang cocok dijadikan tempat beristirahat.

Perlahan  kuraih tubuh Rona saat ia kesulitan kala menuruni kuda hitam milikku.

"Terima Kasih Tuan."

Rona membungkukkan tubuhnya seraya menyingkap tudung dari jubah yang dikenakannya.

Kemudian seorang prajurit mengumpulkan kayu dan membuat api unggun untuk menghangatkan badan, sedangkan prajurit lainnya memasang sebuah tenda dan mengeluarkan bahan pangan untuk santapan makan malam.

"Tuan, apakah ada yang bisa saya bantu?"

Rona yang kala itu berdiri disampingku tampak segan saat dirinya tak melakukan apa-apa.

"Tenda itu segera selesai, kau beristirahatlah disana, karena begitu sampai kau akan memiliki banyak pekerjaan Rona."

Sahutku menatap kearah tenda yang talinya sedang diikatkan ke sebuah kayu yang telah dibenamkan.

"Bukankah itu milik anda? Apakah tidak masalah jika anda berbagi tempat tidur dengan saya Tuan?"

Seketika aku terkekeh mendengar kalimat yang dilontarkannya, dengan begitu polosnya ia mengucapkan hal itu.

"Kaulah yang akan tidur disana, aku sudah terbiasa tidur diatas batu ataupun tanah."

Aku tersenyum seraya melangkahkan kaki menuju Fel, ia tampak sedang memanggang beberapa ekor ayam yang telah dimarinasi diatas api unggun.

"Ta,tapi Tuan?"

Rona yang mengeluh mengikuti langkahku dari belakang, gadis muda itu tampak segan sehingga ia kembali menundukkan pandagannya dan diam seribu bahasa saat para prajurit telah berkumpul.

"Nona Pelayan, ini adalah makan malam milikmu, silahkan dihabiskan."

Ucap seorang prajurit menyodorkan sepotong ayam yang telah ia panggang, seketika Rona menerimanya sembari menganggukkan wajahnya.

"Perbatasan bagian timur sangat jauh hingga memakan waktu tiga hari untuk sampai kesana,  malam ini kita akan beristirahat, dan kembali berangkat saat fajar."

Tuturku membuka obrolan tentang ekspedisi kesebuah desa.

"Baik Tuan!"

Sahut para prajurit serentak.

"Saya akan mengatur para prajurit untuk bergantian berjaga tuan."

Timpal Fel saat kami telah menyelesaikan makan malam itu.

"Baiklah, aku dan Rona duluan karena ada yang harus aku tanyakan padanya."

                              ***

Perlahan Rona mengeluarkan bahan-bahan yang telah disiapkan dari dalam kotak sedang, ia menjelaskan cara mencampurkan bahan-bahan itu padaku, malam itu Rona berencana meracik obat agar saat kami tiba, ia bisa langsung mengobati anak-anak disana.

"Jika aku tahu kau memiliki kemampuan seperti itu, aku bisa merekomendasikanmu pada balai pengobatan agar kau belajar dan bisa bekerja disana."

Ujarku yang tanpa sadar memiliki ide itu.

"Kalau bukan untuk membantu anda, seumur hidup saya tak akan mengatakan jika saya tahu tentang obat ini tuan."

Sahut pelayan pribadiku yang masih sibuk menuangkan cairan obat pada botol kecil.

Aku diam tak bisa membalas kalimat yang dilontarkannya, karena akan percuma seperti sebelumnya, ia bilang akan mengabdikan dirinya padaku.

Dengan perlahan kuraih botol kecil lainnya dan membantu ia menuang cairan obat itu, bermaksud agar pekerjaannya cepat selesai dan Rona bisa beristirahat.
Untungnya ia tak menolakku, hingga malam semakin larut dan suasana semakin sunyi, suara para  prajurit tak lagi terdengar.

"Terima Kasih Tuan, berkat anda obat-obat ini bisa langsung kita berikan pada anak-anak diperbatasan, saya harap setelah menengguk obat ini, mereka segera sembuh."

Gadis muda berusia enam belas tahun itu tersenyum menatapku, membuatku merasakan sesuatu aneh yang sulit kujelaskan.

"Rona, beristirahatlah karena besok pagi kita akan kembali berangkat."

Pungkasku yang kemudian pergi keluar dari tenda itu.

                             ***

"Semuanya bersiap, kita kembali berangkat, bagi yang masih sarapan cepat selesaikan, kita harus sampai tepat waktu!"

Para Prajurit dengan sigap kembali merapikan pekakas dan menyiapkan kuda yang telah kenyang, pagi itu cuaca hangat hingga kami merasa segar.

"Rona kemarilah, aku akan membantumu menaiki kuda."

Ia mengangguk, hingga akhirnya kami semua telah siap dan melanjutkan perjalanan.

Dengan kecepatan yang begitu kencang, kuda-kuda itu berlari dengan gagah.

"Tuan, kita akan pindah haluan karena saya tahu sebuah jalan pintas, jika melewati jalan itu, kita bisa tiba saat malam!"

Teriak seorang prajurit yang berbelok kearah lain, seketika aku mengangguk membuat para prajurit lainnya mengikuti arah yang ditunjukkan prajurit itu.

Jalan itu dikelilingi hutan dan bunga-bunga yang indah, semak belukar disana membuat aku sadar bahwa jalan itu memang jarang dilalui orang.

Tanpa sadar matahari semakin tinggi, meski tak begitu tampak aku tahu jika hari telah siang, kuda-kuda terus berlari hingga kami tiba disebuah tempat yang berada dipinggiran danau, kami memutuskan untuk beristirahat disana.

"Tuan, kali ini kita akan makan ikan, kami akan menangkapnya untuk anda!"

Seru prajurit yang kala itu telah melepas pakaiannya dan kemudian ia melompat diikuti dua orang prajurit lainnya.

"Anak-anak itu beralasan saja, sebenarnya mereka memang ingin berenang dan bermain-main."

Fel menggelengkan kepalanya seraya mengaduk sup yang sedang ia persiapkan.

Seketika Rona terkekeh menimpali ucapan prajurit tua itu.

"Biarkan saja, terkadang mereka memang perlu bersantai, apakah kau tidak ingin berenang Rona?"

Pungkasku, menatap Rona yang masih terkekeh.

"Sebenarnya saya ingin mandi Tuan."

Rona menyahut dengan ekspresi malu.

"Baiklah, kau bisa mandi didanau sebelah sana, sepertinya tempat ini aman."

Perlahan ia mengangguk dan beranjak pergi.

"Saya tak menyangka gadis pendiam itu ikut ekspedisi kali ini Tuan, bahkan ia membantu membuatkan obat."

Ujar Fel sembari menuangkan sup pada sebuah mangkuk.

"Kau benar, akupun memikirkan hal yang sama, namun aku bersyukur, berkatnya aku tak begitu khawatir."

Sahutku meraih sebuah mangkuk yang telah terisi, makanan telah disiapkan namun sebagian prajurit masih sibuk masing-masing.

Tak berselang lama, tiga prajurit kembali dari danau dengan tangan kosong.

"Maaf tuan, danau ini tak ada ikannya."

Lenguh salah satu dari mereka, ekspresinya tampak bersalah dan malu.

"Makanlah, karena kita harus cepat."

Hingga akhirnya Rona kembali, seraya menyantap sup kelinci yang dibuat oleh Fel, kami berbincang mengenai jalan yang akan kami lalui, dan aku memutuskan tetap dijalan pintas ini agar kami bisa menghemat waktu.

____________________________________

Jangan lupa vote dan komentarnya jika kalian suka dengan cerita ini :)

pecintasenjamu

Cedric Eleanor Rothesay Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang