"Tuan, apakah tindakan anda tak akan mempengaruhi kaisar? Saya tidak ingin sesuatu terjadi pada anda Tuan."
Ujar pelayan pribadiku yang kala itu masih berada disisiku.
"Kau tak perlu khawatir Rona, karena aku akan mengurus semuanya."
Saat itu aku memperhatikan ekspresi Rona yang gelisah, baru kali ini aku melihat wajahnya tak lagi datar, malam itu ia sangat berbeda, rambut pirang indah tergerai menutup tubuh mungilnya.
Pakaian tidur yang dikenakannya membuat ia tampak seperti gadis biasa, maksudku seperti bukan seorang pelayan.
Kulit putih pucatnya membuat ia tampak rapuh.
"Saya harap keselamatan selalu menyertai anda tuan."
Lenguhnya menatapku sendu, sorot matanya yang sayu membuat hatiku sedih, aku tak mengira ia begitu khawatir padaku.
"Rona, apakah kau bahagia?"
Spontan aku bertanya hal yang membuatnya tak nyaman.
"Mengapa anda menanyakan hal yang sudah pasti Tuan, saya sungguh bahagia menjadi pelayan anda, saya telah diselamatkan dari panti asuhan yang keji itu, karenanya saya berjanji akan melayani keluarga duke seumur hidup saya."
Sahutnya yang seketika itu membuatku tertegun, aku tak tahu kehidupan seperti apa yang membuatnya melontarkan kalimat itu, selama ini aku tak begitu dekat dengannya, terkadang aku mengabaikannya, mengingat ia telah menggantikan tugas bibi yang sudah kuanggap sebagai keluargaku.
"Itu tidak mungkin Rona, suatu saat kau harus meninggalkan kediaman ini, karena kau juga punya kehidupan, kau akan menikah dan memiliki keluarga."
Meski sebenarnya aku sedih jika orang-orangku pergi meninggalkan kastil ini, namun aku tak ingin mereka disisiku karena ingin balas budi.
"Saya tak pernah berpikir untuk menikah tuan, bagi saya kehidupan yang sekarang ini sudah cukup membuat saya bahagia, dan tuan apakah anda bahagia?"
Lagi-lagi aku tertegun mendengar jawaban dari Rona, ia tak punya sebuah ambisi dan kesederhaannya membuat hatiku tersentuh.
"Ntahlah, bahkan aku tak tahu apa itu bahagia."
Gumamku tanpa berpikir, dan seketika airmata Rona menetes seraya menatapku.
"Tuan, meski saya tak bisa membuat anda bahagia, namun saya harap suatu saat anda menemukan kebahagiaan."
Pungkasnya seraya berpamitan meninggalkanku.
Saat itu aku menatap kembali lukisanku bersama Odelia, membuat perasaanku semakin ingin melindunginya.
Aku berpikir, jika aku berhasil membuat Odelia tetap hidup sampai umur yang panjang, itulah kebahagiaanku.
***
Pagi itu kediamanku tampak gaduh, hingga dengan langkah cepat aku menuju kearah kegaduhan itu.
"Apa yang terjadi?"
Tanyaku pada para pelayan yang sedang berkerumun.
"Tuan maafkan kami, berita tentang pengusiran Lady Charlotte telah menyebar, kami takut orang-orang akan berpikir buruk tentang anda, termasuk kaisar, kami tak ingin anda mendapat hukuman lagi."
Sahut kepala pelayan yang tampak putus asa.
"Kalian tak perlu memikirkan hal itu."
Pungkasku, mencoba menenangkan mereka, meski aku tidak tahu hal apa yang harus kulakukan demi mencegah amukan kaisar, namun apapun yang terjadi, aku tetap akan menghadapinya, karena selama ini, seberapa besar badai telah berhasil aku lewati.
"Baiklah jika anda berkata seperti itu tuan, kami lega mendengarnya, karena kami tidak rela jika sesuatu terjadi lagi pada Tuan kami."
Tatapan nanar itu membuatku tak tahu harus berkata apa lagi, hanya senyuman yang ku lontarkan, agar mereka percaya bahwa semua baik-baik saja.
"Tuan, saya telah menyiapkan sarapan anda diruang makan, silahkan nikmati sarapan anda sebelum melakukan aktivitas."
Tutur Rona yang kala itu berada diantara para pelayan, dirinya yang indah tampak bersinar.
Ia sungguh berbeda, aku tak mengerti tentang perasaan yang sedang kurasakan ini, karena lagi-lagi saat diriku menatapnya, aku selalu mengingat Odelia."Baiklah Rona, ikutlah denganku karena ada yang ingin kukatakan, dan kalian segeralah sarapan."
Ujarku seraya melenggang pergi meninggalkan kerumunan itu, kuharap orang-orangku tak lagi cemas memikirkan pemimpin mereka yang tak beruntung ini.
***
"Tuan, apakah saya berbuat kesalahan?"
Tanya pelayan pribadiku dengan ekspresi wajah yang tampak ketakutan.
"Duduklah Rona".
Lenguhku yang kala itu berdiri tepat dihadapanku, seketika ia mengangguk pelan dan menuruti ucapanku.
"Tapi tuan, apakah tidak apa-apa jika saya duduk dikursi ini? Apakah tidak akan mengotorinya?".
Ekspresinya ragu dan tampak bersalah, namun ntah mengapa aku sedikit senang, kali ini wajahnya berekspresi.
"Rona makanlah bersamaku, karena akhir-akhir ini aku merasa kesepian, bukankah kau ingin aku bahagia? Sepertinya dengan begini membuatku sedikit bahagia".
Sontak ia tertegun dan menatapku lama, hingga kemudian ia tersenyum.
"Jika hal ini membuat anda bahagia, saya bersedia melakukannya tuan, apakah anda ingat saat saya bilang akan melayani keluarga duke seumur hidup?"
Pungkasnya yang membuatku ikut tertegun, apalagi saat menatap wajahnya yang tersenyum, ia benar-benar indah.
Ntah mengapa aku berpikir jika ia seorang bangsawan, pastilah ia akan menjadi lady yang paling cantik dikekaisaran.____________________________________
Jangan lupa vote untuk menghargai karya author 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Cedric Eleanor Rothesay
Historical FictionBagaimana Duke menghadapi perasaannya? Apakah akhirnya ia terpaksa menikah dengan lady yang dibencinya? atau putri mahkota yang ingin dilindunginya? Sementara itu, hanya seorang pelayanlah mengerti akan dirinya.