PART 23

174 37 2
                                    

𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱

Saya suka bulan,
tapi saya lebih suka fiksi yang tak terlihat tetapi sangat menawan.
•••

Happy Reading 🍉
----------------------------

Keempat anak manusia itu tercengang, terlihat banyak murid yang berjejer di depan pintu dengan tangan yang menggenggam erat tangan masing-masing.

Mereka terlihat gugup saat berhadapan dengan keempat sahabat itu.

Setelah beberapa menit mereka semua hanya diam, akhirnya salah satu dari murid yang kira-kira jumlahnya enam belas orang itu membuka suara.

"Em, boleh kita masuk, kak?" Keisha menganggukkan kepalanya, seraya menghindar dari pintu agar mereka bisa masuk.

Seluruh murid itu masuk dan memenuhi UKS yang awalnya sepi.

Reina memicingkan matanya menatap ke arah enam belas murid tersebut. "Kalian ngapain disini? nggak mungkin kan, kalian semua sakit."

"Kita mau minta maaf sama Kak Rachell," ucap seorang gadis seraya menatap Rachell yang hanya diam di atas brankar UKS.

Mendengar ungkapan dari gadis itu, Rachell mengerutkan keningnya bingung. "Minta maaf?"

"Iya," jawab mereka serempak.

"Minta maaf buat apa?" Kali ini yang bertanya bukan Rachell, melainkan Thalassa yang menatap mereka dengan tatapan bingung.

"Kita mau minta maaf atas semua kejadian yang di kantin, maafin kita karena udah ngetawain Kaka, bukan malah bantuin," jelas seorang gadis yang lebih pendek dari yang lain dengan kepala yang sedari tadi menunduk.

Rachell berusaha bangun dari acara berbaring nya, dibantu oleh Thalassa dan Reina.

"Buat apa kalian minta maaf? bukannya emang sudah jalannya kalau ada yang lucu harus diketawain, walaupun hal itu berhubungan dengan nyawa seseorang. Kalian nggak perlu minta maaf, toh, kejadian itu memang l.u.c.u," ucap Rachell dengan bibir yang menyungging sinis.

Mendengar perkataan Rachell, ke-enam belas murid itu menundukkan kepalanya tanpa ada yang membuka suara.

Mereka merenungi ucapan demi ucapan yang dilontarkan oleh gadis yang duduk di atas brankar.

Rasa bersalah menggerogoti hati mereka.

Jika boleh jujur, sebenarnya mereka kesini dengan perasaan tak ikhlas, jika saja bukan karena ancaman seseorang, mereka tak mungkin berada di tempat ini dan meminta maaf kepada Rachell.

Namun, saat mendengar ucapan dari Rachell, mereka merasa bersalah telah menertawakan gadis itu.

Setelah beberapa menit hening, Rachell mulai membuka suaranya kembali. "Kenapa diam?"

RACHELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang