𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱
Ada yang lebih menyakitkan daripada 'cinta beda agama?'
Ada, mencintai fiksi yang sudah jelas-jelas tidak akan bisa jadi nyata.
•••
Happy Reading 🍉
--------------------------
Helaan napas berat terdengar dari hadapannya. "Kalau begitu, biaya untuk terapi lo biar Ayah yang nanggung." Kali ini bukan laki-laki paruh baya itu yang berbicara, tetapi sang anak yang sedari tadi duduk dengan tenang sambil mendengarkan.
Rachell mengalihkan atensi matanya ke arah laki-laki yang baru saja berucap, "Mama gue masih bisa biayain terapinya, jadi gue nggak perlu."
"Nak, kami bukannya bilang Mama kamu nggak bisa nge biayain, tapi ini sebagai bentuk pertanggung jawaban." Wanita paruh baya itu ikut nimbrung saat mendengar ungkapan Rachell yang terdengar tersindir.
"Sudah saya bilang, yang salah disini bukan cuman suami anda, tapi saya juga salah. Jadi, saya nggak perlu pertanggung jawaban kalian."
"Tap-" Belum sempat laki laki paruh baya itu menyelesaikan ucapannya, terdengar suara jatuh yang membuat mereka mengalihkan atensi.
Bruk!
Terlihat seorang wanita paruh baya yang menjatuhkan belanjaannya ke lantai. Wanita paruh baya itu terlihat menggenggam kedua tangannya dengan erat, seperti menahan gejolak emosi.
Dengan langkah cepat, Launa berjalan ke arah mereka tanpa memperdulikan belanjaannya yang tergeletak di lantai.
Ia menatap ketiga manusia di depannya dengan tatapan penuh emosi. "PERGI KALIAN DARI RUMAH SAYA!!!" Launa berteriak sambil menunjuk pintu utama rumahnya yang terbuka.
Erick menatap ibu dari teman sekelasnya itu bingung. Ada apa? mengapa mereka diusir padahal tidak melakukan kesalahan apapun?
Disaat Erick menatap Launa bingung, berbeda dengan kedua orang tuanya yang menatap ibu dari Rachell itu dengan wajah terkejut.
Hening, mereka tidak beranjak sedikitpun dari tempat duduk semula. Sebenarnya Erick sangat ingin pergi dari sini karena mereka sudah di usir. Namun, ibunya itu mencegah dirinya.
"KENAPA MASIH DIAM DISINI? SAYA BILANG, KELUAR KALIAN DARI SINI!!" Emosi dari Launa sudah meledak ledak, ia sudah tak sanggup menahan emosinya saat melihat ketiga orang di depannya duduk dengan tenang di sofa miliknya. Sungguh, ia tidak sudi.
Rachell berusaha menggapai tangan mamanya untuk menenangkan. "Mama kenapa ngusir mereka? mereka tamunya Rachell."
Wanita patuh baya itu menepis tangan sang anak sedikit keras. "KENAPA MASIH DIAM? PERGI!" Erick bangun dari duduknya berusaha pergi dari sini.
Namun, saat ia baru saja berdiri, tangannya di gapai oleh sang mama. Erick menatap mamanya itu dengan kening yang mengerut.
"Jangan keluar dulu." Laki laki itu menatap mamanya dengan raut wajah khawatir, sebab ia melihat wajah mamanya itu sedikit memucat.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHELLEN
Teen Fiction[𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗟𝗨𝗣𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔! ] "Melihat mu bersama yang lain memang menyakitkan, tapi aku bisa apa? jarak kita dekat, tetapi serasa berjarak." ...