PART 33

73 11 1
                                    

𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱

Berusaha ikhlas walaupun sulit, 
Daripada bertahan, tetapi tak ada sedikitpun harapan.
•••


Happy Reading 🍉
---------------------------

"Bisa-bisanya lo nanya gue kenapa marah? ya, karna lo lah, ASEM!" Nafas Rachell sudah terpatah-patah, jujur, rasanya ia sudah tak bisa menahan amarah. Ingat, ia bukan seseorang yang memiliki kesabaran sebesar gunung.

Hancur sudah pertahanan Jasver untuk tidak tertawa kencang. Baginya, gadis tersebut sangat menggemaskan saat sedang marah seperti sekarang. Andai saja ia berada di sana, akan ia pastikan gadis itu akan ia masukkan ke dalam karung agar tak bisa kemana-mana.

Tut!

Telepon mereka langsung diakhiri oleh Rachell. Mungkin, gadis tersebut sudah tak sanggup menahan emosinya yang semakin membesar akibat mendengar suara tawa Jasver.

"Why are you so adorable?"

"Argg! This can drive me crazy," geramnya.

"M-maaf," gumam seorang laki-laki paruh baya yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"M-maaf," gumam seorang laki-laki paruh baya yang tengah terbaring di atas brankar rumah sakit.

Mendengar gumaman pelan tersebut, Erick dan sang mama langsung bergegas mendekati Liam.

"Ayah?" Erick memanggil sang ayah yang masih menutup matanya tapi tidak dengan mulutnya yang terus menggumamkan kata maaf.

Merasa tak ada jawaban, Erick mengguncang pelan lengan sang ayah.

Seketika mata yang sedari tadi tertutup kini terbuka dengan perlahan.

Laki-laki paruh baya tersebut menatap langit-langit ruang inap yang ditempatinya dengan tatapan kosong.

"Ayah..." panggil Erick sekali lagi.

Liam mengalihkan pandangannya ketika sadar bahwa ada orang lain selainnya. Setelah melirik ke samping dengan pelan, Liam kembali mengangkat kepalanya agar menatap langit-langit kamar. "Aku ingin bertemu dengannya," cicitnya pelan.

Kening Erick dan Anggina mengernyit bingung. "Bertemu dengan siapa?" tanya Anggina sembari menatap wajah sang suami.

"Anakku..." gumamnya pelan. Saking pelannya, Erick dan Anggina harus menajamkan pendengaran mereka agar dapat mendengar.

RACHELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang