𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱
Sudah tahu ada lubang masih saja dijalani. Sudah tahu sakit, masih saja mencintai.
•••
Happy Reading 🍉
---------------------------MMati-matian Rachell menjelaskan kepada teman-temannya agar percaya bahwa ia sedang baik-baik saja.
Namun, teman-temannya itu begitu keras kepala. Alhasil, ia harus menceritakan masalah yang sedang melanda hidupnya.
Gadis itu menceritakan seluruh masalah yang mengganggu pikiran dan akalnya tanpa ditutupi sedikitpun. Bahkan, ia juga memberi tahu tentang perasaannya kepada Erick, tetapi tidak tentang laki-laki misterius itu.
Rachell sudah percaya sepenuhnya kepada teman-temannya.
Di saat Rachell menceritakan dengan mata yang berkaca kaca, ketiga teman temannya mengepalkan tangan mereka akibat emosi, tak terkecuali Keisha.
Mereka serempak menatap ke arah meja Erick saat mendengar nama laki laki itu disebut.
Kini mereka berada di kelas, karena saat bel istirahat sudah berbunyi, ketiga temannya itu langsung meminta Rachell bercerita ketika aura gadis itu sudah lumayan baik.
Alhasil, alih alih ke kantin, mereka malah duduk di bangku masing masing sambil mendengarkan Rachell bercerita.
Setelah Rachell selesai bercerita, Thalassa mulai membuka suara. "Asem, jadi selama ini lo sama Erick tuh saudara tiri?" Rachell menganggukkan kepalanya untuk menanggapi.
Gadis itu berusaha menahan tangisnya agar tidak pecah.
Reina menarik rambutnya sedikit kasar, ia menjadi frustasi sendiri. Tangannya beralih meremas buku di depannya untuk mengalihkan rasa frustasi dan marahnya yang bercampur menjadi satu.
Sebuah tangan menepuk bahunya beberapa kali dengan pelan. Gadis itu menoleh ke arah sang pelaku yang berada di sebelahnya.
"Kendaliin emosi lo, Rei." Gadis itu menatap Rachell dengan nyalang. "Gimana gue bisa nahan emosi, kalau bokap lo kek gitu!?"
Gadis tersebut menaikkan nada bicaranya karena merasa geram dengan temannya itu.
Rachell diam tanpa menjawab, gadis itu kembali termenung saat pikirannya kembali berkelana ke sang ayah.
"Ra, jadi sekarang lo mau ngapain?" Thalassa memegang tangan Rachell yang berada di atas meja dengan lembut.
Gadis itu berusaha mengalihkan pikiran Rachell yang kembali memikirkan sang ayah. Ia bisa melihat itu dari tatapan Rachell yang kembali sayu.
"Gue juga nggak tau." Gadis itu menarik tangannya yang di pegang oleh Thalassa lalu membawa tangan itu ke arah kepalanya untuk mengacak ngacak rambutnya frustasi.
Sungguh ia bingung harus berbuat apa. Bahkan saat tadi di rumah, ia hanya diam tanpa berbicara sedikitpun dengan sang mama.
Dan jika mamanya itu bertanya sesuatu, ia hanya mengangguk dan menggelengkan kepala sebagai jawaban.
"Yasudah, kalau kamu nggak tau jangan dipaksain dulu, takutnya itu bikin kepala kamu sakit." Rachell menatap Keisha dengan tatapan tak terbaca.
Andai temannya itu tahu, bahwa terkadang kepalanya berdenyut nyeri disaat kejadian itu terlintas di kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHELLEN
Подростковая литература[𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗟𝗨𝗣𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔! ] "Melihat mu bersama yang lain memang menyakitkan, tapi aku bisa apa? jarak kita dekat, tetapi serasa berjarak." ...