𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱
Kisah cinta dalam diam gue ke-dia tidak seperti cinta orang-orang yang berakhir bersama, tetapi kisah cinta gue terhalang sama tembok yang tidak akan pernah bisa gue sebrangi walau sekeras apapun gue berusaha.
•••Happy Reading 🍉
---------------------------"OH MY GOD, Rachell!!"
Rachell yang tengah memperlihatkan poto-poto Doli dan dirinya langsung terperanjat kaget sampai-sampai menjatuhkan ponselnya.
"Astaghfirullah, handphone gue! Belinya pake duit!" Gadis itu mengambil ponsel miliknya yang terjatuh di atas tanah.
"Kenapa sih, Tha!?"
"Lo pacaran sama dia?!" Rachell yang awalnya tak menyadari bahwa dirinya sangat dekat dengan laki-laki tampan di sebelahnya langsung memberi jarak.
"Nggak, woy! Fitnah lo."
Hey! Ia benar-benar tidak ada hubungan apapun dengan lelaki itu selain teman. Niatnya hanya ingin memperlihatkan boneka domba yang diberikan laki-laki itu melalui ponselnya. Selain memperlihatkan boneka domba, ia juga menunjukkan barang-barang lain yang diberikan lelaki itu kepadanya. Tidak lebih!
"Halah, jangan ngeles lo, Ra! Kelihatan banget tau."
Gadis itu menatap temannya sinis. "Kelihatan apa emang?"
Reina ikut memandang gadis itu sinis. "Kelihatan bermesraan nya!"
Gadis cantik dengan rambut hitam kecoklatan itu langsung mengarahkan ponselnya yang tengah memperlihatkan boneka domba miliknya ke hadapan temannya itu. "Noh, liat! Orang gue cuman nunjukin poto boneka yang dia beri! Nggak lebih, ya!"
"Halah, ngeles," kata Reina masih dengan tatapan sinis nya. Entah mengapa ia sangat ingin mensinisi temannya itu. Siapa suruh pacaran tapi nggak bilang-bilang. Nggak inget apa, sama kata-kata mereka dulu.
"Eh, tunggu. Lo bilang tadi boneka yang dia beri?" Rachell menganggukkan kepalanya tak sadar. "Nah, kan! Lo beneran pacaran sama dia!" Thalassa ikut menatap gadis itu sinis. "Parah lo, Ra. Nggak bilang-bilang kita. Nggak ingat sama janji-janji kita dulu?"
"Apaan, sih! Orang gue sama dia emang nggak pacaran. And, gue juga masih ingat ya, sama janji-janji kita!"
Keisha yang melihat teman-temannya bertengkar tak jelas, ia kelimpungan sendiri akibat bingung ingin melakukan apa.
Gadis cantik tersebut sudah berusaha membuat mereka diam, tapi malah dirinya yang dibuat bungkam.
Disaat Keisha kelimpungan sendiri, berbeda dengan para lelaki yang hanya diam sambil menatap pertengkaran tersebut dengan santai. Bagi mereka, pertengkaran para gadis tersebut bagaikan menonton sesuatu yang menyenangkan.
Apalagi laki-laki yang menjadi salah satu akar masalah dari pertengkaran itu, ia hanya diam sambil tersenyum tipis menatap Rachell yang tengah berdebat.
Namun, di tengah asiknya mereka menonton pertengkaran tersebut, ada seorang lelaki yang sedari tadi diam tanpa menunjukkan sedikitpun ekspresi. Entah ada apa dengan laki-laki tersebut.
Beberapa menit berlalu, kawasan sekolah sudah sepi, mungkin hanya ada beberapa anak osis yang masih berkeliaran di sekolah.
Sedangkan Rachell dan teman-temannya, tengah duduk lesehan di tanah tanpa memperdulikan para lelaki yang melihat mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
RACHELLEN
Teen Fiction[𝗝𝗔𝗡𝗚𝗔𝗡 𝗟𝗨𝗣𝗔 𝗙𝗢𝗟𝗟𝗢𝗪 𝗗𝗨𝗟𝗨 𝗦𝗘𝗕𝗘𝗟𝗨𝗠 𝗕𝗔𝗖𝗔! ] "Melihat mu bersama yang lain memang menyakitkan, tapi aku bisa apa? jarak kita dekat, tetapi serasa berjarak." ...