PART 32

102 19 3
                                    

𝐉𝐠𝐧 𝐥𝐮𝐩𝐚 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐚𝐧𝐝 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐬𝐞𝐦𝐮𝐚𝐚𝐚. 𝐊𝐫𝐧 𝐯𝐨𝐭𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐚 𝐤𝐨𝐦𝐞𝐧 𝐤𝐚𝐥𝐢𝐚𝐧 𝐚𝐝𝐥𝐡 𝐬𝐞𝐦𝐚𝐧𝐠𝐚𝐭 𝐬𝐚𝐲𝐚.🐱

Jangan jadikan kebohongan sebagai dasar,
Tapi jadikanlah kebohongan sebagai pokok dari segala masalah besar.
•••


Happy Reading 🍉
-------------------

"Mobil."

Mendengar jawaban singkat lelaki di depannya, Rachell langsung melongo dengan wajah bingungnya. Apa maksud laki-laki di depannya ini? apa yang mobil?

Jasver menoyor kepala Rachell seraya melihat ekspresi yang ditunjukkan nya. "Gue udah nyuruh seseorang buat bawain mobil."

Merasa kesal karena kepalanya yang ditoyor, Rachell menendang kaki kiri Jasver lumayan keras. Akibat dari perbuatannya itu, sang empu hanya meringis pelan seraya menghela napas dalam.

Sungguh, ia ingin sekali memelintir kepala gadis di depannya ini dengan kasar. Namun, karena sadar bahwa gadis tersebut adalah orang yang dicintainya, ia pun mengurungkan niatnya.

Setelah aksi toyor-menoyor dan tendang-menendang itu, tak ada salah satupun dari mereka yang membuka suara.

Rachell yang fokus akan bunga-bunganya, dan Jasver yang fokus menatap gadis tersebut.

Suara mobil yang berhenti di depan mereka mengalihkan atensi yang sedari tadi memperhatikan kesukaan masing-masing.

Seorang laki-laki paruh baya keluar dari mobil tersebut dengan setelan formal yang melekat di badan terawat nya.

Lelaki paruh baya tersebut melangkah kakinya ke arah Jasver dan Rachell berada. Setelah sampai di depan mereka berdua, laki-laki paruh baya tersebut langsung menundukkan kepalanya sedikit sebagai tanda hormat.

Sebuah kunci mobil langsung disodorkan kepada Jasver setelah acara menunduknya. Lelaki itu menerima kunci mobil seraya melemparkan kunci motor yang dipakainya tadi, yang diterima dengan mudah oleh laki-laki paruh baya tersebut.

"Ayo." Jasver menarik tangan Rachell yang masih terbengong sedari datangnya paruh baya tersebut.

"Eh..." Gadis tersebut berusaha melepaskan tangan Jasver yang menarik tangannya dengan lembut menuju mobil yang awalnya dikendarai oleh laki-laki paruh baya tersebut.

Tanpa memperdulikan sang gadis yang ingin melepaskan tangannya dari tangan gadis itu, Jasver mulai membukakan pintu yang berada tepat di samping kemudi, kemudian menyuruh Rachell untuk masuk ke dalam mobil mahal tersebut.

Rachell yang masih bingung dengan situasi awal, tak ingin memasuki mobil tersebut.

Helaan napas kasar terdengar keluar dari bibir tipis Jasver, ia menegakkan badan jangkung nya lalu menatap ke arah sang gadis.

Seakan mengerti dengan pikiran gadis di depannya itu, Jasver mulai membuka suara. "Dia asisten gue."

Merasa sudah mendapat jawaban dari pertanyaan-pertanyaan yang mengganggu pikirannya, Rachell langsung memasuki mobil tersebut dengan tenang. Rupanya ia tak menyadari akan ucapan Jasver yang terasa janggal?

RACHELLEN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang