11 - Back

140K 9.5K 110
                                    

Hari ini Lita engga masuk. Padahal niatnya hari ini aku mau cerita semuanya ke Lita. Tentang Kak Satya dan mungkin tentang perasaanku yang jujur aja mulai ragu.

Ragu, kalau aku engga bakal bisa menghapus perasaan ini.

Tapi aku engga mampu buat nolak permintaan Kak Satya. Ah, kenapa sekarang aku jadi jahat begini? Aku tau Lita suka sama Kak Satya tapi aku bermain api di belakangnya.

Aku engga tahu kalau menyukai orang yang sahabat kita juga suka, akan menjadi serumit ini. Jujur, aku sangat merasa bersalah sekarang.

Aku menghela napas, Kak Satya memintaku untuk ke ruang OSIS kemarin. Dan di sinilah aku sekarang, berdiri sambil menatap pintu cokelat di depanku dengan ragu.

"Jes!" panggil seseorang di belakangku.

Aku menoleh.

"Kak Satya," balasku dengan suara pelan.

"Ayo!" Kak Satya mengamit tanganku lalu tanpa aba-aba dia langsung mendekati pintu cokelat yang akan membawaku ke dalam ruang OSIS.

"Kak? Kakak yakin Kakak milih gue jadi ketua tim sukses Kakak?" tanyaku.

"Yakin lah! Udah yuk masuk, gue mau ngenalin lo sebagai ketua tim sukses gue ke orang-orang di dalam sana." Kak Satya menunjuk ruangan OSIS tersebut.

"Di sana emang ada siapa aja Kak?" tanyaku penasaran.

Kak Satya tersenyum. "Anggota OSIS tahun lalu, pembina, ketua tim sukses lainnya beserta calon ketua OSIS," jawab Kak Satya.

Aku menahan tangan Kak Satya saat tangannya sudah berada di knop pintu.

"Kak, gue malu. Minder. Serius. Meningan, gue jadi--

Pluk.

Kak Satya menempelkan telunjuknya di bibirku membuat mataku melebar. Dan jantungku berdegup kencang.

"Sssttt.... lo dari kemaren ngomongnya malu-minder-malu-minder. Kan ada gue, lo duduk manis aja oke?"

Aku tidak bisa membantah lagi, kemudian dengan cepat mengangguk. Kak Satya menggenggam tanganku dengan erat, membuat perasaanku sedikit tenang.

Saat pintu sudah terbuka, semua mata menatapku dan Kak Satya. Beberapa ada yang dengan terang-terangan berdesis tidak suka. Aku menghela napas, harusnya aku sudah tahu resikonya jika dekat-dekat dengan cowok seperti Kak Satya.

Aku melihat Tasya mulai berjalan menghampiriku dan Kak Satya.

"Satya, dia siapa? Kacung kamu?" tanya Tasya sambil menunjukku.

"Dia ketua tim sukses gue," jawab Kak Satya enteng.

Tasya sedikit terkejut, tapi kemudian tersenyum.

"Aku tau kamu emang engga niat nyalonin diri, tapi engga usah sok ngelawak deh bawa nih si culun ini ke sini," cibir Tasya dengan gaya pongahnya.

Calm down Jes, calm down!

"Jangan didengerin Jes," bisik Kak Satya pelan.

Aku menarik napas panjang, berusaha sabar menghadapi Tasya. Kalau aku membalasnya sekarang, aku pasti akan kalah. Jadi percuma saja.

"Test test, berhubung semuanya sudah kumpul, kita akan segera memulai rapat ini. Untuk para calon ketua OSIS silakan duduk di barisan depan," ujar Kak Rinai, dia ketua OSIS periode tahun lalu.

Kak Satya, Tasya, dan 4 orang lainnya maju ke depan. Aku beserta ketua-ketua tim sukses lain duduk di barisan kedua.

"Well, I am so surprised, nyali lo gede juga ya."

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang