42 - Almost Over

89.8K 5.6K 258
                                    

[Disarankan membaca part-part sebelumnya, untuk mengingat alur cerita]

Jessy POV

Genta sialan! Dasar buaya! Bener kali ya kata orang kalau cowok udah dapetin apa yang dia mau misalkan cewek, dia bakal buang cewek itu kalau udah bosen! Emang se-boring itu apa arti gue di mata Genta?! Hell ya! Belum juga sebulan gue pacaran sama dia harusnya kita masih 'anget-angetnya', namanya juga pasangan baru!

"Hai cewek."

Gue mendongak dan melihat wajah orang yang masuk dalam daftar blacklist gue tersenyum sok akrab kepada gue.

"Ada apa Kak?" tanya gue kepada Kak Satya tanpa basa-basi.

"Wah judes amat, Neng!" jawab Kak Satya sambil menjawil pipi gue. Dan ini bikin gue makin kesel sama dia.

"Jangan ditekuk gitu dong Jes mukanya. Cantiknya hilang lho!" celetuk Kak Satya.

Sumpah demi apapun. Gue lagi engga mau dirayu atau digombalin! Gue lagi kesel! Kak Satya kenapa muncul di waktu yang engga tepat sih?!!

"Pasti karena Genta!" tebak Kak Satya.

Kalau maksud kedatangan dia ke sini buat dapet respond gue, itu berhasil banget! Karena dia sebut-sebut nama buaya itu, bikin tingkat kekeselan gue naik ke level paling tinggi.

"Gue bilang juga apa Jes, Genta itu playboy. Lo tahu dia tuh ..."

Gue menutup kedua telinga gue. Bisikan iblis enggak perlu gue dengerin. Kak Satya itu sejenis sama Genta. Jadi, buat apa dengerin nasehat orang yang udah nyakitin kita? Buang-buang waktu.

"Sori Kak. Gue harus pergi. Udah sore. Sekolah juga mau tutup," ujar gue sambil berdiri dari kursi taman yang udah gue dudukin dari siang.

"Tunggu Jes. Lo harus dengerin gue dulu. Lo salah kalau milih Genta—"

"Terus gue harus milih siapa? Lo Kak? Lo yang udah memperalat gue kayak orang bego demi Tasya?!"

Kak Satya engga bisa ngomong apa-apa lagi. Dia terduduk di kursi sambil mengacak rambutnya dengan kesal.

"Gue nyesel Jes. Gue nyesel. Kasih gue satu kesempatan lagi dan gue engga bakal ngecewain lo," pinta Kak Satya sambil memegang tangan gue.

"Terlambat. Lo terlalu lama menyadari kalau lo itu salah. Sekarang cuman ada Genta di hati gue. Engga ada yang lain."

Gue melepas tangan Kak Satya pelan kemudian mulai melangkah pergi keluar taman. Gue harus segera pergi sebelum malam tiba. Saat gue melewati halaman sekolah menuju gerbang, gue melihat siluet hitam berdiri di belakang tembok. Kira-kira siapa ya jam segini sama-sama belum pulang?

Karena penasaran gue melangkah ke arah siluet hitam itu berada. Tapi setelah di liat-liat kok kayak familiar banget. Cowok pake celana panjang dan ...

"Genta?"

Gue yakin itu Genta. Siluet itu Genta! Tapi ngapain dia masih di sekolah?

"Genta ken—"

Sebelum gue menyelesaikan ucapan gue, Genta udah memeluk gue dengan erat.

"Tolong maafin gue Jes, tolong. Jangan marah lagi. Lo harus percaya sama gue."

Percaya? Setelah gue lihat bukti foto itu? Engga, gue engga bisa percaya begitu aja sama Genta.

"Lepasin Ta. Gue mau pulang!" bentak gue.

"Gue engga bakal lepasin lo sebelum lo maafin gue!"

Gue mencoba mendorong tubuh Genta untuk menjauh tapi usaha gue sia-sia, badan dia lebih gede dari gue, pasti tenaganya juga jauh di atas gue.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang