33 - I'm Okay

73.4K 5.4K 177
                                    

Jessy POV

"Pemilihan akan diundur menjadi tanggal 25 Agustus, yaitu satu minggu ke depan dari hari ini. Dalam jangka waktu seminggu ini, kandidat Ketua OSIS periode ini, Aryasatya Ranara akan melakukan kampanye terbuka. Demikian informasi yang saya sampaikan, terima kasih."

Suara Kak Rinai dari speaker membuat gue terpaku di tempat duduk gue sekarang. Apa katanya? Diundur, kampanye terbuka buat Kak Satya? Engga salah? Kok bisa begini.

"Jes, bukannya kata kamu Kak Satya kena sangsi engga boleh ikut kampanye terbuka?" tanya Lita di samping gue dengan heran.

Gue mengangkat bahu. "Aku juga engga tahu Lit. Kenapa bisa jadi gini."

"Meningan kamu sekarang ke ruang OSIS atau nanya ke Kak Satya secara langsung," saran Lita.

Gue berterima kasih sebentar atas usul Lita yang brilian banget itu. Kemudian melesat pergi ke ruang OSIS. Sesampainya gue di ruang OSIS gue melihat Kak Rinai sedang berdiri di dekat jendela.

Gue mengetuk pintu ruang OSIS dengan pelan. Gue melihat Kak Rinai berjalan membukakan pintu untuk gue.

"Eh Jessy," sapa Kak Rinai sambil tersenyum ramah.

"Hm, Kak Rinai. Sori sebelumnya. Gue langsung to the point aja maksud kedatangan gue ke sini ya Kak. Soalnya gue—"

"Iya, iya kenapa Jes?" tanya Kak Rinai sambil tersenyum geli.

"Kenapa pemilihan diundur Kak? Terus kenapa Kak Satya bisa ikut kampanye terbuka, padahal Kak Satya 'kan udah dijatuhin sangsi?"

Kak Rinai mengangguk-angguk sebentar. Kemudian celingak-celinguk.

"Kenapa Kak?" tanya gue jengah melihat sikapnya yang sedikit aneh ini.

"Ngomongnya di dalem aja yuk Jes," jawab Kak Rinai sambil membukakan pintu lebih lebar.

Dan mata gue melotot begitu melihat Kak Satya yang sedang duduk di kursi dengan tangan melambai ke arah gue dan wajah penuh senyum memandangi gue. Sebenernya, ada perasaan enggan buat ketemu Kak Satya. Cuman akhirnya gue berjalan memasuki ruang OSIS. Dan duduk di depan Kak Satya.

"Jadi, bisa jawab pertanyaan gue tadi Kak Rinai?" tanya gue begitu Kak Rinai menutup pintu ruang OSIS.

"Oh itu ... ternyata bener kalau Tasya curang, Genta sendiri yang ngelapor ke Kakak. Terus, akhirnya setelah rapat kilat tadi, kami memutuskan buat ngasih waktu Satya buat melakukan kampanye terbuka," jawab Kak Rinai.

"Kenapa Tas—maksud gue Kak Tasya engga kena sangsi juga Kak?" tanya gue berusaha untuk menahan suara tinggi gue sejak tadi.

Soalnya gue kesel, waktu Kak Satya aja langsung dikenain sangsi. Sekarang Tasya curang, gue sama sekali engga ngerasa pihak Tasya dirugikan. Malah pihak Kak Satya yang dirugikan di sini.

"Hm ... itu kar—"

"Gue pikir itu engga perlu sih Jes. 'kan Genta udah ngaku, dan berita ini udah kesebar luas. Jadi mungkin ini udah keitung sangsi karena pandangan orang lain ke Tasya itu udah buruk, dan merugikan dia. Sedangkan kita, sekarang udah engga dirugikan lagi 'kan karena udah dapet hak kita?" potong Kak Satya.

Gue mengangkat sebelah alis. "Kok gitu sih? Ya tetep aja, itu 'kan emang hal biasa kalau dia dapet hujatan dari luar, cuman masa—"

"Udah jadi keputusan panitia pemilihan Jes," sela Kak Rinai membuat gue terdiam.

"Sekarang kita lupain ya Jes, masalah-masalah yang kemarin. Tinggal selangkah lagi. Lo masih mau 'kan jadi ketua tim sukses gue?" tanya Kak Satya.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang