Author POV
Satya dan Tasya terdiam, keduanya bertatapan, seolah sedang menyelami perasaan satu sama lain. Sedangkan, Jessy, ia hanya dapat menahan gejolak dalam dadanya. Kalau saja ia tidak sedang bersama Satya dan Tasya serta Genta yang dari tadi diam saja, Jessy pasti akan meneteskan air mata sekarang juga.
Apakah sesulit ini mencintai Kakak? batin Jessy sambil tersenyum sedih.
Sepertinya memang tidak ada cinta yang selalu indah seperti di film-film romansa, selalu ada badai yang menghadang dan aral yang melintang.
Harusnya Jessy mengikuti logikanya, bukan hatinya yang seolah buta karena cinta palsu Kak Satya. Oh bukan, Kak Satya tidak pernah mencintai Jessy, ini hanya anggapan Jessy semata.
Jessy tersenyum getir, ketika ia menyadari itu semua, tidak ada lagi yang bisa ia lakukan di sini, "kak gue duluan," pamit Jessy sambil melenggang pergi keluar aula.
Satya mengerjapkan kedua matanya seolah tersadar akan keberadaan Jessy, tanpa dikomando lagi, ia segera mengejar Jessy.
"Jes! Jessy!" panggil Satya.
Jessy mengabaikan Satya yang sedang mengejarnya. Hatinya sudah terlanjur hancur.
Kenapa Satya tidak pernah menceritakan perihal hubungannya dengan Tasya dulu?
Kenapa Satya tidak jujur aja dari awal, kalau Tasya masih sangat berarti untuk Satya?
Jessy mengusap pipinya dengan kasar, setetes air mata berhasil lolos. Jawaban dari setiap pertanyaan adalah karena Jessy bukan siapa-siapanya Satya, Jessy tidak berarti bagi Satya, dan Satya engga mau cape-cape jelasin itu semua ke Jessy.
Sangat sederhana untuk dimengerti, namun cinta butanya seolah membuat segalanya menjadi rumit.
"Jessy lo denger dulu penjelasan gue!" teriak Satya dari belakang.
Jessy menggelengkan kepalanya. 'Enggak ada yang harus dibicarain, gue udah tahu semuanya,' batin Jessy.
Setetes air mata mengalir di pipinya lagi, namun dengan cepat ia menghapusnya lagi.
'Gue enggak boleh nangis! Lagian Kak Satya cuman kakak kelas gue yang enggak ada artinya sama seperti dia menganggap gue, untuk apa gue bikin semua ini jadi ribet gini! Ck! Gue bukan anak SD lagi!'
Jessy berlari sampai keluar gedung sekolah, namun karena jalanan berbatu, tanpa sadar kaki Jessy tersandung, tubuhnya jatuh bersimpuh.
BRUK
Satya terkejut, dengan secepat kilat Satya memeriksa kondisi Jessy. Kedua lututnya berdarah.
"Kaki lo ..."
"Enggak, gue enggak apa-apa. Meningan Kakak nemenin Tasya aja, kasian dia tadi kalah dari tim kita, gue mau pulang." Jessy sudah siap-siap berdiri namun baru saja ia mengangkat tubuhnya, ia sudah terjatuh lagi.
Satya berdecak kesal, "gue anter lo pulang," tegas Satya. Jessy segera menggeleng.
"Enggak perlu," tolak Jessy.
Satya menatap Jessy dengan tatapan yang sulit diartikan. Jessy mengernyitkan dahinya.
"Apa? Gue mau pulang," sahutnya kesal. Jessy mencoba berdiri lagi, kini dia berhasil.
Kemudian ia berjalan terseok-seok, kakinya sakit. Hatinya nyeri. Perpaduan patah hati yang sangat pas menurutnya.
Satya sadar ia tidak bisa diam saja melihat Jessy yang sedang berjalan dengan terseok-seok. Ia kemudian berjalan menghampiri Jessy, kemudian menggendongnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Novela Juvenil[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...