Author POV
Genta memarkirkan motornya dengan terburu-buru. Setelah mengambil kunci motornya ia langsung bergegas menuju tangga yang akan membawanya ke atap sekolah.
"Tasya sialan! Dia berhasil ngehasut kakak gue!" geram Genta sambil menaiki tangga dengan kecepatan kilat.
Pintu penghubung atap sudah berada di depannya. Genta menendang pintu tersebut sampai menjeblak terbuka. Matanya jelas sekali berkilat marah. Tak perlu waktu lama untuk menemukan Tasya berada.
"Welcome to the hell, Genta," sambut Tasya sambil tersenyum kemudian berjalan mendekati Genta bermaksud untuk memeluknya.
"Berhenti di situ. Sori, gue engga mau bergabung sama kalian menjadi penghuni tetap neraka ya. Gue cuman mau menjemput orang yang seharusnya engga berada di sini. Di mana Kak Rinai?!" tanya Genta langsung to the point.
Tasya tersenyum lebar kemudian menggeser tubuhnya sedikit.
"Kak Rinai! Satya lo udah gila!" teriak Genta sambil berlari menghampiri Rinai namun sayang pengawal Tasya menghalang-halanginya untuk menyelamatkan Rinai.
Rinai sendiri hanya bisa pasrah bergelantungan di seutas tali dengan katrol sedangkan tepat di bawah kakinya jarak ratusan meter dari tanah menantinya.
"Gue gila karena lo Ta. Coba lo lepasin Jessy buat gue. Kak Rinai engga bakal jadi korbannya!" ujar Satya.
"Tetep aja lo gila! Lo engga serius 'kan ngejatohin Kak Rinai dari sini?! Lo engga inget kebaikannya heh?!" teriak Genta lagi.
Gerakannya dikunci oleh para pengawal Tasya. Genta dan Rinai benar-benar udah di ujung tanduk.
"Kapan gue pernah engga serius tentang Jessy, Ta?" tanya Satya sambil tersenyum miring.
Genta menggelengkan kepalanya. Seolah tak percaya dengan apa yang dilihatnya sekarang. Kakak-nya benar-benar sudah menjadi psikopat!
"Gue yakin lo masih punya hati nurani, lo engga bakal ngebunuh Kak Rinai, Sat. Tolong sadar Sat!" ujar Genta dengan suara memelas.
Satya terdiam sebentar. Keheningan menyelimuti atap sekolah saat ini. Hanya desauan angin sore yang mulai berhembus. Dan lembayung senja mulai tergurat di langit.
"Tunggu apa lagi Sat, lo 'kan emang mau mengakhiri semua ini di sini! Tunggu apa lagi? Ayo!" ujar Tasya mencoba menghasut Satya.
"Diem lo cewek sialan! Berhenti menghasut kakak gue lagi!" bentak Genta.
"Hey Tuan, nyawa lo dan si Rinai ini ada di tangan gue jadi jangan macem-macem deh!" balas Tasya dengan berani.
"Brengs*k!" umpat Genta dengan geram.
"Cepat putuskan, Ta. Lo mau ngelepasin Jessy atau nyawa kakak lo ini jadi taruhan di sini?" tanya Satya.
Genta terdiam. Mulutnya terkunci rapat sedangkan kepalanya terasa mau pecah.
"Pilihan macam apa itu?! Lo gila?! Lo pert-"
"ARGH!" teriak Rinai saat tali tersebut di turunkan secara kasar oleh Satya.
"SATYA!" teriak Genta.
"Udah gue bilang, gue engga main-main Genta."
"Lo ... ben-"
"Cukup, Ta. Biarin Satya jatohin gue dari sini dan ngebunuh gue dengan cara ini," sela Rinai dengan tegas.
Genta menggelengkan kepala dengan kuat.
"Jangan korbanin diri lo Kak! Jangan!" tahan Genta.
Rinai tersenyum kecil. "Kalau ngorbanin diri gue demi kebaikan semua orang gue bersedia, Ta! Gue cuman mau berpesan sama lo Satya. Kematian gue bakal selalu jadi penyesalan lo. Dan di saat napas gue berhenti, lo harus bersiap sama mimpi buruk. Hidup lo engga bakal sedamai dulu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Teen Fiction[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...