Author POV
Satya berjalan menuju kelasnya sendirian. Bel pergantian pelajaran sudah berbunyi sejak 10 menit yang lalu. Teman-temannya yang lain pasti sudah berganti pakaian, tapi Satya engga ambil pusing kalau dirinya bakal kena omelan guru atau semacamnya.
"Tinggal ngarang kalau tadi dipanggil kepsek, beres," gumam Satya sambil berjalan melewati pintu UKS yang terbuka.
"Makan dulu Jes."
"Engga mau!"
Satya berhenti berjalan dan melongok ke dalam UKS. Pemandangan yang sangat mengejutkan bagi Satya. Genta dan Jessy tampak sangat akrab.
'Bukannya mereka lagi bertengkar kemarin?' batin Satya.
"Itu yang di deket pintu kalau engga mau masuk, tolong tutup pintunya ya!" teriak Genta, menyindir ke arah Satya.
Jessy langsung menghadiahi Genta dengan satu jitakan pelan.
"Kak Satya," sapa Jessy.
'Cih! Pake ketauan lagi!' rutuk Satya dalam hati.
Engga ada pilihan lain, kalau Satya tiba-tiba kabur dia bakal dicap pengecut, alhasil Satya mulai melangkahkan kakinya menuju ranjang Jessy.
"Sakit apa Jes?" tanya Satya.
"Sa-"
"Dia pingsan terus gue gendong deh!" sela Genta memotong ucapan Jessy.
Mata Satya hampir saja terlonjak mendengar ucapan Genta. Namun sedetik kemudian Satya memasang wajah sedatar-datarnya.
"Sori, gue nanya Jessy, bukan lo," balas Satya dengan tenang.
"Jessy engga boleh banyak ngomong, jadi gue yang mewakili dia," sahut Genta tetap keukeuh.
BUG.
Jessy memukul kepala Genta dengan botol air mineral plastik yang berada di dekatnya.
"Gue cuman pusing ya, bukan sakit gigi! Meningan sekarang lo diem atau gue takol lagi nih?!" sergah Jessy dengan wajah galak.
Genta melipat tangannya di dada kemudian membuang muka ke arah lain, menghindari matanya melihat Satya yang begitu menatap Jessy dengan sorot memuja.
"Kenapa lo bisa pingsan?" tanya Satya dengan cemas.
"Hm ... gue engga sarapan tadi pagi," jawab Jessy.
"Kenapa engga sarapan? Seengaknya lo bisa makan roti atau apa gitu."
"Pembantu gue lagi pulang kampung, Kak. Dan Mama gue juga lagi ke luar kota," sanggah Jessy.
"Kenapa lo engga masak aja? Lo bisa masak telor goreng 'kan?" tanya Satya lagi.
"Hm ... soal itu-"
"Banyak nanya lo kayak beo!" sinis Genta masih tetap membuang muka.
Satya menatap Genta dengan tajam. Sebenernya kalau bukan di depan Jessy, mungkin Satya bakal menghadiahi satu jotosan di muka Genta yang songong banget itu! Tapi, faktanya di sini ada Jessy.
'Bisa-bisa nama gue langsung diblacklist dari daftar cowok idamannya,' batin Satya.
"Genta, jangan ngomong gitu. Dia 'kan kakak lo!" seru Jessy.
"Loh? Kok lo malah belain dia sih?!" balas Genta dengan suara sedikit keras.
"Genta, jangan mulai lagi deh! Wajarlah, gue marahin lo, masa sikap lo engga sopan gitu ke kakak lo sendiri?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Teen Fiction[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...