"Gen... Genta... ."
Aku terbata-bata menyebut nama si cowok senga ini.
"Jadi lo yang motret gue sama Tasya? Hah?"
Genta bersandar di dinding samping pintu. Aku harus memanfaatkan kesempatan ini buat kabur.
"Genta, ada kecoa di seragam lo!" teriakku dengan wajah terkejut.
Kemudian berbalik, namun sebelum kakiku sempat melangkah sebuah tangan menarik tubuhku dengan kekuatan penuh.
BUG.
Aku mengerjapkan kedua mataku. Kemudian menengadah dan melihat wajah Genta berada sangat dekat dengan kepalaku.
"Mau boongin gue?" tanya Genta dengan suara pelan. Matanya menatap tajam kepadaku.
Kesadaran langsung menguasaiku begitu mendengar suara Genta, aku mendorong tubuh Genta menjauh. Sialan, kenapa aku bisa ada di pelukan cowok senga ini barusan?
"Heh culun, gue peringatin ya, jangan cari gara-gara lagi sama gue! Karena lo akan menyesal nantinya!"
"I...iya," jawabku sambil menundukan kepala.
Aku melihat kaki Genta mulai melangkah pergi. Akhirnya si cowok senga angkat kaki juga. Lagian siapa juga yang mau nyari gara-gara sama dia?
"Oh iya gue lupa," ujar Genta yang aku lihat berhenti berjalan dan berbalik menatapku.
Aduh, jangan-jangan dia mau ngasih aku pelajaran sama kayak yang pernah Tasya lakuin?
"Gue suka liat muka lo yang ketakutan tapi gue akuin nyali lo gede juga ya berani moto gue dan Tasya disaat seperti itu," lanjut Genta kemudian balik badan dan kali ini ia terus berjalan sampai hilang di belokan koridor terdekat.
Aku menghela napas. Untung kali ini nasibku lagi baik, karena sepertinya Genta engga akan menggangguku lagi.
"Neng, kok masih di sini? Engga masuk kelas? Bel udah dari tadi bunyi!" teriak seorang pria sepertinya ia satpam sekolah.
Tadi apa katanya?
Bel udah bunyi dari tadi? Matilah aku, bebas dari Genta, sekarang harus berhadapan sama Pak Yoga.
Apes emang!
*
"Lari 10 keliling," putus Pak Yoga di depan kelas saat aku baru saja melangkah masuk ke dalam kelas.
"Tapi Pak, saya--
"15 keliling!"
Oh gosh! Sepertinya aku engga usah protes lagi sebelum hukumanku malah makin banyak.
"Baik Pak," ujarku dengan lesu kemudian menutup pintu kelasku dari luar.
"Dasar guru kolot! Masih jaman ngasih hukuman lari! Dasar engga kreatif!" gerutuku sambil mengacungkan kepalan tanganku kepada pintu di depanku ini.
"Wow, wow, wow. Ternyata cewek culun kayak lo bisa maki-maki orang juga ya," ujar suara berat di sanpingku.
Tanpa menoleh pun aku tahu suara siapa ini. Aku menghela napas, sepertinya Genta memang ingin membuat masa SMA-ku menjadi mimpi buruk.
Aku memutuskan untuk mengabaikan Genta, dan langsung melengos menuju lapangan.
Jarak dari kelas menuju lapangan tidaklah jauh. Jalan sebentar langsung nyampe. Tapi sebentar, aku merasa diikuti.
Aku menoleh ke belakang. Dan mendapatkan Genta lagi berjalan ke arah yang sama sepertiku.
Aku berhenti kemudian balik badan lalu bertolak pinggang. Aku engga tahan lagi, sama sekali engga ada tanda-tanda Genta akan jera menggangguku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Ficção Adolescente[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...