50 - The Last

112K 6.3K 291
                                    

Author POV

Ruang aula sekolah itu tampak tegang. Pasalnya sekarang sedang dilakukan penghitungan suara untuk pemilihan Ketua OSIS tahun ini. Anak-anak kelas sepuluh sampai kelas dua belas berkumpul di dalam aula sambil berbisik-bisik satu sama lain. Para calon ketua OSIS beserta ketua tim suksesnya duduk di deretan paling depan.

Jessy duduk di samping Satya sambil berharap-harap cemas. Sedangkan di depannya ada Genta yang duduk seorang diri karena sang calon ketua alias Tasya tidak hadir di acara final ini.

"Jangan cengar-cengir mulu, dikira gila tau rasa lo!" bisik Satya pelan di telinga Jessy.

"Alah! Sombong ya, bentar lagi bakal jadi ketos tahun ini!" balas Jessy.

"Gue engga mau percaya diri terlalu tinggi ah!" sambar Satya.

Jessy menatap Satya sekilas. "Belaga rendah hati, padahal sih di dalam hati udah kegirangan banget," ledek Jessy.

"Tau aja lo!" balas Satya sambil tertawa renyah.

Genta yang sedari tadi memperhatikan keduanya hanya bisa bertopang dagu, ia sudah tidak sabar menunggu penghitungan suara ini selesai. Karena, Genta engga bisa liat Jessy dan Satya berduaan lama-lama.

"Baik, penghitungan suara sudah selesai, dan hasilnya sudah berada di tangan saya," ujar Rinai yang berdiri di atas podium.

Keadaan aula yang tadinya riuh langsung hening seketika, semuanya menunggu hasil penghitungan suara.

"Sebelum saya menyampaikan hasilnya, saya ingin berterima kasih kepada semua teman-teman yang sudah berpartisipasi semoga ketua OSIS tahun ini memiliki kinerja yang lebih baik dari pada saya. Oke, langsung saja saya panggil ketua OSIS tahun ini, selamat kepada ..."

"TASYA! TASYA! TASYA!"

"SATYA! SATYA!"

"Aryasatya Ranara!" ujar Rinai sambil tersenyum puas. Semua pendukung Satya langsung bertepuk tangan dengan riuh.

Satya berdiri kemudian memasang senyum sumringah, ia berjalan menghampiri Rinai. Lalu Rinai mempersilakan Satya untuk berdiri di podium menggantikannya.

"Pidato singkat Sat!" ujar Rinai pelan.

Satya mengangguk kemudian berdeham sebentar sebelum mulai berbicara.

"Sejujurnya saya engga pantas menerima posisi ini," ujar Satya membuat semua yang hadir di sana mengernyitkan dahi.

"Awalnya saya mengikuti pemilihan ini bukan karena visi saya ingin meningkatkan kredibilitas sekolah ini tetapi ada maksud lain. Alasan yang menurut saya sangat tolol, dan membuat saya sangat menyesal hingga hari ini. Namun, karena banyak orang-orang baik di sekitar saya, yang telah menyadarkan saya dari kesalahan. Saya bangkit dan berniat memperbaiki semuanya. Saya mohon maaf apabila kejujuran saya ini sangat mengecewakan kalian. Tapi saya berjanji mulai sekarang, visi saya adalah memajukan sekolah ini, dan membuat teman-teman semua puas dengan hasil kerja OSIS. Terima kasih."

Tepuk tangan langsung bergemuruh. Tidak ada yang menyalahkan Satya. Menurut kebanyakan orang, kejujuran Satya sangat berani dan menunjukan bahwa Satya memang pemimpin yang pantas.

"Bagus Sat, gue bangga sama lo!" ujar Rinai pelan.

Pemilihan ketua OSIS sudah berakhir dengan Satya yang keluar sebagai pemenangnya.

*

Ruang OSIS

"Nah Sat, karena gue ketua OSIS lama maka gue bakal ngebimbing lo terlebih dahulu. Tapi sebelumnya lo harus milih wakil, sekertaris, dan bendahara, sebagai pengurus inti yang akan membantu lo dan semua pengurus yang lama menyeleksi pengurus OSIS yang baru," ujar Rinai sambil duduk di depan Satya.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang