25 - Menyesal

74.6K 6.3K 485
                                    

Jessy POV

Gue berjalan di sepanjang koridor yang tidak terlalu ramai. Baru beberapa murid yang sudah datang, maklum sekarang masih jam 6 pagi. Gue emang sengaja datang lebih pagi.

Beberapa pasang mata memperhatikan gue sambil berbisik-bisik. Gue mencoba bersikap sesantai mungkin. Bodo amat orang mau bilang gue apa. Engga peduli!

Tapi kayaknya gue lagi sial pagi ini, di ujung koridor gue ketemu Tasya beserta dayang-dayangnya yang ngeselin. Oh my God, gue tau pasti hari ini bakal jadi hari terburuk gue. Ralat, engga seburuk kemarin sih.

"Whoa, kembali ke kodrat asal, Nerd?" sapa Tasya sambil tersenyum meremehkan.
Gue cuman bisa tersenyum miring lalu berusaha melewati Tasya. Gue udah capek ngadepin Tasya, Genta, dan ... Satya.

Tapi harusnya gue tau, Tasya engga bakal semudah itu ngelolosin gue. Cih, sebenernya apa sih salah gue kok dia dendam banget sama gue?

"Lo belum jawab pertanyaan Tasya, Nerd," ujar salah satu dayang Tasya sambil terus mencekal tangan gue dengan keras.

Gue melepaskan tangan dayang Tasya tersebut dengan kasar.

"Hak gue buat engga ngejawab pertanyaan lo, Tasya," balas gue akhirnya. Emang gue kayaknya engga bakat jadi orang yang tertindas.

Tasya memperhatikan gue dari ujung kaki sampe kepala. Dasar engga sopan!

"Kenapa lo balik jadi Nerd lagi? Udah merasa kalah saing sama kencantikan gue?" tanya Tasya sambil mengibaskan rambut.

Gue membuang muka. "Muka lo emang cantik, tapi hati lo busuk!" umpat gue. Tasya melayangkan tangannya ke arah muka gue.

PLAKKK

"Coba lo ulangi lagi," tantang Tasya.

"Kenapa? Lo mau nampar gue lagi? Engga terima kalo emang ternyata omongan gue bener?"

Tangan Tasya sudah melayang di udara, siap untuk menampar gue lagi tapi gue udah terlanjur lari meninggalkan Tasya yang masih meneriaki gue dengan caci makinya.

Bodo amat deh! Kalau dengan nampar gue, masalah gue sama dia beres. Gue rela! Gue udah capek ngadepin dia.

Gue melewati papan mading, engga sengaja gue mata gue menangkap mengenai berita pemilihan Ketua OSIS tahap kedua kemarin. Gue menyempatkan diri membaca berita tersebut. Omong-omong ini kerjaan tim jurnal buat ngeliput kegiatan sekolah.

"Pemilihan ketua OSIS periode 2014/2015 tahap kedua kemarin, sudah dilaksanakan. Seperti yang sudah diduga sebelumnya. Tasya Rahyana dan Aryasatya Ranara adalah dua kandidat yang berhasil lolos ke babak selanjutnya. Namun, karena sangsi yang dikenakan tim pemilihan kepada Satya, ia tidak diperbolehkan melakukan kampanye terbuka. Mungkin ini membuka peluang lebih lebar bagi Tasya, namun seperti yang sudah ditemui kemarin, Satya mengatakan bahwa ia tetap optimis, karena memiliki tim sukses yang sangat hebat. Sangsi tersebut tidak menurunkan keoptimisan Satya terhadap pemilihan ini.

Lalu, kira-kira siapa yang akan duduk di kursi jabatan Ketua OSIS Periode 2014/2015?"

Gue mencibir artikel jurnal tersebut. "Optimis ya Kak? Munafik! Pemilihan ini engga penting toh Tasya yang bakal duduk jadi Ketua OSIS," gumam gue sambil tertawa sendiri.

Ini lucu, menurut gue pemilihan ini sia-sia. Engga ada gunanya.

"Siapa bilang gue bakal ngalah gitu aja?" tanya seseorang di samping gue.

Gue melirik ke samping. Kak Satya. Harusnya gue engga usah baca artikel ini, dan ngebuang waktu di sini.

Gue berusaha bersikap engga peduli sama Kak Satya dan berjalan melewatinya.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang