40 - Siasat

120K 7.2K 403
                                    

Author POV

Jessy meloncat turun dari motor Genta dengan gerakan lihai. Beberapa siswa-siswi tampak mencuri-curi pandang ke arah mereka. Pasalnya, bukan lagi jadi rahasia kalau Genta berada di kubu Tasya, yang notabene-nya adalah rival Satya dan Jessy dalam pemilihan ketua OSIS.

“Kenapa sih mereka?” tanya Jessy kepada Genta saat ia memergoki beberapa siswi memperhatikannya dengan saksama.

“Ngefans kali sama lo!” jawab Genta sambil menggandeng erat jemari Jessy.

Jessy sempat terkesiap namun mau engga mau ia tersenyum juga. Mereka berjalan menuju kelasnya, tanpa mempedulikan tatapan kepo siswi-siswi engga ada kerjaan itu. Saat Jessy dan Genta membuka pintu kelas, ternyata kelas sudah ramai terbukti dengan bangku-bangku yang sudah terisi penuh.

Teman-teman sekelas Jessy dan Genta tampak melongo saat melihat mereka bergandengan tangan. Kecuali Lita. Ia tersenyum di tempat duduknya.

“Lo duduk sama gue ya!” ujar Genta kepada Jessy.

Jessy melihat Lita sebentar, kemudian menggeleng.

“Engga bisa. Kasian Lita duduk sendiri. Dan lagi, kalau gue duduk sama lo, bukannya fokus belajar nanti jatohnya malah ngobrol mulu!” balas Jessy sambil terkekeh pelan.

Genta mengangguk sambil tertawa kecil. Tepat pada saat itu, bel berbunyi nyaring menghentikan obrolan keduanya, karena mereka harus kembali ke tempat duduknya masing-masing.

Pak Bondan,  guru mata pelajaran Kimia masuk ke dalam kelas dengan diikuti dua orang di belakangnya. Semua penghuni kelas tampak mengernyitkan dahi.

“Selamat pagi anak-anak, kita kedatangan dua teman baru, kembar lagi. Nah sekarang kalian boleh memperkenalkan diri. Hm, dimulai dari Adrian,” ujar Pak Bondan.

Seorang cowok dengan rambut dipotong cepak tampak menebarkan senyum ramahnya.

“Nama gue Adrian Gantara, gue pindahan dari Surabaya. Semoga kalian bisa menerima gue menjadi teman kalian ya.”

“Nah, sekarang, Riana, ayo,” ujar Pak Bondan lagi.

Seorang cewek dengan penampilan pinky tampak melambai, memamerkan senyum manis ke seluruh penghuni kelas.

“Nama gue Adriana Gantara, Adrian ini Kakak gue, kita cuman selisih 5 menit brojolnya. Semoga kalian bisa menerima kami ya.”

“Nah Adrian, Riana, kalian boleh menepati tempat duduk yang kosong ya. Karena Bapak akan segera memulai pelajaran,” sahut Pak Bondan kemudian mengambil buku cetak Kimia.

Mata Jessy sama sekali tidak lepas dari kedua kakak-beradik kembar itu. Ia tersenyum bahagia karena akan kedatangan teman baru.

“Adrian ganteng ya,” bisik Lita di telinga Jessy.

Jessy langsung menoleh. Kemudian tersenyum jahil.

“Cie cinta pada pandangan pertama!” ledek Jessy.

Pipi Lita bersemu merah. Jessy makin terbahak melihat pemandangan yang tersaji di depannya. Jarang-jarang melihat Lita malu-malu. Namun Jessy segera mengatupkan mulutnya begitu mendengar dehaman Pak Bondan di dekatnya.

Pak Bondan mulai menulis di depan papan tulis rumus-rumus kimia yang bikin Jessy bosan setengah mati. Iseng-iseng Jessy menoleh ke belakang. Tepatnya ke meja Genta.

Namun bukan tatapan Genta yang ia dapat tapi, malah anak baru itu yang sedang duduk di samping Genta, tepatnya Adrian, menatapnya dengan intens. Jessy mengangkat sebelah alisnya namun Adrian malah menunduk seolah menghindari tatapan Jessy.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang