Author POV
Jessy duduk di depan Genta sambil tersenyum hangat. Ditatapnya wajah sang kekasih yang sedang melempar senyum ke arahnya.
"Gue mau nanya deh Ta!" ujar Jessy memecah keheningan.
"Nanya apaan? Pake ijin segala!" balas Genta.
"Sejak kapan lo suka sama gue?" tanya Jessy.
Genta melebarkan kedua matanya mendengarkan pertanyaan Jessy. Namun, ia tersenyum kecil.
"Mungkin sejak lo ngelawan Tasya dan jadi target musuhnya genk Tasya," jawab Genta sambil tersenyum.
Sekarang gantian Jessy yang melebarkan kedua matanya, seolah tidak percaya. "Jadi lo liat perdebatan itu?" tanya Jessy.
Genta mengangguk. "Liat dong, dan walaupun gue males ngakuinnya, sebenernya waktu itu lo keren banget, malah gue engga liat lo itu culun dulu, lebih ke polos sih sebenernya. Penampilan lo juga alibi banget, sekali liat juga gue bisa langsung tau lo itu cewek engga biasa."
Jessy tertawa terbahak-bahak mendengar penuturan dari mulut Genta. "Engga biasa gimana? Emang gue pahlawan super apa?!"
"Iya lo itu pahlawan, karena bisa merebut hati gue!" balas Genta membuat pipi Jessy langsung merah merona.
"Ah Abang bisa aja!" ujar Jessy sambil tertawa lagi. Genta juga ikut tertawa, seolah menertawai segala kejadian yang sudah berlalu.
"Tapi Ta, lo suka sama gue tapi kenapa lo malah nyerang gue di pemilihan? Lo bahkan jadi musuh gue, pake duet segala lagi sama Tasya bikin gue kesel setengah mati tau engga lo berdua! Eh gue masih inget lo sama Tasya hampir mau ngebunuh gue dulu!" ujar Jessy dengan pandangan menyelidik.
Bukannya menjawab Genta malah menggaruk tengkuknya yang tidak gatal. Seolah sedang salah tingkah.
"Hm ... itu lo tau 'kan Jes, misalkan kita suka sama orang lain, kita bakal kayak salah tingkah terus bertindak bodoh gitu. Nah, gue sebenernya takut bertingkah bodoh di depan lo terus lo ilfeel sama gue," jawab Genta akhirnya.
Jessy tidak bisa menahan tawanya, ia bahkan memegang perutnya saking gelinya.
"Jangan ketawa dong Jes, gue 'kan malu!" ujar Genta.
Jessy menatap wajah Genta yang udah kayak kepiting rebus. Ia berusaha meredam tawanya, dan setelah lima menit, ia mulai berhenti kemudian menarik napas.
"Genta, gue engga nyangka lho, orang yang suka sama gue, malah bertopeng musuh. Harusnya lo engga perlu lakuin itu kali! Gue suma sama lo just the way you are."
Genta menggeleng tidak setuju. "Gue engga yakin kalau awalnya gue bersikap baik sama lo, endingnya bakal jadi begini. Tapi Jes, soal yang mau ngebunuh lo itu, beneran sori banget. Gue sama sekali engga berniat buat ngebunuh lo itu cuman skenario aja supaya Satya terpancing dan mundur dari pemilihan," ujar Genta dengan wajah amat sangat bersalah.
Jessy menyentuh tangan Genta kemudian menggenggamnya dengan erat. "Engga apa-apa. Gue malah mau berterima kasih, kalau engga ada kejadian itu gue engga bakal tau maksud Kak Satya yang sebenarnya."
Genta tersenyum kemudian membalas genggaman tangan Jessy. "Untuk semua yang pernah gue lakuin, gue bener-bener mau minta maaf."
Jessy mengangguk. "Gue udah maafin, kalau gue belum maafin lo, kita engga bakal ada di sini kayaknya."
Genta tertawa kecil. "Gue beruntung karena lo sayang sama gue, Jes."
"Love is blind, gue juga engga tau sebenernya apa yang menarik dari lo Ta!" balas Jessy sambil tersenyum jenaka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Teen Fiction[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...