20 - Our Action

125K 8.8K 264
                                    

Author POV

Lita menangis terisak-isak. Hatinya sangat amat nyeri menerima kenyataan yang ada. Jessy, orang yang sudah ia anggap sebagai sahabat, mengkhianatinya dengan sangat tragis. Padahal Lita percaya banget sama Jessy, ia yakin Jessy engga bakal suka sama Satya sesuai pengakuannya waktu itu. Tapi nyatanya, Lita salah besar sudah mempercayai Jessy. Lita kecewa.

"Jadi Kak, lo serius mau nyelakain Jessy kalau rencana Genta yang ini engga berhasil?" suara tersebut menghentikan tangis Lita. Ia mengintip dari balik tembok.

Martin dan Tasya tampak sedang mengobrol serius di depan kelas Lita dan Jessy.

"Mau apa mereka?" gumam Lita dengan suara pelan.

Tiba-tiba Lita melihat Jessy keluar dari dalam kelas. Lita menguping segala pembicaraan mereka.

"Mau kemana lo, Nerd?" tanya Tasya dengan nada menantang. Lita merasakan firasat buruk tentang Jessy, semoga firasatnya ini salah.

"Pergi dari kumpulan orang nista," jawab Jessy dengan berani.

"Nista? Maksud lo, gue?" tanya Tasya dengan nada tinggi.

"Of course, dan adik lo, serta si otak psikopat di kelas,"

"Berani banget ya lo, mentang-mentang jadi ketua tim sukses Satya, lo makin songong aja! Minta dikasih pelajaran ya lo?!" bentak Tasya kepada Jessy.

Lita menggigit bibirnya dengan gelisah. Ia berharap Jessy cepat-cepat sadar kalau bahaya sedang mengincarnya, Lita ingin Jessy cepat-cepat pergi sebelum, sesuatu yang buruk terjadi pada Jessy.

"Pelajaran apa? Kimia? Fisika? Omong-omong emang lo ahli dalam pelajaran apa sampe mau ngasih pelajaran ke gue?"

"Jessy, kamu emang engga berubah, honey." Martin mulai berbicara.

"Cepet deh, lo pada mau ngapain nahan-nahan gue gini? Gue tau lo lagi nyusun rencana buat ngancurin mental gue kan? Sori nih, mental gue lebih kuat daripada baja, you know?!"

Lita tambah gelisah, Jessy sepertinya terlalu berani sampe engga liat kondisi nih.
Tiba-tiba Lita melihat Genta yang keluar dari kelas dan langsung melilit leher Jessy. Tanda bahaya! Emergency! Lita engga bisa diem di sini dan jadi penonton doang, ia harus mencari bantuan. Tapi kepada siapa? Apakah kepada Kak Satya? Tapi ...

"Uhuk ... Uhuk ..." Jessy terbatuk karena lilitan di lehernya sangat kencang, tapi berkat suara batuk Jessy, Lita sadar kalau ego-nya sekarang ini harus ia singkirkan. Walaupun Lita kecewa berat sama sikap Jessy, Lita engga bakal biarin satu orang pun nyelakain Jessy. Karena engga bisa Lita pungkiri, Jessy tetap temannya walaupun di bibir ia berkata 'bukan'.

"Oke, aku harus cepat menemui Kak Satya!"

*

Hari ini Satya sedang sibuk dengan tugas-tugas sekolahnya. Ia tampak serius mengerjakannya, dalam hati Satya bertekad membereskan tugasnya yang buat besok hari ini, karena, Satya mau ngajak Jessy jalan.

Tiba-tiba pintu menjeblak terbuka menampakan wajah kusut Lita, teman Jessy. Lita cepat menghampiri Satya.

Tanda bahaya! Kata Satya dalam hati. Ia bisa membaca dalam pikiran Lita, Jessy dalam bahaya!

"Di mana dia Lit?" tanya Satya dengan wajah tegang. Ia sudah melupakan semua tugasnya, yang terpenting sekarang adalah Jessy. Semoga dia 'masih' baik-baik aja.

"A ... Atap Kak! Kakak harus nolong Jessy! Mereka mau nyelakain Jessy kalau Kakak engga ngundurin diri dari pemilihan!" ujar Lita dengan napas memburu.

Goodbye PopularityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang