Author POV
Jessy mengeluarkan seluruh baju yang ia punya dari lemarinya. Kemudian menaruhnya di kasur queen sizenya. Jessy terlihat bingung, baju apa yang akan ia pakai untuk bertemu Genta nanti.
"Kaos kuning, rok hijau," ujar Jessy sambil berdiri di depan cermin.
"Astaga gue kayak buah nanas!" gumam Jessy.
Pilihan pertamanya ia abaikan. Kemudian ia mencoba kemeja bermotif kotak-kotak dan jeans hitam sobek-sobek.
"Biasa aja, kesannya santai banget," ujar Jessy tidak suka.
Pilihan keduanya ia jatuhkan begitu saja ke lantai. Kemudian setelah mencoba beberapa pilihan lainnya, Jessy sama sekali belum menentukan pakaian yang cocok untuk ia kenakan nanti.
Jessy terduduk di ranjangnya sambil menghela napas kemudian matanya menangkap sebuah dress berwarna peach di dalam lemarinya. Jessy menepuk jidat. Ternyata dress tersebut luput saat ia mengeluarkan pakaian-pakaiannya tadi. Akhirnya Jessy memutuskan untuk mencoba dress tersebut.
"Kok sempit banget ya!" Jessy terus memaksakan dress tersebut agar pas di tubuhnya.
BREK.
Hening. Jessy melebarkan kedua matanya. Kemudian melepaskan dress tersebut. Dan matanya makin melebar begitu melihat dress berwarna peach tersebut sudah robek.
"Astaga gue baru inget ini 'kan dress gue waktu masih SD! Pantes aja udah engga muat! Lagian gue maksa banget ya ampun!" Jessy tertawa kecil, merasa lucu sendiri karena saking bingungnya memilih pakaian yang cocok, Jessy tidak memikirkan ukurannya lagi.
"Sekarang gue harus pake baju apa?!" teriak Jessy frustasi.
Tiba-tiba SMS terakhir Genta terlintas begitu saja di pikirannya. Jessy langsung mengambil ponselnya dan membuka fitur message, dan membaca kalimat itu berulang-ulang.
"Lo selalu cantik bagi gue. Ah melting gue Ta bacanya!" gumam Jessy sambil mendekap ponsel tesebut.
"Oke deh, kalau kata Genta gue selalu cantik, berarti pakai apa aja juga selalu bakal cantik 'kan?" Jessy tersenyum kecil kemudian mengambil dress polos berwarna biru langit. Ia meletakan ponselnya di meja kecil lalu berdiri.
Drrrtttt ... Drrrttt ...
Baru saja Jessy meletakan ponselnya tiba-tiba benda itu sudah bergetar hebat. Jessy mengambil ponselnya kembali.
Kak Rinai calling ...
Jessy langsung mengklik tombol hijau dan meletakan ponsel tersebut ke telinganya.
"Halo Kak Rinai! Apa kabar?" tanya Jessy dengan penuh semangat.
Rinai tertawa di seberang sana. Kemudian menjawab salam dari Jessy. "Baik Jes, lebih baik dari sebelumnya."
"Syukurlah kalau Kak Rinai baik-baik aja. Kak Satya udah engga macem-macem lagi 'kan sama lo? Eh Genta pasti bakal lindungin lo kok! Jadi Kak Rinai tenang aja! Gue udah ngewanti-wanti Genta! Pokoknya dia harus jagain Kakak!" ujar Jessy panjang lebar.
Rinai tertawa lagi. "Tenang aja Jes. Satya bukan macan kok, dia engga berbahaya."
Jessy mengernyitkan dahi. "Astaga, gue engga nyangka setelah semua yang udah Kak Satya lakuin ke Kakak, Kak Rinai masih bilang begitu? Bener-bener deh," balas Jessy engga habis pikir.
"Satya udah berubah Jes, dia udah minta maaf sama gue, dan ngakuin semua kesalahannya," ujar Rinai.
"Tapi 'kan Kak lo tau sendiri Kak Satya itu jago bersandiwara! Gue yakin dia cuman boongin lo aja! Dia itu udah bener-bener psyco banget deh!" balas Jessy lagi dengan berapi-api.
KAMU SEDANG MEMBACA
Goodbye Popularity
Teen Fiction[ON EDITING] [[Beberapa part masih diprivate ]] Apa sih arti populer itu? Menurut kamus Jessy nih, populer itu artinya dikagumi banyak orang, kalau Jessy tentu aja kecantikannya. Pengertian sempit banget yang menjerumuskan Jessy pada penderitaan. ...