Bab 4

271 17 0
                                        

Eungghh'

Asyla baru saja bangun dari tidurnya. d
Ia berbalik perlahan dan mendapati tempat di sebelahnya masih kosong dan terasa dingin, itu berarti Christian tidak pulang lagi.

Asyla hanya menghela napas dan segera beranjak dari tempat tidur, berjalan perlahan menuju kamar mandi dan segera membersihkan tubuhnya.

Setelah selesai mandi, Asyla pergi menuju dapur untuk bersiap sarapan.
Kali ini Asyla memasak sarapan hanya untuknya karena Christian tidak ada di rumah.

Setelah selesai, Asyla duduk di kursi meja makan dan mulai memakan nasi goreng sebagai menu sarapannya pagi ini.

Saat Aeyla masih asyik sarapan, tiba-tiba terdengar suara mobil memasuki garasi rumahnya.

Asyla tau itu adalah Christian. Asyla segera beranjak dan membukakan pintu untuk Christian

Asyla membuka pintu dan tersenyum manis menyambut Christian, tetapi Christian hanya diam menatap Asyila.

"Mas, sudah pulang? Pasti lelah ya?" tanya Asyla sambil meraih tas kerja Christian yang masih digenggam oleh sang empu.

Christian hanya membiarkan apa pun yang dilakukan Asyla.

Christian berjalan melewati Asyla, saat itu juga Asyla melunturkan senyumnya ketika Christian melewatinya begitu saja. Tetapi kemudian ia tersenyum, agar terlihat baik-baik. Ia lekas berlalu menyusul Christian, yang berjalan menuju ruang makan.

Sebelum menuju dapur Asyla sempat menyimpan tas kerja suaminya di sofa. Setelah itu, Asyla duduk berhadapan dengan Christian. Christian sendiri malah sibuk nampak sibuk dengan ponselnya.

Asyla pun hanya menatap suaminya dengan perasaan heran. 'bukan kah Christian lembur, bahkan pulang pagi, tapi kenapa Christian malah terlihat segar dan seperti baru saja mandi.

"Mas, apakah Mas baru saja selesai mandi?" tanya Asyla pada akhrinya.

Christian segra mengalihkan tatapannya kepada Asyla. "Memangnya kenapa kalau aku mandi?" tanya balik Christian.

"Tidak apa-apa mas, aku hanya bertanya."

Asyla kembali memakan sarapan yang sempat tertunda.

"Kapan perkiraan kau melahirakan?"
tanya Christian tiba-tiba.

"Menurut perkiraan dokter 1 minggu lagi, Mas," jawab Asyla.

"Memangnya kenpa mas? Apa Mas sudah tidak sabar bertemu baby?
Aku juga sudah tidak sabar menantikan dia lahir, aku ingin segera memeluknya, mungkin setelah dia lahir aku tidak akan kesepian lagi," tutur Asyla lirih seraya mengusap perutnya yang semakin membesar.

Christian sempat tertegun mendengar ucapan lirih Asyla di hadapannya, tetapi keegoisan menguasai dirinya sehingga ia tidak melakukan apa pun selain menatap Asyla.

"Asyla, sebaiknya kau menginap saja di rumah orang tuamu, mas sangat sibuk akhir-akhir ini, setidaknya jika nanti kau merasakan kontraksi , ibu dan ayah ada bersamamu."

"Kenapa begitu Mas, aku baik-baik saja, Mas tidak perlu khawarir, dan lagi aku tidak mau merepotkan ibu dan ayah."

"Jangan membantahku, Asyla! Mas hanya tidak ingin terjadi sesuatu dengan kalian, saat mas lembur dan tidak bisa pulag ke rumah. Sebaiknya segera bersiap mas akan mengantarkanmu!" pinta Chrustian tidak ingin dibantah.

Asyla terdiam di tempatnya, sebenarnya ia juga tidak keberatan, jika harus sendrian di rumah, tapi dia juga tidak ingin membantah suaminya.

Setelah sarapannya selesai,
Asyla berdiri dan segera membereskan meja makan.

Ia memutuskan menuruti keinginan suaminya dab akan tinggal sementara di rumah orang tuanya sampai melahirkan nanti.

Harapan AsylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang