Bab 28

38 4 2
                                    

Pagi harinya David bangun lebih dulu, ia bergegas mandi untuk mmebersihkan tubuhnya yang terasa lengket. David benar-benar memanfaatkan malam pertamnya, hanya untuk menikmati tubuh sang istri. Hingga  mereka kelelahan dan tertidur.

Sementara Asyla, ia baru saja membuka mata dan berusaha menyesuaikan cahaya matahari yang mulai menerobos masuk melalui jendela.

Asyla tidak mendapati David di sebelahnya, tetapi ia menyadari  jika  David berada di kamar mandi karena mendengar suara gemercik air dari dalam.

Asyla mencoba bangun dengan susah payah dan menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang. Pasalnya, ia  merasa seluruh tubuhnya sakit dan perih di bagian bawahnya.

Seketika pipinya merona, mengingat ia menghabiskan malam bersama sang suami. Ketika  Asyla asyik mengingat kajadian semalam, ia  dikejutkan oleh suara pintu kamar mandi yang terbuka.

"Loh, Sayang? Sudah bangun? Kenapa tidak memanggil mas?" tanya David panik seraya menghampiri Asyla.

Bukannya menjawab, Asyla justru terpesona dengan penampilan David yang baru saja selesai mandi. David menggosok rambutnya yang basah, dengan keadaan tubuh yang setengah telanjang. Ya, dia hanya memakai handuk sebatas pinggang.

Sungguh, pemandangan indah yang tidak ingin Asyla lewatkan pagi ini.

"Sayang? Hey! Kenapa  malah melamun?"

"E-eh? Tidak, aku tidak melamun, aku hanya ... hanya ...."

"Hanya apa?" tanya David dengan nada menggoda.

David menaiki ranjang dan meletakan kedua tangannya di kedua sisi Asyla. Ia  semakin mengikis jarak antara dirinya dan Asyla.

"Kau terpesona? Pipimu merah," bisik David seraya tersenyum tipis.

Asyla  gelagapan dan berusaha menghindari tatapan David. Namun, usahanya sangat sia-sia. Karena tangan David tidak tinggal diam, ia memegang dagu Asyla dengan tangan kanannya. Kemudian mengangkat dagu itu hingga wajah Asyla semakin dekat dengannya.

"Lihat! Wajahmu semakin indah saat matahari menyinarinya. Sangat cantik," ucap David seraya membelai wajai sang istri.

"Ini masih pagi, Mas! Aku bahkan belum mandi, jadi jangan gombal!! Minggir, aku juga mau mandi, tubuhku sangat lengket!"

"Aku tidak gombal, Sayangku ... itu  adalah sebuah fakta."

Levian mengecup kening, hidung, dan pipi Asyla. Saat ia hendak mengecup bibir Asyla, kegiatannya terganggu karena Asyla menutup mulutnya dengan kedua tangannya.

"Kenapa?" tanya David heran.

"Aku belum sikat gigi, Mas! Minggir dulu!!" Kesal  Aletta memukul dada bidang sang suami.

"Ha ha ... baiklah, maafkan aku Sayang. Mau aku bantu?" tawar David ketika melihat Asyla yang kesusahan.

"Tidak! Aku bisa sendiri." Asyla sangat malu, karena David tidak mengalihkan tatapan darinya.

Ketika  Asyla hendak berdiri, seketika ia meringis kesakitan, karena  bagian bawahnya sangat perih dan ngilu. Maka dari itu, ia kembali duduk, dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

Hal  itu mmebuat David kalang kabut dan segera memeluk Asyla.

"Apakah sangat sakit? Maafkan aku Sayang, semalam aku hilang kendali dan membuatmu kesakitan." David merutuki dirinya sendiri karena tidak bisa mengontrol dirinya semalam.

"Ini sangat sakit, tapi tidak apa-apa, Mas. Toh aku pun menikmatinya, kita melakukannya atas dasar suka sama suka."

"Tetap saja, aku merasa bersalah."

Harapan AsylaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang