🍀Bab 1

1K 31 2
                                    

Bahkan dari kakinya saja sudah terlihat betapa cantik dan sempurna gadis bermarga Kim itu. Seluruh orang memuji kecantikanya yang luar biasa, tapi tidak dengan suaminya.

Kim Yoona, putri kedua dari keluarga Kim itu selalu saja berhasil menyita perhatian dari semua orang. Berita kecantikanya sudah tersebar keseluruh penjuru negeri, bahkan ketelinga suaminya, tapi tetap saja suaminya itu tidak pernah memujinya.

"Selamat pagi nona"

Yoona yang ramah tentu langsung tersenyum sekilas untuk membalas sapaan para karyawannya.

Pagi yang cerah bersama senyuman cerah dari Kim Yoona, hari ini mereka pasti akan mendapatkan keberuntungan

Butik dengan gaun-gaun cantik dan elegan, sangat cocok di huni oleh sosok Yoona yang sempurna. Desainer muda itu langsung menuju ruanganya setelah sedikit menebarkan senyuman manis untuk para karyawannya.

"Kita selesaikan pekerjaan semalam, baru pergi meeting saat makan siang"

Yoona hanya mengangguk sekilas untuk menanggapi ucapan sekretarisnya.

"Ngomong-ngomong, kau sudah sarapan?" Tanya sang sekretaris lagi yang bernama Mina.

Yah, hubungan mereka cukup dekat, tidak ada bahasa formal selagi mereka hanya berdua saja.

"Belum" jawab Yoona seadanya sambil mengamati layar komputernya.

"Mau roti? Atau..."

Yoona tersenyum sebelum menyela ucapan Mina. "Aku akan makan setelah menyelesaikan tugasku"

Tentu saja Mina mendengus mendengar ucapan sang atasan. Selalu saja begitu, Yoona menganggap seakan makan hanya untuk buang-buang waktu saja.

☃️☃️☃️

Sementara itu, disisi lain seorang Park Jimin tidak kalah sibuk dengan istrinya. Mereka sama saja, selalu lupa makan dan minum, pekerjaan adalah kehidupan bagi mereka berdua.


"

Tuan, apa yang harus saya siapkan?" Sang Asisten yang setia menemaninya, kini bertanya membuat Jimin menoleh sejenak.

"Kau belum menyiapkan berkas yang ku minta?" Tanya Jimin seakan memastikan.

Sang Asisten menggeleng. "Bukan itu, maksud saya hadiah yang akan Tuan bawa ke pesta Minggu depan?"

Kini kalimat itu membuat Jimin mengeryitkan dahi untuk sesaat, pesta apa yang dirinya lupakan?

"Ah.." Jimin mendesah kasar saat mengingat sesuatu. Pesta ulang tahun ibunya.

"Tuan lupa?" Asistennya bertanya dengan takut-takut, padahal sebenarnya ia sudah menduga kalau Jimin akan melupakanya.

"Kau sudah mengosongkan jadwalku?" Tanya Jimin, mengabaikan pertanyaan asistenya yang tadi.

Sang Asisten langsung mengangguk. "Nona Yoona juga sudah menyiapkan baju agar kalian terlihat sesasi, hanya tinggal Tuan pikirkan mau memberikan hadiah apa"

Jimin menjauhkan tubuhnya dari meja, ia duduk bersandar di kursi ya sambil kuku-kuku tanganya terus mengetuk-ngetuk meja.

"Apa yang istriku berikan?"

Pertanyaan Jimin itu membuat asistennya tersenyum. Jimin cukup menghargai pernikahan mereka, meski hanya sebatas perjodohan, buktinya ia selalu menyebut status Yoona sebagai istrinya.

"Kalian suami istri, hadiahnya cukup satu saja" kata sang asisten.

Jimin mengangguk paham. "Akanku pikirkan nanti" katanya sambil bangkit untuk pergi keruang meeting.

☃️☃️☃️

Hampir tepat tengah malam, Yoona baru saja keluar dari lift dan berjalan menuju ke unit apartemen yang ia tinggali bersama sang suami.

Ceklek

Pintu terbuka setelah Yoona memasukan pin yang benar. Seperti sebuah kebiasaan, Yoona akan selalu melihat Jimin dengan kaca mata anti radiasinya duduk di sofa.

Bukan untuk menunggu dirinya..(sepertinya) tapi untuk menuntaskan beberapa pekerjaan yang tertunda di kantor.

"Ekhem... Sudah pulang?" Yoona hanya berusaha membangun relasi yang baik dengan menyapa Jimin.

Tapi reaksi yang Jimin tunjukan selalu saja sama, hanya berdahem kecil dan tetap fokus pada layar komputernya, tidak sedikitpun menoleh pada Yoona.

Yoona mendesah kecil, terkadang ia jengkel dengan hubungan canggung mereka, tapi... Tidak ada yang mau bergerak dan membangun hubungan yang lebih baik.

"Aku memasak cukup banyak, hangatkan dan makanlah" Suara dingin dan bas milik Jimin mengudara, mengenai hingga menggetarkan hati Yoona rasanya. Tapi gadis yang baru tamat berkuliah dua tahun yang lalu itu hanya bisa menjawabnya dengan daheman kecil, sifatnya yang pemalu membuat Jimin terkadang berpikir kalau gadis muda yang ia nikahi tidak menyukai dirinya.

Yoona pergi kekamar untuk membersihkan diri, hanya tiga puluh menit yang ia gunakan, dan gadis itu segera kembali dan berjalan menuju dapur untuk makan.

Apartemen yang mereka gunakan cukup sederhana, hanya ada dua kamar, dapur kemudian ruang tamu yang juga di gunakan untuk bersantai.

Karena terlalu sederhana, bahkan Yoona bisa melihat Jimin yang sibuk di sofa tanpa penghalang apapun dari meja makan.

Yah, mereka memang berkecukupan, tapi... Yang mereka cari adalah tempat yang memudahkan akses menuju tempat kerja, dan apartemen sederhana ini adalah yang mereka temukan.

"Tuan menyiapkan hadiah?" Yoona sebenarnya tidak mau berbasa-basi basi seperti ini, tapi dia penasaran dan... Sedikit mengingatkan Jimin jika satu Minggu lagi adalah ulang tahun ibunya.

Seperti di awal tadi, mereka tidak jauh berbeda, selalu sibuk bekerja sampai lupa semuanya, Yoona bahkan mengingat hari itu setelah Mina yang mengatakannya tadi.

Jimin yang sibuk berkutat dengan berkas dan laptop, tampak tidak fokus untuk sesaat.

"Apa yang kau pikirkan?" Tanyanya tanpa menoleh pada Yoona yang baru saja selesai memanaskan makanan. "Maksudnya... Hadiah apa yang Nona pikirkan?"

Hmm cukup canggung untuk usia pernikahan yang sudah menginjak tahun ke-2, tapi mau bagaimana lagi, keduanya tidak pernah saling berusaha mendekatkan diri.

"Tidak tahu" jawab Yoona sambil menggeleng kecil. "Awalnya aku ingin menyarankan perhiasan, tapi sepertinya Eommonim sudah punya banyak"

"Cucu"

Yoona dan Jimin sama-sama menelan ludah saat mengingat kata-kata sang ibu satu tahun yang lalu.

Cucu darimana, mereka saja tidak tidur sekamar.

"Ekhem" Jimin berdahem kecil untuk membasahi tenggorokan ya yang terasa kering. "Kau siapkan saja tugasmu, aku.. akan pikirkan itu besok"

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang