🍀 Bab 8

443 27 1
                                    

Gadis cantik dengan balutan gaun sederhana yang indah dan elegan, duduk dengan wajah cemberut tepat di hadapan Jimin yang tampak sibuk dengan pekerjaannya sendiri.

Jimin menghela nafas, merasa kasihan dengan istrinya yang sudah berdandan begitu cantik sejak sore tapi kini mereka sama sekali belum bisa berangkat karena terkendala oleh pekerjaan Jimin.

Meski tidak mengatakannya, tapi Jimin sangat mengerti bahwa menunggu bukanlah hal yang menyenangkan untuk di lakukan.

Seharusnya Jimin memang sudah mengosongkan jadwalnya malam ini, tapi pekerjaan yang datang mendadak membuatnya tidak bisa berkutik.

"Ayo berangkat" Jimin bangkit dengan terburu-buru, membiarkan berkasnya berserakan dan laptopnya masih menyala.

"Eh"Yoona jadi terkejut karena Jimin yang langsung membopong tubuhnya. "Tapi..." Ucapan Yoona yang tertunda membuat Jimin juga tidak jadi melangkah.

"Bajunya... Aku sudah..." Yoona sudah menyiapkan baju seperti yang asisten Jimin minta, tapi Jimin belum mengenakannya dan Yoona ragu untuk memintanya.

"Ah ya, tunggu sebentar" Jimin mengembalikan tubuh Yoona di tempat semula, ia dengan cepat bergerak masuk kekamarnya.

Yoona ragu apa pria itu mau memakai baju yang Yoona buatkan atau tidak. Tapi sepertinya tidak.

"Ayo" Jimin kembali setelah hampir lima belas menit berlalu.

Yoona mengangguk, iapun sedikit membenahi gaunya sebelum Jimin menggendong tubuhnya. Tapi... Yoona justru di buat terpaku ketika melihat suaminya itu ternyata mau mengenakan baju yang sudah Yoona buatkan.

"T-Tunggu sebentar" Yoon menghentikan Jimin yang sudah membungkuk dan bersiap menggendong tubuhnya.

Gadis itu tersenyum senang melihat Jimin yang terkesan menghargai karyanya.

Dan senyuman itu... Adalah senjata ampuh yang membuat jantung Jimin hampir meledak rasanya, apalagi dengan jarak wajah mereka yang tidak begitu jauh karena Jimin sudah membungkuk di hadapan Yoona.

"D-dasinya..." Yoona menunjuk dasi Jimin yang belum rapi. "Ini sedikit miring" kemudian dengan manis gadis itu mengulurkan tangan untuk membenahi dasi suaminya.

Sepertinya, beberapa hari ini keduanya cukup saling perduli dan kompak, tidak seperti sebelum-sebelumnya yang selalu mengabaikan satu sama lain.

Jimin juga mungkin tidak sadar, ia tersenyum merasakan keperdulian Yoona kepada dirinya, bukan hanya kli ini, beberapa kali ketika Yoona mengantarkan makanan dari eommanya Jimin juga tahu kalau Yoona cukup memperdulikannya.

Hanya saja, entah karena pemalu atau bagaimana, Yoona cenderung jarang bicara dan selalu mendiami Jimin. Sedangkan dalam kacamata Yoona, Jimin itu terlalu menakutkan, jadi Yoona tidak berani mengajaknya bicara.

☃️☃️☃️

Sejujurnya Nyonya Park tidak begitu ingin merayakan pesta ulang tahunya, mengingat usianya sudah cukup tua.

Tapi... Ada beberapa misi yang harus dirinya lakukan, dan pesta ini adalah salah satunya jalan.

"Dimana anak nakal itu?"

Hm, tentu target mereka adalah Yoona dan Jimin. Pesta bahkan sudah hampir selesai, tapi kedua anak manusia yang sangat luar biasa sibuk itu belum juga menunjukan batang hidungnya.

"Jika tidak datang, bukankah itu artinya mereka keterlaluan?" Tuan Park yang tidak sabaran menunjukan kekesalannya.

"Jimin mungkin tidak akan datang, tapi menantu kita pasti akan datang" layaknya seorang ibu, Nyonya Park lebih suka membela menantunya di banding putranya sendiri


Kedua paruh baya itu kembali menunggu manusia yang mereka harapkan sejak tadi.

Hingga.... Tiba-tiba kerumunan tampak semakin padat, bisikan demi bisikan juga terdengar membuat Nyonya dan Tuan Park cukup penasaran.

"Manis sekali"

"Mereka sepasang kekasih?"

"Bukankah ini seperti di novel? Si pria dingin yang luluh dengan wanita manis"

"Aaaa, aku juga ingin"

Satu persatu teriakan para gadis yang heboh terdengar, tapi itu bahkan tidak mampu menggoyahkan langkah kaki pria yang sedang menggendong istrinya terus berjalan menuju tempat Nyonya Park.

Ketika itu, ketika kerumunan mulai terpecah dan mata tua nyonya Park mulai melihat kehadiran putranya, bibirnya yang keriput tampak mulai menarik kedua sudutnya.

Ini... Sungguh momen langka, bagaimana bisa Jimin datang dengan menggendong istrinya begitu? Terkesan manis, tapi...

"Ada apa nak?" Nyonya Park lebih mencemaskan kondisi menantunya yang sepertinya tidak baik-baik saja saat ini.

"Tuan, tolong turunkan aku" sayup-sayup Nyonya Park mendengar suara lirih Yoona bersembunyi di ceruk leher sang suami.

Jimin dengan wajah dinginnya itupun segera menuruti permintaan sang istri, ia membuat Yoona berdiri di sisinya dengan tangan Jimin yang tetap melingkari pinggul Yoona.

Uh, sepertinya ini kemajuan pesat untuk hubungan mereka, bahkan mereka tidak malu menunjukan kemesraan mereka di depan orang lain.

Nyonya Park jadi terharu mendengarnya.

"Maaf Eommonim, tadi sedikit sibuk, jadi baru bisa datang" Yoona dengan lembut meminta maaf karena membuat kedua mertuanya menunggu.

"Tidak masalah, asal kalian datang dan membawa hadiah" cletuk Tuan Park tiba-tiba. "Melihat kalian begini, aku pastikan aku akan segera mendapatkan cucu kan?"

Refleks nyonya Park menyikut perut suaminya itu, ini bukan waktu yang tepat untuk membahas hal seperti itu.

Wajah Yoona yang merah karena malu Jimin menggendongnya di depan semua orang, kini semakin merah luar biasa karena ucapan Tuan park.

Gadis manis itu bahkan kembali kesulitan berdiri, beruntung Jimin masih menahan tubuhnya.

"Tu-Tuan aku..."

"Kakinya terluka, jadi aku menggendongnya" kata Jimin kepada kedua orang tuanya dengan wajah yang datar luar biasa, Jimin tidak suka pesta yang terlalu ramai seperti ini.

Nyonya Park mengangguk paham. "Duduklah dan istirahat, asal kalian sudah datang, eomma sudah senang"

"Eommonim, hadiahnya..."

"Aku akan mendapatkan hadiah yang aku inginkan, entah tahun ini atau tahun depan, aku pasti akan segera mendapatkanya" Nyonya Park memotong kalimat Yoona dengan penuh makna tersembunyi, entah apa yang ia pikirkan sekarang. "Aku tidak menerima hadiah lain selain cucu" sambung nyonya Park dengan kekehan kecil.

Jimin yang mendengarnya hanya bisa menghela nafas jengah, kedua orang tuanya ini memang tidak pernah berani menuntut Jimin, tapi selalu saja membebani Yoona.

"Maaf Eommonim.... Yoona...."

"Ayo duduk" Jimin tidak perduli dengan pendapat kedua orang tuanya, ia dengan cepat kembali menggendong tubuh Yoona dan membawanya duduk.

Yoona yang selalu di hentikan kalimatnya hanya bisa pasrah.

"Ingin makan?" Jimin ingat betul istrinya berdandan sejak sore dan belum makan, jadi ia dengan lembut menawarkan makanan.

Yoona belum menjawab pertanyaan suaminya, tapi pria itu sudah lebih dulu pergi mengambilkan makanan untuk dirinya.

Nyonya Park dan Tuan Park yang menyaksikan interaksi manis itu, tersenyum karena berpikir keduanya sudah mulai merajut kisah cinta mereka.

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang