🍀 Bab 6

502 30 4
                                    

"Kirim makanan ke apartemenku, pastikan tidak pedas dan jangan ada kacang" Jimin yang sedang sibuk masih sempat memikirkan istrinya yang sedang sakit di rumah.

Sebenarnya Jimin juga tidak tega meninggalkan Yoona yang sedang kesulitan berjalan di rumah sendirian. Tapi sebagai seorang pemimpin Jimin benar-benar tidak bisa selalu memiliki waktu luang, ia sangat sibuk sampai menyisir rambut saja belum sempat.

"Tuan..." Asistenya tampak ragu ingin berbicara, membuat Jimin yang belum sempat istirahat jadi kesal sekali

"Katakan dengan cepat!" Jimin adalah pemimpin yang tegas, sangat tidak suka basa basi.

"Itu... Nona Yoona, anu.."

Mendengar nama istrinya di sebut, Jimin seketika menghentikan kesibukannya, ia dengan cepat menoleh dan menatap tajam sang asisten. "Dia datang?" Tanya Jimin dengan wajah yang heran.

Asistenya menggeleng. "Bukan, tapi orang tuanya" kata sang asisten cepat.

Jimin yang dalam penampilan kusut seketika berdiri dari tempat duduknya. "Aku sibuk" katanya dengan wajah ketus, dia pergi bersama berkas berisi materi untuk meeting siang ini.

"Jangan lupa makanannya"

Asistenya hanya bisa mengangguk kaku. Jika bukan Jimin, siapa lagi pria yang berani bersikap kurang ajar seperti itu dengan mertuanya?

☃️☃️☃️

Karena kejadian di malam itu, Yoona jadi enggan pergi ke butik untuk mengurus pekerjaannya. Lagi pula Jimin juga tidak mengijinkan ia pergi, jadi Yoona hanya duduk di rumah dan beristirahat total.


"Hah" gadis dengan netra hitam yang cantik itu menghela nafas jenuh, rasanya bosan sekali tidak melakukan apapun, kakinya juga masih sakit jika harus di bawa banyak bergerak.

Yoona duduk di sofa depan tv, terkadang tiduran tapi terkadang ia juga bosan dan kembali duduk. Rasanya kegitanya sangat monoton, Yoona ingin sesuatu yang lebih menarik untuk di lakukan.


Ting

Tong

Bel apartemen berbunyi, sangat tidak biasanya. Kakinya masih terasa sakit, Yoona tidak yakin bisa berjalan sampai ke pintu, bahkan duduk disini saja karena tadi pagi Jimin yang menggendongnya.

"Nona, saya asisten tuan" suara seorang pria terdengar. "Apa saya boleh masuk?"

"Tentu saja, tapi kakiku..." Yoona belum selesai bicara, tapi asisten Jimin sudah lebih dulu masuk.

"Tuan memberikan kunci cadangan" kata pria itu dengan senyuman yang lembut.

Yoona mengangguk.

"Ini dari Tuan" pria itu meletakan bungkusan makanan di meja hadapan Yoona.

Yoona baru melirik semua bungkusan itu sebentar, sebelum akhirnya seorang wanita juga masuk kedalam apartemennya.

"Ini..." Yoona tampak bertanya melalui tatapanya.

Asisten Jimin yang mengerti pun segera menjawabnya. "Dokter keluarga Tuan, hari datang untuk memeriksa kaki Nona" katanya.

Yoona mengangguk, ini cukup berlebihan untuk Yoona yang terbiasa hidup mandiri sejak kecil.

Dokter itu tanpa basa basi segera memeriksa kaki Yoona, selain itu juga memastikan luka yang lainya mulai memudar.

Sebenarnya semalam ia sudah sempat memeriksa Yoona, tapi Karena Yoona demam hari ini ia ingin kembali dan memastikan bahwa Yoona baik-baik saja.

Dokter wanita itu tersenyum. "Tuan menjaga istrinya dengan baik" katanya dengan tawa kecil. "Kaki Nona pasti akan sembuh hanya dalam waktu satu Minggu" katanya lagi.

Yoona tersenyum, ia tidak terlalu mengerti dengan kalimat pertama dokter itu, tapi paham dengan kalimat kedua yang mengatakan bahwa kakinya akan segera sembuh.

"Untuk beberapa hari kedepan memang sebaiknya kurangi terlalu banyak beraktivitas, nona juga harus jaga pola makan. Semalam, selain karena shock berat, asam lambung nona juga naik, ini bisa berbahaya jika di teruskan"

Yoona manggut-manggut, tampak mengerti dengan penjelasan sang dokter.

"Kalau begitu saya permisi" dokter muda itu segera beranjak pergi, meninggalkan Yoona dan asisten Jimin yang masih berdiri di sana.

"Nona makanlah, saya harus mengambil foto dan melapor pada Tuan"

Alis Yoona sontak mengkerut tidak suka, tapi ia tetap melakukanya karena memang sudah lapar, tidak perduli mau di foto atau di apakan.

"Kenapa cuma asin saja? Ini tidak pedas" Yoona terus mengaduk makanannya, berharap bumbunya akan tercampur rata dan ia akan mendapatkan rasa pedas seperti yang diinginkan lidahnya.

"Dokter bilang pedas tidak baik untuk penderita asam lambung" asisten Jimin yang sepertinya kini beralih profesi menjadi seorang ajudan bersuara dengan wajah yang lugu, membuat Yoona seketika menoleh kepadanya.

"Aku..."

"Tuan Jimin sendiri yang memesan makanan itu, tolong habiskan agar dia tidak marah padaku" kata pria itu dengan wajah memelas, kasihan sekali jika kena hukuman hanya karena Yoona yang tidak mau menghabiskan makanannya.

Tapi mau bagaimana lagi, ya begitulah ancaman yang Jimin berikan tadi, jadi mau tidak mau Yoona harus segera menghabiskan makanan ini agar asisten suaminya bisa pulang cepat.

"Ngomong-ngomong, bukankah menurutmu Tuan Jimin itu sedikit menyeramkan?" Yoona yang sedang makan mulai bergosip, membuat asisten Jimin mulai mendekat dan ikut berbisik

"Bukan sedikit, tapi sangat. Dia juga galak sekali, aku sampai pusing" kata asistenya dengan wajah sedih yang dramatis.

Yoona mengangguk setuju. "Kau harus melihat dia saat berada di rumah, dia sangat fokus bekerja bahkan sampai tidak pernah bicara" makan ambil bergosip memang yang paling enak.

Yah begitulah Yoona, ia cukup mudah dekat dengan seseorang, dia benar-benar gadis yang penuh dengan keceriaan saat di dekati.

Lama Yoona dan asisten Jimin saling menggosip, hingga bukan hanya Jimin yang menjadi sasaran mereka, tapi juga orang lain.

Namun saat sedang dalam suasana lucu itu, pintu apartemen yang memang sengaja tidak di tutup tiba-tiba di masuki oleh sepasang suami istri paruh baya

"Yoona" keduanya memanggil Yoona dengan penuh keangkuhan, beruntung Yoona sudah selesai makan saat itu

"Eomma, Appa" cicit Yoona dengan wajah terkejut, ia berdiri dengan susah payah untuk menyambut kedatangan kedua orang tuanya.

Asisten Jimin yang masih berada di sana hanya bisa diam dan berdiri di sudut ruangan. Ia tahu sekarang dirinya harus pergi, tapi mengingat penolakan Jimin terhadap kedua mertuanya, membuat asisten Jimin jadi was-was dan tetap berjaga disana.

"Minggu kemarin kau berjanji mau memberikan uang, dimana sekarang? Kau melupakan orang tuamu yang sudah membesarkanmu?" Nyonya Kim dengan angkuh menuntut janji yang belum bisa Yoona tepati.

Yoona lupa karena baru terkena musibah, ia tidak sempat memikirkan itu.

"Gaunya juga, bukankah aku bilang gaunya  harus di kirim kerumah sebelum besok? Hari ini gaunya bahkan belum sampai"Tuan Kim ikut menyudutkan putrinya yang masih berusaha mencerna keadaan. "Eonniemu akan memakai gaunya di pesta ulang tahun mertuamu, apa kau tega membiarkan dia menggunakan gaun lama?"

"Appa, maaf, aku..."

"Jangan banyak alasan, cepat berikan uangnya. Gaunya kau juga harus menyelesaikannya hari ini dan kirim secepatnya" Nyonya Kim bersungut, menghentikan Yoona yang hendak membela diri.

Yoona menghela napas lirih, nasipnya memang sangat buruk. Orang tua yang pilih kasih sering kali membuat Yoona tertekan, ia juga tidak mengerti mengapa posisinya dan sang kakak sangat jauh berbeda di mata kedua orang tuanya.

Bahkan... Mereka menjual Yoona kepada kedua orang tua Jimin.

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang