Seperti sebuah legenda, Jimin dan sifat dinginnya sama sekali tidak bisa di pisahkan.
Tapi kenyataanya cinta jauh lebih kuat dari apapun, pria dingin itu sangat bisa merubah ekspresinya ketika berbicara, atau bahkan hanya dengan memikirkan Yoona saja.
Kini... Pria itu duduk termenung di tengah kesunyian ruang kerjanya. Pikirannya begitu kalut, gelisah dan takut.
Jimin seperti tid pernah hidup tenang semenjak Yoona mengalami keguguran.
Yah, sejak itu, ia bukan hanya menangisi bayinya yang telah pergi, tapi juga takut jika Yoona akan meninggalkannya.
Buk meninggalkan dalam arti meninggal, tapi pergi... Pergi jauh dari kehidupan Jimin.
"Ini penyerangan di sengaja, rahimnya berulang kali mendapat tekanan besar, Nona mengalami banyak masalah karena hal itu. Salah satunya adalah kemungkinan Nona untuk hamil kembali hanya tersisa sekitar 30%"
Jimin berulang kali menghela nafas, ia memang tidak becus menjadi suami, ia telah gagal total.
"Tuan.... Nyonya Kim dan Tuan Kim memaksa untuk bertemu Nona"
Kening Jimin mengeryit, mata tajamnya dengan dengan cepat melihat ke luar jendela, lebih tepatnya ke arah gerbang rumahnya yang menjulang tinggi.
"Sudah terbuka? Siapa yang membiarkan mereka masuk?" Pekik Jimin dengan penuh kemurkaan besar, sudah jelas ia melarang semua yang berhubungan dengan keluarga Kim.
"Dimana istriku? Jangan biarkan mereka menemukan istriku" titah Jimin sembari berlalu dari ruangannya.
Sepertinya Jimin menemukan sasaran empuk untuk melampiaskan kemarahannya.
"Nyonya yang mengijinkan mereka, dia sedang menunggu di ruang tamu"
Mendengar kalimat itu Jimin semakin mempercepat langkah kakinya, ia tidak ak membiarkan Yoona terhasut dengan ucapan kedua orang tua palsu itu.
"Sayang" panggil Jimin dengan nafas terengah, ia tersenyum saat menemukan Yoona di ruang tamu hanya dengan bersama Nyonya Park.
"Ya?" Yoona menjawab dengan suara lembutnya, gadis itu tersenyum saat Jimin datang mendekat. "Apa pekerjaanya sudah selesai?"
Jimin mengangguk, ia mengusap puncak kepala Yoona di ikuti dengan kecupan lembut di dahi Yoona.
Jimin tadi sangat khawatir jika Yoona lebih dulu menemui kedua orang tua palsunya.
"Ayo, kita kekamar, aku ingin membicarakan sesuatu" suara Jimin yang penuh kelembutan membuat Yoona tersenyum lebar.
"Tunggu sebentar, aku sedang..."
"Sayang... Istri yang baik selalu mendengarkan suaminya kan?" Kata Jimin sambil mengusap surai Yoona.
Yoona terdiam, ia dengan ragu menfggukan kepalanya, meski sesekali masih melirik ke arah pintu.
Jimin tersenyum senang, ia menggendong Yoona dari kursi rodanya untuk di bawa ke kamar mereka.
Yoona memang belum sepenuhnya pulih, kegiatannya masih sangat di batasi, bahkan berjalan juga tidak Jimin ijinkan.
Bertepatan dengan perginya mereka, Nyonya Park melihat kehadiran kedua orang tua Yoona.
Wajahnya jadi masam, ia benar-benar tidak menyukai mereka.
Tuan Kim dan Nyonya Kim tampak tidak malu dengan perbuatannya, keduanya tersenyum untuk menyapa nyonya Park.
"Nyonya... Senang bertemu denganmu" kata Nyonya Kim dengan senyuman liciknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pansy Black
RomancePernikahan yang Park Jimin dan Kim Yoona jalani adalah palsu. Keduanya hanya sibuk bekerja dan bekerja, mengabaikan satu sama lain hingga tidak menyadari ada cinta di antara mereka. Perjodohan... Sudah dua tahun sejak Yoona menjadi istri Jimin, dan...