Malam tiba, Yoona baru bisa pulang saat hari benar-benar sudah petang. Ini bukanlah hal baru untuk dirinya, jadi Yoona tidak terlalu takut.
Tengah malam seperti ini sangat mustahil bisa mendapatkan mobil, jadi Yoona pasti selalu pulang dengan berjalan kaki, yah hitung-hitung olahraga, ia terlalu sibuk sampai tidak pernah sempat melakukan olahraga.
Bohong jika Yoona tidak takut, dia itu sangat penakut tapi juga tidak enak hati jika meminta Jimin untuk menjemputnya.
Yah begitulah, dia selalu berjalan dalam ketakutan setiap malam. Semuanya Yoona paksakan agar dirinya bisa tetap pulang dan beristirahat.
Jalanan sudah benar- benar sepi, kendaraan yang lewatpun sudah sangat jarang karena ini sudah tengah malam.
Yoona berjalan sendirian menulusuri trotoar jalanan, menahan udara malam yang begitu terasa dingin hingga manusuk kedalm tulangnya.
Meski berjalan dengan ketakutan tapi tetap ada hal yang membuat Yoona tersenyum senang. Langit malam yang biasanya jarang ia perhatikan hari ini telihat begitu indah dengan taburan cahaya bintang dan juga rembulan.
Jika biasanya ia hanya pulang dengan membawa tubuh lelah dan tidak memperhatikan sekitar, hari ini entah mengapa ia ingin mencuri sedikit waktu untuk bisa menikmati pemandangan malam yang indah ini.
Di tambah jalanan yang sepi seakan memberi kesempatan pada Yoona yang lelah untuk menikwati waktu kesendirianya.
Yoona berhenti sesaat untuk mnghirup udara segar, kedua matanya ia pejamkan dengan wajah mendongak menghadap sang rembulan, membiarkan sinar rembulan menerangi wajah lelahnya.
Bahkan dalam keadaan lelah sekalipun, kecantikanya selalu bisa membuat sang rembulan iri, dia gadis sempurna dengan berjuta beban di dalam hidupnya.
Senyuman di wajahnya semakin lebar saat merasakan hembusan angin menerpa wajah dan seluruh tubuhnya, angin dingin yang begitu menyejukan itu seperti telah membawa semua beban yang Yoona pikul selama ini, bahkan rasa lelah yang tadi begitu ia keluhkan kini terasa hilang.
Tapi tidak lama setelah itu Yoona segera membuka kedua matanya saat mengingat kini sudah tengah malam dan ia sendirian. Rasa takutnya yang tadi menghilang seketika kembali hanya dalam beberapa detik saja, buru- buru Yoona kembali melangkahkan kakinya untuk segera pulang.
"Akh"
Suara pekikan kecil terdengar, ketika Yoona tidak sengaja terjatuh karena heelsnya tiba-tiba patah.
"Uhhh" Yoona semakin mengasuh sakit, dapat ia lihat ada luka kecil di lutut dan di kakinya.
"Sepertinya terkilir" gumam Yoona dengan mata berkaca-kaca.
Selain penakut, Yoona itu juga hanyalah gadis manis yang manja. Tapi... Tidak ada yang pernah mengijinkan gadis ini mengeluh, ia selalu di tuntut menjadi dewasa dan tidak boleh menangis di depan siapapun.
Itu sakit, tapi Yoona harus tetap kuat.
Dengan sangat kesulitan, Yoona bangkit setelah melepaskan dua heelsnya dan akan segera berjalan pulang.
Namun, nasip sial seperti sudah menyertainya hari ini. Yoona yang biasanya pulang dengan aman, entah mengapa tiba-tiba melihat gerombolan para laki-laki pemabuk hari ini.
Dan sialnya mereka sudah mulai berjalan mendekati Yoona yang tampak semakin ketakutan.
Disaat seperti ini, mengapa kakinya harus terluka. Yoona jadi tidak bisa berbuat banyak, apa yang harus dia lakukan sekarang.
Mereka semakin mendekat, dan Yoona tidak bisa bergerak sedikitpun dari tempatnya.
"A-Apa yang kau lakukan" Tubuh gadis itu mulai gemetar, ia sangat ingin menangis dn berteriak saat salah satu pria mulai menyentuh rambut panjangnya dari ujung ke ujung.
"A-Aku tidak punya uang, K-Kalian jangan.."
Belum sempat Yoona selesai bicara, salah seorang pria dengan cepat menggunakan tangannya yang kasar untuk mencengkram pipi Yoona.
"Tidak masalah jika tidak punya uang, kau punya tubuh yang indah" kata pria itu dengan senyuman mengerikan, tercium bau alkohol yang menyengat ketika pria itu berbicara.
Yoona menggeleng dengan air matanya yang tidak dapat lagi dirinya tahan.
"J-Jangan" lirih gadis itu dengan suara yang pilu.
Satu persatu tangan ke empat pria itu mulai menyentuh seluruh bagian tubuhnya, meski masih tertutup oleh baju, Yoona tetap saja merasa jijik.
Yoona tidak bisa banyak bergerak, tubuhnya di tahan sedemikian kuat oleh mereka. Tentu kekuatanya yang tidak sebanding itu tidak akan bisa Yoona gunakan untuk melawan mereka semua.
"Tidak aku mohon" Yoona terus memohon, tapi tidak ada yang mendengarkan permohonannya.
Mereka menyeret tubuh Yoona untuk di bawa menjauh dari jalanan yang sepi ke tempat yang lebih sepi.
"Aku tidak mau" Yoona menjerit histeris saat long coat miliknya berhasil di lepaskan, juga kemeja putihnya yang berhasil mereka sobek.
Satu persatu kancing kemejanya terlepas, mental jauh karena mereka membukanya dengan sangat kasar dan kuat.
Entah sejauh mana mereka menyentuh bagian tubuh Yoona, yang jelas Yoona sangat takut sekarang.
"TOLONG"
Empat pria yang masih menggerayangi tubuhnya itu tetap tidak perduli sekeras apapun Yoona berteriak, mereka hanya sibuk menikmati setiap kulit putih nan lembut di tubuh Yoona.
Bugh
Tubuh Yoona terjatuh ke atas tanah tepat ketika tubuh salah satu pria terpental jauh setelah seseorang menendangnya dengan sangat kuat.
Tiga orang yang tersisa sangat terkejut, sampai matanya melotot, itu pukulan yang sangat kuat sampai tubuh sebesar itu bisa terpental sangat jauh.
"Tuan... Tuan Aku" Yoona dengan menyedihkan merangkak mendekati seorang pria yang baru saja menolongnya. Entah siapa dia, mata Yoona sudah sangat buram sampai tidak bisa menatap dengan fokus.
Pria yang Yoona lihat dengan stelan jas lengkap ala pria kantoran itu, menghabisi tiga orang yang tersisa dengan tenaganya yang luar biasa.
Dia benar-benar sangat kuat, sampai menghabisi empat orang pria dewasa dengan begitu mudah.
Ketika selesai, pria itu segera menghampiri Yoona, melepaskan jas dan long coat yang ia kenakan untuk menutupi tubuh Yoona.
Baju gadis itu compang-camping tidak jelas, beberapa bagian yang tidak pernah ia perlihatkan sampai terekspos dengan jelas, jadi pria itu menggunakan pakaianya untuk melindungi kehormatan Yoona.
"Jimin" Lirih Yoona, nyaris seperti sebuah bisikan sebelum akhirnya matanya terpejam.
Yoona shock dan ketakutan, Pria-pria itu bukan hanya menrobek atau menyentuh tubuh Yoona, tapi juga memukul karena Yoona yang terus memberontak membuat mereka geram.
"Kita pulang"
Yoona yang pingsan tidak akan pernah tahu bagaimana wajah murka Jimin ketika melihat pria pria itu menyentuh tubuhnya.
Yoona mungkin juga tidak akan menduga , suami yang tidak mencintainya akan menjadi yang paling khawatir ketika terjadi sesuatu kepadanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pansy Black
RomancePernikahan yang Park Jimin dan Kim Yoona jalani adalah palsu. Keduanya hanya sibuk bekerja dan bekerja, mengabaikan satu sama lain hingga tidak menyadari ada cinta di antara mereka. Perjodohan... Sudah dua tahun sejak Yoona menjadi istri Jimin, dan...