Seperti kebanyakan wanita, meski terlihat sederhana dan begitu anggun, nyatanya Yoona juga suka lupa waktu ketika memasuki dunia hobinya.
Tidak terasa sudah tiga jam sejak ia melihat-lihat toko kain, kakinya terasa cukup kebas tapi Yoona masih sibuk mencari ini dan itu.
"Maaf, apakah ada yang lebih lembut dari kain ini?" Tanya Yoona kepada seorang pegawai yang sejak tadi mengikutinya.
Sudah begitu banyak kain yang dirinya pesan, hanya tinggal satu tapi ia belum menemukan yang cocok sejak tadi.
"Kulit suamiku cukup sensitif, bisakah carikan kain yang lebih lembut dari ini?" Yoona dengan sopan bertanya, dan pegawai itupun segera bergerak untuk mencari apa yang Yoona inginkan.
Yah begitulah mereka, meski canggung tapi keduanya tetap menghargai pernikahan yang mereka jalani. Tidak banyak orang yang tahu akan kabar pernikahan mereka, pasalnya Jimin dan Yoona melangsungkan pesta pernikahan dengan sederhana.
Khusyuk dan hikmat di gereja di pesisir pantai. Suasananya sungguh menenangkan Yoona tidak akan melupakanya sampai sekarang.
"Ini Nyonya" Pagai tadi memberikan beberapa contoh kain yang Yoona sebutkan tadi, Yoonapun segera menyentuhnya satu persatu dan tersenyum karena bahan lembut yang menyapu kulit putihnya.
Tanpa ia sadari, di luar dinding kaca itu, seseorang tengah memperhatikanya dengan senyuman yang manis.
Yoona itu sungguh sempurna, cantik dan berbakat, dia juga mandiri dan bekerja keras. Gadis itu sangat manis jika sudah di dekati, dan sangat dewasa ketika baru saja kenal.
"Apa yang kau pikirkan?"
Jimin dengan ketus menegur asistennya yang sejak tadi terus menatap Yoona tanpa berkedip.
Asistennya dengan cepat menggeleng untuk mencari pembelaan. "Tidak ada Tuan"
Jimin hanya mendengus kecil dan segera memalingkan wajahnya dari sang asisten. Ia kembali duduk diam sambil menyesap rokoknya.
Pukul sembilan malam tepat, Yoona yang sejak tadi begitu senang berbelanja akhirnya keluar toko dengan senyuman bahagianya.
"Nona"
Jimin belum mengatakan apa-apa, tapi asistennya malah langsung memanggil Yoona.
"Eh" Yoona menoleh dengan sedikit terkejut, gadis itu kemudian mulai berjalan mendekat. "Hei, mengapa ada disini?" Tanya Yoona dengan sangat ramah kepada asisten Jimin.
"Em itu, Tadi kami hendak menemui klien, tapi mendadak pertemuanya di batalkan" kata sang asisten dengan senyuman yang tidak kalah ramah.
"Lalu..." Ia berhenti bicara saat mengingat mereka berhenti di depan toko ini setelah terpesona dengan kecantikan Yoona. "Ah dan... Kami pikir sekalian saja mengajak Nona pulang bersama, Ah maksudku... Itu..."
"sudah, cukup cukup, aku mengerti maksudmu" Yoona akhirnya naik dan duduk di jok belakang.
Ketika baru saja duduk, ia melirik Jimin yang diam saja sejenak, tapi kemudian ikut terdiam dan membiarkan mobil mengantar mereka pulang.
☃️☃️☃️
Entah apa yang berbeda pagi ini, Tapi Jimin tampak cukup sibuk berkutat di dapur sejak tadi.
Yoona yang baru bangun tentu saja terheran-heran, pasalnya pria itu sangat jarang masak saat pagi bahkan sarapan saja tidak pernah.
Karena tidak mau ikut campur, Yoona memilih untuk mengabaikannya saja dan melakukan kegiatannya seperti biasa.
"Em.." suara berat Jimin membuat Yoona yang sedang memakai flat shoesnya jadi menoleh dengan ragu. "Itu..." Wajah Jimin tampak kebingungan saat bicara."Ada masalah?" Yoona tidak jadi mengenakan sepatunya, ia berbalik dan menyusul Jimin ke dapur.
"Kau tidak makan?" Tanya Jimin dengan wajah yang datar, dia memang tidak punya banyak ekspresi saat berbicara dengan Yoona, selalu seperti itu bahkan juga tidak pernah benar-benar menatap Yoona.
Yoona tersenyum. "Apa ada untuku?" Tanya Yoona dengan sedikit canggung. Jujur saja ia malu karena Jimin pandai memasak sedangkan dirinya tidak begitu pandai.
"Ini terlalu banyak, kau bisa membawanya" sahut Jimin dengan masih sibuk pada piring milik dirinya sendiri.
Jimin tahu, makanan yang kemarin Yoona antarkan itu juga ada bagian untuk Yoona. Karena Jimin memakan semuanya sendiri, ia jadi tidak enak dan menggantinya dengan sarapan pagi ini.
"Siapkan sendiri" kata Jimin lagi saat Yoona tampak diam dan tidak melakukan apapun.
Yoona mengangguk dan segera menyiapkan kotak bekalnya. Di sepanjang kegiatan, tidak ada sedikitpun suara yang terdengar, keduanya benar-benar diam.
Ketika selesai, Yoona mengucapkan terimakasih dan langsung pergi, dan Jimin sama sekali tidak berniat membalas ucapan itu.
☃️☃️☃️
Yoona yang tampak lebih ceria dari biasanya tentu saja membuat semua orang di butik bertanya-tanya, ada hal apa yang tidak mereka ketahui sehingga bunga matahari saja ikut mekar karena melihat senyuman di wajah Yoona.
"Kau bawa bekal? Tumben" Ujar Mina sembari hendak membuka kotak bekal yang Yoona bawa, tapi Yoona segera menepis tangan Mina dan menarik kotak bekalnya.
Mina mengangkat satu alisnya dengan heran, "suamimu yang memasak?"
Yoona tanpa ragu menjawabnya dengan anggukan kepala, ia menyimpan kotak bekalnya dengan benar baru mulai melihat beberapa berkas dan ide-ide desain di mejanya.
Mina manggut-manggut, "jika saling suka, mengapa hubungan kalian masih begitu saja?"
Celetukan Mina itu sama sekali tidak akan pernah mendapatkan jawaban apapun.
Mina tidak akan mengerti seberapa canggungnya ketika Yoona harus hidup bersama pria asing yang ia nikahi.
Dan Mina juga tidak akan mengerti, Yoona yang pemalu sama sekali tidak pernah memiliki keberanian untuk menebak isi hati Jimin apakah pria itu menyukai Yoona atau tidak.
Karena pemikiran itulah, cinta tidak pernah berkembang di antara hubungan mereka.
"Pergilah kerjakan ini, aku akan mengurus sisanya"
Mina mendengus, Yoona selalu saja berhasil mengalihkan pembicaraan.
Yah, mungkin di usianya sekarang Yoona juga belum ingin memikirkan tentang rumah tangganya, ia masih cukup muda dan ingin lebih sukses dari yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pansy Black
RomancePernikahan yang Park Jimin dan Kim Yoona jalani adalah palsu. Keduanya hanya sibuk bekerja dan bekerja, mengabaikan satu sama lain hingga tidak menyadari ada cinta di antara mereka. Perjodohan... Sudah dua tahun sejak Yoona menjadi istri Jimin, dan...