🍀 Bab 13

494 28 6
                                    

Setelah kejadian yang tidak mengenakan sempat menimpa Yoona, kini Mina jadi lebih sering membawa mobil agar mereka bisa berangkat dan pulang bersama.

Hari ini semua berjalan seperti biasanya, hanya saja Yoona masih tetap banyak diam dan melamun, dia sungguh berbeda.

"Terimakasih" ujar Yoona ketika telah sampai, ia keluar begitu saja, tidak sedikitpun melihat kepada Mina yang mencemaskanya.

Mina menghela nafas kasar, sampai sekarang ia sungguh belum tahu menahu apa yang terjadi dengan sahabatnya itu, Yoona enggan bercerita kepadanya.

Mina menghentikan mobil tepat di depan gedung apartemen yang menjulang tinggi, masih ada beberapa meter sampai Yoona bisa masuk kedalam, dan dalam waktu itu tubuh Yoona jadi basah karena terkena air hujan.

Meski begitu, Yoona tampak abai saja, ia masuk dan tidak lagi menoleh ke belakang.

Wanita muda ini tampak sangat kacau, ia bimbang dengan jalan takdirnya, sungguh tidak bisa mengerti satupun alur yang telah tuhan tunjukan kepadanya.

Ceklek...

Pintu terbuka, hanya saja...

"Mengapa gelap?" Gumam Yoona, Jimin seharusnya sudah pulang dan menyalakan lampu, ini adalah hal yang aneh untuk Yoona.

Oh tidak, Yoona takut gelap, di tambah lagi hujan tampak semakin lebat di sertai dengan petir yang bergemuruh, membuat tubuh wanita cantik itu tampak lemas seketika.

Yoona memiliki banyak sekali ketakutan, dia memang penakut dan pemalu, karena itulah ia tidak memiliki banyak teman.

Perlahan, kakinya mundur dengan ragu-ragu, Yoona tidak mau sendirian di rumah, akan jauh lebih baik jika ia menunggu Jimin di luar saja.

Bugh

"Akh" Selalu saja, Yoona tidak pernah berhasil menjaga keseimbangannya ketika terkejut dan panik, akibatnya ia selalu terjatuh di saat-saat yang menakutkan.

Dengan susah payah ia bangkit, Yoona mengabaikan tasnya yang terjatuh dan akan segera keluar. Namun, belum saja tanganya menggapai ganggang pintu, pintunya sudah lebih dulu terbuka dan menampakan penghuni lain apartemen kecil ini.

"Ada apa?" Tanya Jimin ketika menyadari raut tidak enak dari istrinya, meski gelap tapi pencahayaan yang datang dari luar cukup membantu penglihatannya.

"Tu-Tuan" cicit Yoona dengan wajah cemasnya, membuat suaminya semakin kebingungan.

Jimin berjalan melewati Yoona, meraih saklar lampu dan segera menghidupkannya, ia lalu kembali kepada Yoona yang wajahnya sudah pucat karena ketakutan.

"Ada apa? Apa ada sesuatu? Kau terluka?" Dengan ragu Jimin menyentuh pundak Yoona untuk menyadarkan gadis itu, tapi yang ia dapatkan hanya tatapan bingung dan wajah ketakutan dari istrinya, sambil sesekali melirik pada jendela yang belum sempat Jimin tutup gordenya.

"Kau takut petir?" Tanya Jimin sekali lagi, maka dengan ragu Yoona segera menganggukan kepalanya.

Mengerti dengan keadaan istrinya, Jiminpun dengan kelembutan membawa gadis itu untuk di dudukan di sofa. Setelah Yoona duduk, Jimin segera menutup gorden kemudian membuat minuman hangat agar bisa menenangkan Yoona.

"Minumlah" ujar Jimin sambil mengulurkan secangkir teh hangat.

Yoona menerimanya dengan cepat, bahkan juga minum dengan tidak kalah cepat.

Hujan semakin deras mengguyur kota, suara air yang bertabrakan dengan dinding kaca semakin keras terdengar, Yoona sudah semakin tenang, hanya saja... Sekelebat ingatan tentang malam panas mereka kembali melintas di benaknya.

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang