🍀 Bab 9

506 31 7
                                    

Yoona tampak tenang menikmati hidanganya, bersama Jimin yang hanya sibuk bermain ponsel di sampingnya.

"Tuan" bukan, bukan Yoona, tapi seorang gadis muda cantik yang tiba-tiba datang dan menyapa Jimin.

"Aku tidak menduga ibu kita berteman dan aku bertemu akan denganmu disini" kata gadis itu dengan suara yang di buat-buat. "Lain waktu ayo bertemu dan minum kopi bersama"

Jimin tidak pernah merespon gadis itu sejak tadi, bahkan ketika di panggil ia tetap abai dan fokus dengan ponselnya sendiri. Tapi... Kalimat terakhir gadis itu jelas sekali ingin menggodanya, Jimin merasa tidak nyaman dan segera mendongak untuk menunjukan wajah kesalnya.

"Kau mau?" Gadis itu entah pura-pura tidak tahu atau bagaimana, tapi ia tetap kekeh mengajak Jimin minum kopi bersama.

"Agar mudah berkomunikasi, bukankah lebih baik kau memberikan nomor ponselmu? Aku akan menghubungimu nanti" dengan lancang gadis cantik itu hendak meraih ponsel di genggaman tangan Jimin.

Yoona hanya menyaksikannya saja pada awalnya, tapi ia rasa gadis ini sudah sangat berlebihan.

"Em.."

"Maaf, istriku tidak ijinkan" Jimin dengan kasar menepis tangan gadis itu dan dengan tegas menunjukan kehadiran Yoona di sisinya.

Sontak kedua gadis berparas cantik itu saling menatap dengan wajah terkejutnya.

"I-Istri?" Gumam gadis asing itu.

Yoona juga tidak mengira Jimin akan terang-terangan mengenai hubungan mereka kepada orang asing.

Pernikahan sederhana Jimin dan Yoona memang tidak banyak yang tahu, keduanya hanya menikah dengan acara sederhana saja, tidak ada media atau orang luar.

Tapi.. bukan berarti Jimin ingin menyembunyikannya, ia mengakui dan menghormati Yoona sebagai gadis yang ia nikahi.

"Oh, maaf" dengan ketus gadis itu meminta maaf, sambil menatap Yoona dengan wajah yang kesal. "Tapi..."

"Pergilah" Jimin mengusirnya dengan cukup kasar, seharusnya jika punya malu gadis itu langsung beranjak dari sana.

"Kita bisa pergi tanpa di ketahui istrimu" kata gadis itu dengan berbisik tepat di samping telinga Jimin, membuat pria itu semakin naik pitam di tempatnya.

Yoona yang tidak sengaja dengar juga tidak kalah terkejut, tapi gadis itu sudah pergi sebelum Jimin sempat melayangkan kalimat serkasnya.

"Nak..." Nyonya Park datang dan ikut duduk disana. "Kalian pasti lelah karena bekerja setiap hari, setidaknya bersantailah sesekali" katanya dengan senyuman yang manis.

Nyonya Park mengusap rambut lembut Yoona, ia tersenyum tampak sangat bahagia hari ini.

"Aku tidak akan menuntut kalian memberikan aku cucu, melihat hubungan kalian yang baik-baik saja aku sudah bahagia" kata nyonya Park dengan kelembutan.

"Kami memang salah memaksa kalian bersama ketika tidak saling mencintai, tapi..."

"Eomma" Yoona meraih tangan nyonya Park yang tampak nyaman mengusap rambutnya sejak tadi. "Kami baik-baik saja, meski tidak saling mencintai... Tapi kami... Em maksudnya aku.. tidak keberatan" Yoona tidak terlalu yakin dengan kalimatnya.

Nyonya Park mengangguk. "Awalnya aku pikir lambat laun kalian pasti akan saling mencintai, tapi... Ini sudah dua tahun... Jika kalian tidak bahagia... Tidak masalah jika ingin berpisah"

Deg

Entah mengapa kalimat itu terasa seperti sebuah pukulan di dada mereka. Meski tidak saling mencintai, tapi mereka tidak pernah berpikir untuk berpisah.

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang