🍀 Bab 23

476 26 1
                                    

Hari yang buruk, Keluarga Kim harus menanggung akibat dari perbuatanya.

Kini Minji terbaring tak berdaya di atas brankar rumah sakut. Tuan Kim terkana kasus korupsi, sedangkan Nyonya Kim harus bersembunyi dari teman-teman sosialitanya karena ketahuan sering menggelapkan uang arisan.

Tentu saja, Park Jimin adalah dalang dari semuanya. Tidak ada maaf untuk pendosa, Jimin bukan tuhan yang maha pengampun.

"Apa yang harus kita lakukan sekarang?" Ketiga anak manusia itu hanya bisa terus menangisi nasi buruknya.

Tuan Kim dan Nyonya Kim telah resmi menjadi buronan, kini hanya tinggal menunggu waktu saja kapan polisi akan menemuk mereka.

"Jika kita punya uang untuk melunasi semuanya... Apa kita akan di bebaskan?" Tanya Tuan Kim di tengah suasana genting.

"Tentu saja" jawab Nyonya Kim dengan lemah lesu.

Minji hanya diam saja, seluruh tubuhnya terluka tidak terkecuali dengan area wajahnya, bernafas saja rasanya sudah sulit, apalagi bicara.

"Bagaima dengan warisan milik Yoona, bukankah kita bisa mendapatkanya? Dia sudah dewasa sekarang" usul Tuan Kim dengan semangat.

Kata-kata itu sontak di sambut tidak kalah senang oleh Nyonya Kim, benar Yoona masih memiliki warisan.

Yah seperti yang semua orang duga, Tuan dan Nyonya Kim tidak mungkin begitu kejam memperlakukan putrinya sendiri. Karena itulah, Yoona di oerlukan begitu buruk karena gadis itu memang bukan putri mereka.

Jauh sebelum hari ini, ketika usia Yoona baru menginjak satu tahun. Kecelakaan maut menimpa kedua orang tua Yoona yang sedang pergi bersama para rek kerjanya.

Tidak ada yang selamat di kecelakaan itu, baik kedua orang tua Yoona mpun rekan kerja mereka.

Yoona hanya tinggal bersama neneknya kala itu, tapi neneknya juga sudah sakit-sakitan.

Tuan kim dan Nyonya Kim yang kebetulan adalah pekayan setia keluarga Yoona, dengan besar hati mengajukan diri untuk mengurus Yoona.

Perlakuan merekmemang begitu manis, layknya orang tua kandung kepada putrinya.

Hingga... Ketika nenek telah tiada, Tuan Kim pikir mereka akan mendapatkan sedikit saja harta peninggalan di keluarga Yoona.

Tapi kenyataanya tidak, mereka hanya di beri sebuah rum sederhana dan sepetak tanah yang katanya untuk berladang.

Itu bukan suatu pemberian yang wah menurut mereka, dan sejak itulah, perlakuan mereka kepada Yoona mulai berubah derastis hingga saat ini.

☃️☃️☃️

Malam yang hangat untuk Yoona dan juga Jimin, keduanya menghabiskan waktu bersama meski Yoona masih tidak bisa meninggalkan Brankar rumah sakitnya.

Jimin enggan pergi dari sisi istrinya, bahkan melarang kedua orang tuanya untuk mendekati Yoona, sampai mereka akhirnya menyerah dan pulang daripada menjadi obat nyamuk.

Yoona terus mengusap suarai hiatm suaminya yang sudah terlelap, ia lega peianya sudah jauh lebih baik dari kemarin, setidaknya Jimin tidak lagi merasa bersalah kepadanya.

"Sstt"

Namun, Yoona juga tidak bisa menyembunyikan fakta bahwa perutnya terkadang juga masih terasa sakit, entah karena apa.

"Ada yang sakit?" Jimin memang tertidur, tapi ia mudah sekali di usik karena perasaan khawatirnya terhadap sang istri, ia benar-benar tidak bisa terlelap dengan tenang.

Yoona menggeleng lemah, ia juga tersenyum tipis agar Jimin lebih percaya.

"Tidur lagi" lirih Yoona dan setelah itu mengecup dahi Jimin dengn lembut, tampak sekali di raut wajahnya bahwa Jimin sangat lelah hari ini, entah apa saja yang begitu menyibukanya sejak pagi sehingga baru bisa menemui Yoona malam ini.

Jimin memang mengantuk, tapi melihat Yoona yg masih terjaga membuat ia urung untuk kembali tidur.

"Katakan jika ada yang sakit" kata Jimin sembari membangkitkan tubuhnya. Ia mengubah posisinya menjadi duduk, menata tempat tidur Yoona agar jauh lebih nyaman untuk di gunakan.

"Tidak ada, ayo tidur lagi" jawab Yoona dengan suara yang lemah, Jimin tahu istrinya berbohong.

Kebohongan Yoona itu membuat Jimin menghela nafas, Yoona terlalu mandiri, padahal Jimin tidak keberatan jika Yoona mengeluh padanya.

Jimin akhirnya menyerah, ia kembali berbaring dan memeluk tubuh kecil istrinya yang terasa jsuh lebih kecil dari sebelumnya. Sepertinya Yoona mengalami penurunan berat badan cukup banyak, kondisinya memang sangat tidak baik.

Yoona masuk dalam dekapan hangat sang suami, bibirnya tersungging tipis ketika merasakan tangan Jimin mengusap perutnya dengan sangat lembut.

Pria ini... Mengapa begitu manis, dia selalu mengerti apa yang Yoona inginkan.

"Besok kau sudah boleh pulang" ujar Jimin di tengah keheningan yang melanda. "Kita pulang ke rumah Eomma ya, disana kau tidak akan kesepian, kau juga tidak perlu banyak bergerak karena eomma dan para pelayan pasti akan membantumu"

Yoona yang sedang menikmati usapan tangan Jimin sontak mendongak. Sejujurnya Yoona tidak terlalu suka suasana ramai.

"Apa kau akan baik-baik saja? Atau kau... Tidak suka suasana yang ramai?"

Jimin paham dengan karakter istrinya yang tidak terbiasa hidup bersama seorang pelayan, jadi jika Yoona tidak mau itupun bukan masalah besar.

"Em... aku mungkin akan merepotkan..."

Chup

Jimin tersenyum setelah berhasil menghentikan kalimat Yoona.

"Kau ratuku, bukankah ratu memang harus di layani?" Ujar Jimin dengan senyuman yang sangat manis, Yoona sampai tidak bisa menyembunyikan senyumanya.

"Sejujurnya aku lebih suka berada di apartemen, aku tidak suka suasana yang terlalu ramai" Yoona harus jujur, setidaknya dengan itu ia tidak perlu merepotkan mertua atau para pelayan yang tinggal disana, Yoona yakin kok, ia pasti bisa melakukan semuanya sendiri.

Jimin mengerti, ia mengangguk paham dan tersenyum.

"Aku mengerti, kita tidak perlu pergi ke rumah eomma, aku akan merawatmu sendiri di rumah kita"

Yoona tersenyum mendengar kata-kata manis Jimin. "Kau juga bisa berangkat bekerja seperti biasanya, aku akan di rumah dan..."

"Apa menurutmu pekerjaan jauh lebih penting daripada belahan jiwa ku, hm?"

Ouh ya tuhan, darimana pria dingin ini belajar menggombal, mengapa dia manis sekali.

"Jadi... Aku belahan jiwamu?" Pertanyaan Yoona itu sejujurnya tidak perlu di tanyakan, tapi biarlah saja, wanita memang selalu butuh kalimat yang jelas.

"Tentu saja itu kau, dan hanya kau"

Yoona terkekeh mendengar jawaban suaminya, ia bahagia sekali bisa mendapatkan cinta dari pria idaman para wanita ini.

Chup

Jimin ikut terkekeh melihat wajah merah merona Yoona setelah mencuri kecupan dari bibirnya, ia dengan lembut membelai wajah manis itu.

Chup

Lagi dan lagi, meski malu tapi Yoona tetap melakukanya.

"Shusstt... Jangan terlalu banyak, atau aku tidak akan bisa menahanya" bisik Jimin tepat ketika Yoona menyembunyikan wajah di dada bidangnya.

"A-Apa?" Cicit Yoona ragu, ia tidak mengira Jimin akan berpikir mesum hanya karena Yoona menciumnya.

Jimin memeluk tubuh Yoona semakin erat, ia harus menahanya untuk saat ini, tidak boleh kelepasan atau akibatnya akan buruk.

Chup

Jimin mengecup kening Yoona cukup lama, menyalurkan rasa cintanya yang begitu besar.

"Tidur yang nyenyak, aku harus ke kamar mandi sebentar"

Ah sial, mengapa Yoona mudah sekali menggoda Jimin, padahal wanita itu tidak melakukan sesuatu yg erotis sampai Jimin harus berbuat mesum di kamar mandi.


.
.
.
.
.

Langsung cuz lanjut kalo yang komen banyak😁

Pansy BlackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang