Pukul satu siang, Yoona yang tertidur dengan rasa lelah luar biasa kini menggeliat tak nyaman, meringkuk dan memeluk tubuh telanjang suaminya semakin erat.
Namun, karena merasa ada yang aneh, gadis yang semalam baru saja di gagahi dengan gila oleh Jimin itu, akhirnya memutuskan untuk membuka kedua matanya.
Dahinya berkerut bingung, hingga akhirnya Yoona melihat wajah tampan sang suami yang terpampang dengan sangat nyata di depan wajahnya.
Gleg
'jadi... Itu bukan mimpi?'
Memikirkanya membuat jadi sedikit linglung, ia terus bergerak menoleh kesana kemari, memastikan bahwa kejadian semalam hanyalah semua bunga mimpi yang terlampau liar.
Tapi... kamarnya yang berantakan, juga tubuhnya yang tanpa busana membuat Yoona tidak bisa lagi mengelak dari kenyataan.
Yoona terduduk dengan raut cemas di wajahnya, ia terlihat cukup kesal dan perlahan menyisir rambut panjangnya ke belakang menggunakan tangan.
"Apa yang aku lakukan?" Gumamnya dengan kepala menunduk frustasi, tanganya masih bertahan disana, memberikan jambakan kecil karena sangking frustasinya.
Yoona yang terus bergerak, juga menghela nafas berulang kali, cukup mampu membangunkan Jimin yang kala itu masih terlelap.
Tidak seperti Yoona yang tampak terkejut dengan situasinya, Jimin justru terlihat biasa saja.
"Ada apa?" Tanya Jimin sambil ikut duduk di samping Yoona, ia memastikan istrinya baik-baik saja.
Yoona yang tampak putus asa, perlahan mendongakkan kepalanya, menatap Jimin dengan ragu lalu segera memalingkan wajahnya lagi.
"Aku tidak..."
"Tidak perlu banyak berpikir yang akan membuatmu jadi menyesal, kita memang melakukanya. Semuanya sudah terjadi" Jimin memotong kalimat Yoona dengan sekali tarikan nafas.
Yoona tidak berani menatap suaminya, ia mengangguk samar dan sesekali menyembunyikan air matanya.
Entah apa, tapi ada sesuatu yang terasa melukai hatinya. Melihat sikap Jimin yang tampak biasa saja, Yoona justru semakin terluka mengingat semalam pria itu sangat gencar mengutarakan isi hatinya.
Apakah itu hanya rayuan agar Yoona mau melayaninya? Atau... Yoona salah dengar?
Tapi... Jimin juga tidak pernah mengatakan bahwa dia mencintai Yoona, dia hanya bilang pernikahan ada karena saling mencintai, lalu mengatakan kalau sebenarnya Yoona mencintainya.
Itu artinya....
Memikirkan segalanya, Yoona tiba-tiba menoleh kepada Jimin yang sudah beranjak dari sana, keluar tanpa mengatakan apapun kepada Yoona yang terdiam bisu.
Dia... Mengabaikannya... Dia tidak perduli meski Yoona merasakan sakit, dia terlalu dingin untuk Yoona, Yoona tidak bisa mengerti apapun tentang suaminya.
☃️☃️☃️
Rasanya... Seperti tidak ada yang berubah, semuanya ia jalani seperti hari-hari biasanya, tanpa pernah mengingat kenangan di malam itu.
Tapi itu hanya menurut Yoona, tidak dengan yang lainya.
Semua orang melihatnya, dia selalu murung dan tanpa senyuman, dia tidak pernah menyapa karyawannya lagi, bahkan mengabaikan beberapa pekerjaan dan memilih melamun.
Yoona hanya terkejut dengan kejadian malam itu, ia juga sedikit tidak bisa menerima dengan Jimin yang selalu bersikap sama seperti saat mereka belum pernah melakukanya.
Mengapa pria itu terlalu dingin dan cuek? Bukankah seharusnya mereka semakin dekat? Lalu mengapa pria itu tampak bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa.
"Kau baik-baik saja?" Tanya Mina saat menyadari wajah pucat Yoona. "Kau pucat sekali, apa demam?"
Dengan perlahan Mina mulai mendekati atasan sekaligus sahabatnya tersebut, ia menyentuh dahi Yoona, memastikan apakah wanita itu memang demam atau tidak.
Tapi... Belum saja Mina mencerna tentang keadaan sahabatnya, ia sudah lebih dulu mendengar suara isakan.
"YAA... Kau sungguh demam? Apa sakit? Pusing? Atau..."
Mina berhenti bicara ketika sahabatnya itu semakin gencar menangis. Wanita menggeleng, ia menangis sampai tidak bisa mengatakan apapun.
Mina akhirnya sadar, bukan hanya demam, tapi Yoona memiliki hal yang lebih menyakitkan dari itu.
"Aku..." Yoona terus berusaha mengatakannya kepada Mina, tapi... Tidak bisa karena sedang menangis.
"Tenangkan dirimu lebih dulu, baru bicara" ujar Mina sambil membawa Yoona kedalam dekapannya.
☃️☃️☃️
"Tuan, kita akan berangkat tiga puluh menit lagi." Sang Asisten memberikan beberapa berkas yang harus mereka bawa untuk meeting nanti. "Tuan bisa mempelajari ini..."
Jimin mengangguk dengan tanganya yang memberi isyarat pada asistenya agar cepat pergi.
Asisten pun berhenti bicara, membungkuk sekilas kemudian berjalan keluar.
Jimin m ngjela nafas setelah kepergian asistenya. Dia yang tidak pernah luang selalu saja sibuk mengurus pekerjaan ini dan itu, Jimin bahkan tidak ada waktu mengobrol dengan Yoona setelah malam itu.
Sungguh, bukan ia ingin mengabaikan Yoona, tapi pekerjaannya terlalu banyak apalagi ia sedang menggarap proyek baru, mungkin setelah proyeknya selesai Jimin akan mengajak Yoona berbicara.
"
Tapi... Mengapa dia hanya diam saja?" Jimin yang sesungguhnya sedang sibuk, kini mencuri sedikit waktu untuk memikirkan tentang segala yang telah terjadi.
"Apa dia sungguh ingin berpisah? Dia tidak menyukaiku? Atau... Dia punya pria lain?" Mata Jimin seketika mendelik tajam hanya membayangkannya saja.
"Hey... Mana boleh suka pria lain, dia sudah punya suami" gumam Jimin lagi dengan sedikit raut kesal, meski begitu wajah datar tetap adalah yang paling dominan di wajahnya.
"Tapi... Kami tidak melakukan apapun selama ini, aku juga tidak tahu banyak tentangnya, bis jadi..." Kegelisahan di hatinya terasa semakin menjadi-jadi saja, Jimin sungguh ingin semua pekerjaannya cepat selesai dan ia akan mengajak Yoona berbicara.
Jimin tidak ingin pernikahan ini terjalin sia-sia, ia akan mempertahankannya sekuat tenaga, bahkan membuat Yoona jatuh cinta jika gadis itu belum mencintainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pansy Black
RomancePernikahan yang Park Jimin dan Kim Yoona jalani adalah palsu. Keduanya hanya sibuk bekerja dan bekerja, mengabaikan satu sama lain hingga tidak menyadari ada cinta di antara mereka. Perjodohan... Sudah dua tahun sejak Yoona menjadi istri Jimin, dan...