Masih gagal

1.6K 203 1
                                    

Hope you guys enjoy it💚

Terimakasih sudah mau baca ceritaku
__________________________________________



"Biarkan aku sembuh tanpa melibatkan orang baru."
_Mas Malik_


••••••••••••••••••••••

Mas Malik dan Bang Eja pulang dengan wajah sendu. Semua upaya sudah mereka lakukan seperti tahun-tahun sebelumnya. Mas Malik masih belum mau keluar kamar sedari tadi. Abah juga tidak ingin mengusiknya, ia biarkan anak itu menenangkan pikirannya.

Kelihatannya kali ini Tuhan masih belum memihak pada Mas Malik. 

Sabar ya, Mas… 

Kalimat itulah yang selalu Abah ucapkan setiap kali ia dengar erangan tangis pilu dari kamar si sulung. Sudah dua tahun hari ini terus terulang, Mas Malik yang selalu repot menyiapkan banyak hal untuk kesayangannya, walaupun tahu kalau akan sia-sia. Bohong pada diri sendiri kalau semua akan baik-baik saja adalah hal terkejam sepanjang masa. Seakan luka yang terus digerogoti dari dalam, ia akan melebar, dan membusuk tanpa sembuh.

“Gak papa, Masmu cuma butuh waktu buat terima ini lagi.” 

Bang Eja selalu menjadi saksi atas perjuangan Mas Malik untuk dekap kesayangannya lagi. Ia juga tidak punya hak untuk mencaci maki takdir yang sudah ditulis bahkan sebelum ia lahir. Marah bukan solusinya saat ini. Sedari tadi Bang Eja gelisah menatap pintu yang dikunci rapat dari dalam, ia terus menghubungi satu nama dari ponselnya. 

“Assalamualaikum, Bah…” 

“Hanan mana?” tanya Bang Eja yang sedang duduk di sofa depan tv.

“Sebentar lagi sampe, tadi dia naik sepeda.”

Bang Eja mengangguk, keempat anak itu saling pandang, dan langsung mengerti. Mereka semua masuk kamar masing-masing tanpa banyak bertanya.

“Selesai sholat langsung makan, ya! Tadi Abang beli ayam bakar Om Ipul!” 

Suara lantang Bang Eja berbarengan dengan suara pintu depan yang dibuka keras. Hanan dengan baju yang sudah basah kuyup serta bibir membiru itu diam di tempat. Rasanya suasana di rumah membuat orang di dalamnya sampai tidak sadar kalau hujan mulai turun sangat deras.

“Pada kemana, Bang? Maaf tadi gak angkat telfon Abang," kata Hanan.

Bukannya dijawab, Bang Eja malah menyeret badan Hanan ke kamar untuk segera berganti pakaian. Yang tadi sibuk Bang Eja hubungi memang Hanan. Janu yang melihat Hanan menggigil kedinginan langsung menyodorkan teh hangat yang diam-diam ia seduh saat Hanan di kamar mandi.

“Sekali aja lu gak ngorbanin diri sendiri gak bisa, ya?” wajah Janu terlihat sangat khawatir. Namun Hanan tetap Hanan.

“Makan, yuk!” ia akan berusaha mengalihkan pembicaraan kedua orang di kamarnya. Mereka akhirnya mengalah mengikuti ajakan Hanan.

Keadaan meja makan mendadak canggung. Kali ini semua tidak ada yang makan menggunakan sendok. Ayam bakar Om Ipul memang lebih sedap kalau dimakan pakai tangan kanan, bukan tangan kiri, apalagi pakai kaki! Sesekali dahi Abah berkerut. Semua juga tahu kalau Abah pasti sedang banyak pikiran, terutama soal Mas Malik. 

Perihal Sandwich(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang