Anak Ayam Cukur Rambut

2.1K 233 6
                                    


Happy reading

Jangan lupa follow, vote, dan komen ya❤️
___________________________________________

"Hidup boleh gelap, tapi rambut jangan."
_Janu_

••••••••••••••••••

Pagi ini matahari sangat terik, cahaya yang menusuk mata membuat siapa saja enggan menatap keluar. Tepat pukul 08.30 piket mingguan keluarga Ar-Rasyid akan dimulai. Tadi Mas Malik sudah membacakan satu persatu bagian piket minggu ini. Semua langsung berpencar, mengambil peralatan masing-masing. Ternyata memiliki banyak anak ada juga manfaatnya, selain yang kata orang banyak anak banyak rezeki. Kalau keluarga ini menganut banyak anak banyak bibi kali ya?

Kerusuhan terdengar dari kubu belakang, suara berisik yang meneriaki hewan terbang itu sangat terdengar ambigu.

“Ahhhh… akhhh Bang! Ituu…ahhh,” kata Jafar tak karuan.

“Bang! Kecoa, Bang! Aku takuttttt…” Cahyo langsung buru-buru keluar kamar mandi.

Dengan nyali yang optimis, Janu gulung lengan bajunya. Ia ambil gagang sapu sambil memasang kuda-kuda, “kecoanya dimana? Bilang sama Abang yang bener!” 

Urat-urat leher Janu terlihat jelas, otot tangannya yang terlihat dari baju yang ia gulung sampai pundak juga semakin membuatnya terlihat tampan dan gagah. Siapapun yang melihat itu pasti menginginkan sosok Janu untuk dijadikan pacar.

Bugh!

Satu pukulan keras menghantam pundak Janu tanpa aba-aba. Bocah itu hampir menangis kesakitan. 

“Bang Eja! SAKIT TAU!” 

“Maaf, tadi kecoanya ada di pundak lu.”

Dua adiknya yang lain hanya tertawa pelan melihat kejadian barusan. Yang penting gaya nomor satu! Bang Eja tahu kalau semua adiknya sangat geli dengan kecoa terbang, tapi lain halnya dengan Hanan, bocah itu bisa saja menenteng antena kecoa dan menakut-nakuti adiknya yang lain sampai menangis. 

Beralih ke anggota yang lain, ada Mas Malik yang masih sibuk mencuci baju di lantai atas rumahnya. Di lantai atas memang hanya ada tempat untuk cuci baju, menjemur pakaian, dan gudang. Atau sesekali mereka ubah jadi tempat main dadakan.

Mas Malik pandangi Hanan yang terlihat lihai memakai gunting rumput untuk membersihkan halaman. Semilir angin membuat rambut fluffy Hanan yang sudah di cukur itu berantakan. Potongan cepmek yang Hanan minta malah membuatnya terlihat seperti preman kampung.

“Mas! Jangan bengong, kesambet nanti!”

Teguran itu membuyarkan lamunan Malik, “iya, jangan lihat sini, silau. Nanti lu bersin-bersin.”

“Oh iya, kolor saya jangan sampai melar lagi, Mas!”

Mas Malik tergelak. “Kan yang kemarin melar udah Mas ganti pake yang merk Adidas pula.”

“Adidas? Adidas apaan?! Orang mereknya AIDIDAS! kw 12 itu,” protes Hanan.

Mereka berdua terbahak keras kala mengingat hal itu. Siapa yang tidak ingin punya barang branded walaupun hanya kolor yang tidak akan terlihat pula. Saat itu Hanan sampai menangis meratapi nasib dalemannya yang hanya sisa dua.

“Aw! Ssshhh…” 

Jerry yang sedang menggunting kuku di teras depan langsung menghampiri Hanan. “Kenapa, Nan?” 

Gunting rumput itu tidak sengaja melukai jari Hanan. Karena terlalu bersemangat jadi tukang kebun, ia tidak fokus membedakan mana rumput dan mana jarinya sendiri. Meski mulut Hanan ribuan kali bilang kalau tidak sakit, tapi Jerry bisa lihat kalau mata itu suka remang ingin menangis.

Perihal Sandwich(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang