go home?

1.5K 215 54
                                    


Hai hai haiiii
Guys, ada yang kangen akohhh?!
Pliss Jan ngambek karena aku kelamaan update. Hampura barudakss🙏😭
Enzoy ya! Map kali ini percakapannya agak banyak

 Hampura barudakss🙏😭Enzoy ya! Map kali ini percakapannya agak banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Disinilah Hanan sekarang. Duduk sambil memegangi satu tas ransel yang terdapat beberapa helai bajunya yang dibawa dari rumah. 

Hanan memutuskan untuk ikut bersama pria yang mengaku sebagai ayah kandungnya. Kepergiannya kali ini bukan karena ia ingin, tapi ia harus mencari jawaban atas pertanyaan yang sedari tadi terus berontak dalam pikirannya sendiri. 

Dalam rumah mewah dengan banyaknya printilan antik yang ditata rapi, Hanan dalam hati terus mengucap kata takjub. 

“Nak, ayo makan dulu,” ajak Pak Sadi menuntun lengan Hanan membawanya ke meja makan. 

“Pak, tapi saya gak laper.”

“Sebentar saja, temani saya makan. Sebentar lagi Windu sama Bidi turun,” kata Pak Sadi masih berusaha membujuk. “Nah, itu mereka.”

Dua orang laki-laki dengan kaos serta celana pendek santai menuruni tangga rumah. Terdengar suara kaki yang beradu pelan dengan lantai. 

“Nan,” sapa Bang Windu. 

Hanan hanya tersenyum tipis. Sedangkan Bidi menatap Hanan bingung, ia tidak tahu harus memanggil anggota keluarga barunya itu dengan sebutan apa.

“Ayo, makan. Gue ambilin, ya?”

Hanan menggeleng ribut. “Jangan, Bang. Saya masih kenyang.”

“Paksa, Bang. Bohong itu!” sahut Bidi. “Tuh, denger suara perutnya!” 

Tepokan jidat serta tawa ringan akhirnya lolos memecah kecanggungan yang sedari tadi begitu mencekam.

“Nasi, pake capcay, pake ikan lele, beuhhh… mantep ini,” goda Bang Windu. 

“Ini capcay gak pake udang, Anan… jangan takut. Kita tau kamu alergi,” kata Bidi cepat saat melihat keraguan dari wajah Hanan. 

Kaget? Jangan ditanya!

Hanan sangat terkejut mendengar penjelasan Bidi tadi. Matanya berbinar, terharu mungkin? 

Entahlah, Hanan tidak suka perasaan yang ada di hatinya sekarang. 

Saat ia merasa diperhatikan, diperlakukan dengan hangat, Hanan suka itu. Tapi ia juga merasa sangat kosong sekarang karena meninggalkan separuh hidupnya yang mungkin sekarang sedang keenam saudaranya sedang merenung tidak akan bisa tidur pulas di rumah.

“Hanan! Hanan! Hanan!” panggilan berisik itu dari Bang Windu. 

“Apasih lu, Bang! Gajelas!” cerca Bidi sambil menimpuk pilus kearah Abangnya.

“Bang, saya…” 

Bang Windu menaikan kedua alisnya, menatap Hanan lekat. Semua perhatian tertuju pada Hanan. Mereka tahu banyak yang ingin ditanyakan, untuk itu mereka juga sudah siap menjawabnya. 

“Kenapa Abang dan Bidi mau terima saya?” 

“Kata siapa? Kita berdua juga gak langsung nerima gitu aja. Ya kan, Pah?” 

Pak Sadi yang sedang makan kuaci disebrang bangku hanya mengangguk kecil.

“Mamah meninggal tiga tahun lalu, Nan. Saat itu juga papah kasih tau soal hubungannya sama Tante Maimah, yang ternyata mereka punya lu juga.”

“Nan, awalnya gue benci bokap. Tanya Bidi, gue sampe kabur dari rumah gak balik setengah tahun. Gue gak peduli soal apapun lagi, rasanya gue mau ikut mamah gue aja.”

Bang Windu menjeda sebentar. Ia susah payah berusaha menelan air liurnya sendiri. 

“Sampe akhirnya bokap drop karena kekeuh mau ngurusin projek lomba lukis dadakannya yang waktu itu gue anggap gajelas. Sampe akhirnya gue ketemu lu disana sama Cahyo.”

“Cahyo yang ternyata satu sekolah sama Bidi, Cahyo dan Jafar yang malahan sekolah di tempat bokap. Gue langsung mikir kalo ini semua pasti bukan kebetulan. Awalnya, waktu Cahyo minta gue bantuin lu buat kasih stiker hati itu, gue beneran mau bales dendam sama lu, Nan. Jahat ya gue?” 

Hanan menggeleng. Tangannya terulur mengusap punggung Bang Windu. Baginya tidak ada yang jahat disini, mereka sebagai anak hanyalah korban yang pada akhirnya menyimpan dendam dalam hati masing-masing. 

“Kenapa Bang Windu gak beneran bales dendam aja ke saya? Saya pasti terima walaupun pasti agak bingung sedikit,” kata Hanan.

Dahi mulus itu disentil pelan. “Siapa yang tega jahatin lu, Nan…”

“Anan,” panggil Bidi pelan berusaha meminta perhatian. “Maafin aku juga, ya? Suka ajak ribut Cahyo. Itu disuruh Abang! Kalo gak gitu kita gatau informasi soal kamu lagi. Kita takut kamu gak akan mau ambil jasa lukis lagi, yang otomatis gak akan ada uang yang masuk juga buat bantu kamu berobat,” 

“Ada Papah yang paling takut…” lanjut Bidi. "Papah juga sempet jenguk Anan di rumah sakit waktu itu."

Hanan hanya mengangguk sambil mencerna semuanya.

“Saya pasti mau atuh, Bid… itu kan banyak yang katanya tugas temen-temen Bang Windu juga!” sarkas Hanan mengingat kalau ternyata lukisannya malah ikut menjadi bagian dalam art galeri waktu itu.

Bang Windu dan Pak Sadi tertawa geli. 

“Nan, sekarang lu tau kan semua cuma akal-akalan kita? Gue bahkan selalu ikutin lu kalau check up ke Dokter, gue tau kalau parfum yang gue kasih selalu dipake dan masih jadi parfum kesukaan lu, iya kan?” 

“Iya, Bang… berarti itu juga emang dari kalian? Bukan dari temen Abang itu?” 

“Hmm…” jawab Bang Windu. "Soal gue yang bakalan ke Jepang. Itu beneran, tapi  masih tahun depan."

“Makasih ya, Bang… Bidi juga, Pak Sadi juga…” 

Sekarang Pak Sadi tidak minta muluk-muluk. Ia hanya ingin Hanan sembuh. Rasanya cukup melihat ketiga anaknya pernah berbincang bersama seperti sekarang adalah hadiah terbesar selama bertahun-tahun penantiannya.

Ia sama sekali tidak berniat untuk mengambil Hanan dari siapapun, sebab ia pun tidak ingin kehilangan anaknya itu. 

Kalau ia tidak bisa menyimpan Hanan dalam rumahnya, kalau ia tidak bisa merawat Hanan dari dekat. Biarkan ia menyimpan Hanan dalam hatinya, dan merawat Hanan dari jauh pun tidak masalah baginya. Asalkan Hanan tetap disini, ditempat yang sama dengannya, dengan semua orang yang sayang dengan anak baik hati itu.

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Mau update satu aja karena udh mau mendekati ending😌

Maapkeun aku juga yang baru update yaaaa... Dimaafkan tidak???

Gimana puasanya? Sudah ada yang batal beloom?

Spam vote dan komen Jan lupaaa

Abis ini enaknya bikin cerita apa Yoo?

Romance?

Persaudaraan lagi?

Atau apa nih??

Btw, makasih banyak ya udah mau baca dan nunggu aku. Semoga kalian semua sehat selalu😚❤️

Perihal Sandwich(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang