Selamat ulang tahun, Jafar

1.6K 184 9
                                    


Lahirku, adalah hari kematian ibuku sendiri.

_Jafar_

•••••••••••••••••••••••••




Aroma ikan asin memenuhi setiap sudut rumah. Di dapur ada Bang Eja, Cahyo, dan Jerry yang sedang sibuk memasak nasi liwet untuk saudaranya yang hari ini akan datang dari Bandung. Sedangkan yang lain sudah ditugaskan untuk bersih-bersih rumah. 

Rasanya sudah lama sekali mereka tidak bertemu keluarga dari Bandung. Acara pengajian rutin memang akan diadakan setiap setahun sekali untuk almarhum ibu mereka, sekaligus ulang tahun Jafar. Susah payah Jafar menerima kenyataan bahwa kelahirannya malah menghilangkan satu nyawa lainnya, yaitu Maimah. Ibunya sendiri.

Semua adalah takdir. Bukan salah Jafar, dan tidak ada yang menyalahkan dirinya. Ia pikir kalimat-kalimat itu cukup membuatnya terbebas dari rasa bersalah, namun ternyata tidak. Semakin dewasa sunyi dalam ruang hati dan pikirannya banyak menahan perih sebab terus menyalahkan dirinya sendiri yang tak berujung.

“Selamat bertambah tua, adiknya Anan… Jafar mau apa?” 

Jafar tahu Hanan hanya berusaha menghiburnya. “Aku mau ibu, A’.” 

Jawaban yang tidak pernah berubah dari seorang Jafar. Hanan juga berharap Jafar bisa merasakan kehadiran ibu dalam wujud yang dapat digenggam, diraih saat hilang arah, disapa saat penat. 

“De… kamu anak yang paling ibu nantikan kelahirannya. Jangan buat ibu sedih karena kamu terus merasa bersalah karena sudah dilahirkan dari ibu yang hebat.” 

“Gak gitu, Anan…” Jafar mendongak ke atas, menahan air matanya yang sudah diujung siap terjun ke pipi. “Kalau aku gak lahir, ibu pasti masih ada, kan?”

Tidak ingin menjawab, Hanan langsung memeluk erat adik bungsunya. Mengusap lembut punggung adiknya berusaha menenangkan. Tangannya diulurkan jauh ke laci lemari belajarnya. Ia meraih satu kotak permen kaki yang masih terbungkus rapih.

Abah bilang jangan pernah makan permen kaki karena buat sakit gigi. Setiap melihat ada yang memakannya, Abah pasti marah dan langsung membuangnya sembarangan. Mereka bertujuh tahu kalau Abah bukan marah, tapi hanya tidak mau jadi mengingat kesukaan istrinya, lalu menahan rindu sendirian.

“Jangan sampai Abah tahu. Hadiah lainnya nyusul,ya.” Hanan terkekeh pelan menggandeng tangan adiknya keluar dari kamarnya.

Keduanya terkejut saat melihat Jerry sedang berdecak pinggang sambil mengangkat spatula masak ke hadapan laki-laki yang sekarang terlihat seperti biduan dangdut. Semua goyangan pinggul sudah di absen oleh Janu sambil diiringi musik DJ remix ala angkot. Membuat Hanan dan Jafar tertawa geli.

Semua makian sudah dikeluarkan oleh Jerry, tapi sayangnya suara speaker yang lebih keras membuat suaranya tidak terdengar. Tiba-tiba, speaker yang baru ia beli menggunakan sisa uang lombanya mati.

“Lagu ini aja, Jan.” Mas Malik menghampiri Janu untuk menyetel satu lagu yang tidak jauh beda seleranya dari Janu. Adiknya itu tersenyum bangga karena sudah berhasil menularkan virus DJ angkotnya.

“DJ remix Domba Kuring… sikatt!!!” 

Janu langsung sumringah, badannya ia sedikit busungkan kedepan. “Mas? Syiqattt!!” kata Janu berapi-api. Ia angkat dua tangannya keatas, lalu ia goyangkan kedua ibu jarinya itu sambil menikmati iringan lagu.

Perihal Sandwich(End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang