part 16

7.3K 555 32
                                    

R

Siang ini ada yang bertamu ke rumah Gista dan Rakha. yaitu Fatimah. masih ingat kan siapa Fatimah? tantenya Rakha.

"Masya Allah udah gede-gede aja ya anak kamu Rakha."

"Namanya juga pertumbuhan tante"

Fatimah terkekeh mendengarnya "Zera cantik banget. mirip kaya Gista" ucap Fatimah.

Gista tersenyum malu mendengarnya "Tante bisa aja."

sedangkan Zera yang berada di pangkuan Gista, juga Zero yang di pangkuan Rakha, mereka masih melongo saja. memang mereka sebelumnya belum pernah bertemu Fatimah.

"buna, ini ciapa?" bisik Zera pada Gista.

"ini namanya bibi Fatimah." jawab Gista.

"owalah belum pada kenal ya? ayo kita kenalan" ajak Fatimah pada mereka.

Mereka akhirnya mau-mau saja. hingga sudah saling mengenal, Tania yang merupakan anak pertama Fatimah, ia mengajak Zera dan Zero main di halaman depan dan kedua orangtuanya saling berbincang.

"Apa kau?"

"bapaku Tentara"

"papa ku Docen."

"ibuku guru"

"buna ku doktel. apa kau?"

"Zera, Zero.. jangan berantem sama anak ini. mending kita masuk yuk?" bujuk Tania yang dari tadi bingung harus berbuat apa ketika melihat perdebatan anak tetangga dan anak perempuan Gista.

"kakak Tania diam aja, kakak Tania takut? bial Zela yang lawan anak ini" tantang Zera pada anak itu.

"kau pikir aku takut? ngomong cadel gitu juga sok-sokan" ucap anak tetangga itu.

"cadel apa Zelo?" bisik Zera pada Zero.

Zero menggeleng tak tahu.

"payah banget kau gak bisa ngomong R" ucap anak itu.

Zera berdecak kesal "bialin aku nda bica ngomong El (R), yang penting giginya ada. gak kaya kau ompong!" ejek Zera

Merasa sudah frustasi, Tania masuk kedalam untuk memanggil Gista dan Rakha.

"Tante, Zera berantem"

"HAH?!"

Segera Gista dan Rakha keluar.

Plak!

"aduh..cakitt"

"ZELO?"

"Huahhhh bunaa.." Zero menangis histeris sembari memegangi jidatnya yang barusan terkena batu kecil yang dilempar oleh anak tetangga itu.

Zera berdecak kesal, ia meletakan kedua tangannya di pinggang seakan-akan marah.

"Kau ngapain lempal batu ke Zelo ha!?" tegas Zera pada anak itu.

"batu kecil doang kok nangis, cengeng banget" jawab si anak itu dengan santainya tak merasa bersalah.

"ku lempal batu becal mau kau?" tantang Zera.

"emang kuat? gak akan bisa lah"

"Ya ampun ini pada kenapa?" Gista dan Rakha tiba-tiba datang memergoki mereka.

Gista melihat Zero yang sudah menangis dan dengan cepat ia mendekat "Zero kenapa nangis nak?" tanya Gista cemas.

"hiks hiks.. cakit buna.." adu anak itu.

"Kok bisa?"

Tangan Zero menunjuk pada anak yang melemparnya batu. seakan-akan memberi jawaban bahwa ialah pelakunya.

my husband's Rakha [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang