Prolog

62 4 0
                                    

Selamat membaca.

Apa benar, cinta pada pandangan pertama itu nyata, Dan wajar ?

Bibir tipis itu tersenyum samar, bahkan orang-orang disekelilingnya, tidak akan menyadari hal tersebut.

"Matanya Indah," gumamnya pelan, sambil menggerakan jari telunjuk dan Ibu jarinya.

"Aku mau dia James, bisa?" Ia menoleh pada Pria bertubuh kekar, yang setia menemaninya sejak dia lahir di Bumi.

"Tentu saja, Tuan Muda bisa bersama Nona Muda Ansara," Jawab James tersenyum pada Tuan Muda-nya.

Anak berusia 8 tahun itu tersenyum lebar, Hari ini adalah hari menyenangkan menurut Hugo Darendra Aldrich, ini merupakan pertemuan kedua kalinya, dengan anak perempuan pemilik mata teduh berwarna coklat, dengan kulit putih, serta tidak lupa jepit rambut berbentuk matahari yang menghiasi surai hitam gadis kecil tersebut menjadikannya perpaduan sempurna, dimata pewaris tunggal keluarga Aldrich.

"Daren,, kemari sayang, Mommy mencari kamu daritadi," Helena melambaikan tangannya, agar anak semata wayangnya itu, segera datang menghampirinya.

Daren berjalan mendekat, tidak lupa dengan James yang selalu berada didalam radius yang dekat. Daren melebarkan sudut bibirnya, Obsidian tajam miliknya tidak lepas memandang gadis mungil dengan Cupcake coklat ditangannya.

Helena menarik tangan Daren, agar putranya cepat sampai, " Ini loh,, Bintang utamanya, Pangeran dingin milik keluarga Aldrich," Helena menepuk pelan bahu Daren.

"Tampan sekali," Jawab Karina yang menatap kagum, pada Putra sahabatnya.

Gadis kecil yang sedang menikmati Cupcake coklat itu menoleh, lalu matanya berkedip lucu, memberikan sisa kuenya pada sang Kakak. Gadis kecil itu berusaha dengan sedikit susah payah untuk turun dari tempat duduknya.

"An, mau kemana?"

Tanpa menghiraukan pertanyaan dari sang Kakak, gadis kecil itu berlari menuju tempat sang Ibu berada.

"Gadis nakal, padahal abangnya lagi enak-enak makan." Ia pun segera mengikuti langkah sang adik, tadi Mommy sudah Minta tolong untuk menjaga adik kecilnya tersebut.

"Mommy!!!!" Teriak Ansara, gadis kecil itu berlari dan menabrak beberapa orang dewasa yang dilewatinya.

Bruk....

"Sakit sekali kaki An," gadis itu menatap lutut kecilnya, terlihat jelas terdapat warna merah disekitarnya.

Daren segera berjalan meninggalkan sang Ibu, Obsidian tajamnya tidak lepas dari gadis kecil yang sedang merintih kesakitan.

"Jangan lari, harus lebih hati-hati, kamu tidak boleh terluka." Daren menghela napas, lalu Pria kecil itu mendudukkan diri dihadapan gadis kecil tersebut.

Ia mengelus pelan, memar pada lutut gadis kecil bernama Ansara Mahatma.

"An, hanya ingin melihat Pangeran," Mata Indah berwarna coklat itu mengerjap lucu, membuat Daren tidak bisa menyembunyikan lagi senyum manisnya.

" Siapa? " 

"Kakak, An, mau lihat Kakak." Ansara menunjuk Daren dengan jari telunjuknya.

interaksi yang dilakukan keduanya, menjadi tontonan para tau undangan malam itu. Bahkan Helena selaku Ibu kandung Daren menutup mulut dengan kedua tangannya menatap kagum, Putranya yang dingin serta tidak memiliki empati pada lingkungan sekitar, sekarang terlihat perduli pada gadis kecil anak Dari sahabatnya.

" Tidak perlu berlari, kamu akan melihat Kakak, selamanya."








The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang