****
Ansara dan Ares memasuki kediaman Mahatma, dengan bergandengan tangan. Bahkan, sesekali Ares akan mengecup punggung tangan adik kecilnya.
"Adik, maafkan Abang ya, untuk yang kemarin." Ucap Ares di sela-sela mereka melangkah.
"Tidak perlu minta maaf, An, paham sekarang." Gadis kecil itu tersenyum girang.
Karina dan Shaka yang sedang duduk termenung, di ruang keluarga, langsung bangkit saat mendengar tawa putri kecil mereka.
"Sayang, anakku, peluk Mommy Nak." Pinta Karina, wanita itu sudah merentangkan kedua tangannya. Ansara menoleh pada Ares, cowok itu langsung menganggukan kepala.
Ansara berlari kedalam dekapan sang ibu, "maaf Mommy,,, maaf Daddy."
Shaka mengelus lembut, puncak kepala putrinya. "Adik tidak pernah salah, maafkan Daddy dan Mommy, kami membuatmu bersedih."
"Sayang-ku, putri kecilku, separuh hidupku." Karina mengecup setiap sisi wajah Ansara. Wanita bahkan tidak bisa bernapas dengan tenang, jika sampai Ansara tidak ingin kembali.
***
Sore ini Daren mengajak Ansara, untuk melihat indahnya laut sore hari. Daren bahkan menyiapkan penjagaan ketat untuk keselamatan sang kekasih.
"Laut hari ini cantik sekali, Kak." Kata Ansara, gadis itu merentangkan kedua tangannya. Menikmati semilir angin sejuk yang menerpa kulit halusnya.
Daren tersenyum manis menatap cantiknya gadis kecil itu. dia sadar, jika setiap masa jatuh cinta, cukup pada satu perempuan.
"Laut kalah hari ini, An." Sahut Daren, ia melingkarkan lengannya pada pinggang ramping Ansara.
"Kalah kenapa kak?" Tanya Ansara heran.
"Kalah cantik, darimu Ansara." Rona merah pada kedua sisi pipi berisi itu, tidak dapat disembunyikan.
"Kak, jangan menggoda An." Seru Ansara menunduk malu.
"Hanya Tuhan dan Kakak yang tahu, tentang kebenarannya sayang." Daren mengecup pipi berisi Ansara.
"Sayang," panggil Daren.
"Kenapa?"
"Jika di AHS, ada yang menyakitimu, kau tidak bisa melarang kakak, untuk tidak membalasnya sayang." Ucap Daren, memberikan penjelasan pada Ansara.
"Tidak akan ada yang menyakiti An, bukankah kakak dan Abang. Yang, akan selalu menjaga dan melindungi An," ucap Ansara penuh keyakinan.
"Tanpa kau minta, kami pasti melakukannya."
****
Daren memasuki Mansion keluarga Aldrich, saat masuk seluruh Maid sudah berbaris menyambut kehadiran Tuan muda mereka.
"Selamat datang Tuan muda," sapa Miranda, yang merupakan kepala pelayang senior di Mansion keluarga Aldrich.
Daren terus berjalan, menuju meja makan. Dia tidak perlu bersusah payah untuk menyahuti sambutan dari Miranda.
Daren duduk pada kursi yang ada dibagian Kanan, disana sudah ada Fransisco dan Hellena Aldrich.
"Hugo, dimana Ansara-ku?" Tanya Fransisco jahil, pria paruh baya itu saat paham akan watak putranya.
"Katakan sekali lagi, atau, pisau ini ku lempar." Ujarnya penuh ancaman.
"Kau lihat sayang, dia begitu protektif." Adu Fransisco pada sang istri.
"Jangan menggodanya sayang," sahut Hellena, dia tidak ingin makan malam yang sangat ia nantikan menjadi kacau, akibat kejahilan suaminya itu.
"Baiklah, aku hanya bercanda Hugo." Fransisco masih memberikan senyuman mengejek pada sang putra.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomansaHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.