Mencintai satu perempuan, adalah seni yang indah dan mahal.***
Daren memutar bolpoin hitam pada meja, cowok itu duduk sambil menunggu seseorang pada ruang kepala sekolah AHS. Wanita paruh baya yang menjabat sebagai Kepala sekolah itu, sudah bergerak gusar pada tempatnya. Ia khawatir, jika pewaris Aldrich ini akan marah besar. Terlihat dari tatapan tajam dan seringai tipis di sudut bibirnya.
Daren menekan in-ear-monitor pada telinga nya, guna untuk memanggil James.
"Lama, kau ingin mati James?" Bentak Daren kesal, membuat Kepala sekolah tersentak kaget.
Setelah itu dia kembali menyilangkan kedua kaki dan tangannya, menatap tajam wanita paruh baya di hadapannya.
"Sudah berapa lama, kau menjabat sebagai Kepala sekolah di AHS?" Tanya Daren, cowok itu menatap angkuh wanita tua di depannya.
"Hampir 15 tahun, Tuan muda." Jawabnya takut.
Daren terkekeh, "kau tahu, jabatanmu tergantung bagaimana, perasaanku nanti." Jawab Daren enteng.
Kedua manusia itu menoleh saat melihat pintu ruangan terbuka, tak lama muncul James diikuti Carolina di belakang, pria besar itu.
Carolina terkejut, saat melihat Daren ada disana. Duduk dengan angkuh dan memandang dirinya tajam.
"Kalian berdua bisa keluar!" Perintah Daren.
James dan Kepala sekolah itu, menunduk hormat. Lalu, berpamitan untuk menunggu di luar ruangan.
"Kau tahu, gadis yang kau hukum di lapangan itu, adalah tunangan-ku." Ujar Daren tanpa basa-basi.
Carolina bergetar takut, jika di lihat Daren dan Kevin adalah anak yang berusia sama. Namun, aura penguasa itu memang nyata dalam diri Hugo Darendra Aldrich.
"Maaf Tuan muda, saya tidak tahu, maafkan kesalahan saya." Ucap Carolina memohon, bahkan, wanita itu merutuki kebodohannya. Bagaimana bisa dirinya tidak mengetahui, jika gadis kecil itu adalah milik Daren.
Daren merogoh saku dalam Almamater miliknya, melempar beberapa lembar foto di atas meja.
Carolina menutup mulutnya tak percaya, foto naked miliknya sendiri, kini berserakan di atas meja.
"Bagaimana jika media tahu, seorang guru mengencani murid nya sendiri? Menurutmu bukankah itu baik?" Ucap Daren penuh intimidasi.
"Birkin Hermes, mobil pribadi, ponsel baru. Dan, Ah, Apartemen baru milikmu juga." Kata Daren mendikte setiap pemberian dari Kevin.
Daren bangkit, berjalan di hadapan Carolina. Wanita itu langsung bersujud di hadapan Daren, memohon ampun.
"Maafkan saya, Tuan muda. Jika saya mengetahui gadis kecil itu tunangan anda, saya tidak akan berani menghukumnya."
"Kau tahu, jika kau di pecat dari AHS. Mungkin setelah itu, kau tidak akan mendapatkan pekerjaan lagi. Dan, kau tahu nasibmu, tergantung bagaimana keadaan gadis-ku." Daren berjalan menabrak keras bahu Carolina.
Daren keluar, lalu berjalan diikuti oleh James di belakang cowok dengan punggung tegap itu.
"James, pastikan anak keluarga Wijaya itu menjauh dari Ansara. Kirim surat terbuka pada perusahaan Wijaya," perintah Daren, cowok itu masih sibuk dengan ponsel miliknya. Yang mencoba menghubungi Ansara.
"Baik Tuan muda, perintah di laksanakan." Jawab James, pria itu menunduk lalu berbalik meninggalkan Daren.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.