Kunci sukses = GAGAL + GAGAL + GAGAL + GAGAL. Kamu akan menghadapi banyak ujian untuk mendapatkan hasil memuaskan.***
Ansara sedang memakai leotard di jari jempolnya, agar hati-hati nya tidak sakit saat melakukan gerakan ballet nanti. Degup jantung nya tidak beraturan ia takut tidak berhasil kali ini.
Gadis kecil itu begitu menawan, dengan rambut dicepol serta baju merah muda, yang dibelikan Ares semalam. Tak lupa, dengan warna soft shoes yang senada pula.
Ansara menggenggam kedua tangan miliknya erat, berdoa agar hari ini semua berjalan sesuai dengan rencana baiknya.
Gadis kecil itu mengedarkan pandangannya, pada pintu utama ruang latihannya. Hari ini Daren dan Ares berjanji akan menonton dirinya latihan Ballet.
Saat menunduk sedih, seperti nya mereka masih sibuk. Gadis itu mengikat dua pita pada sepatu pointe miliknya, tak lupa memasang karet gelang untuk menahannya di kaki.
Suara pintu terbuka, dan teriakan dari teman satu klub-nya. Menarik atensi Ansara, gadis itu tersenyum kecil saat Ares dan Daren memasuki ruang latihannya. Ares sudah melambaikan tangan memberi semangat Ansara.
"Adik, semangat! Abang akan mendukungmu, sayang." Teriak Ares semangat, Ansara tersenyum senang, gadis itu mengacungkan kedua jempolnya.
Seluruh siswi yang ada di dalam ruangan ini, berdecak kagum. Bagaimana bisa Antares Mahatma dan Hugo Darendra Aldrich, menyempatkan waktu untuk melihat latihan mereka hari ini. Tapi, asumsi itu terjadi tentunya karena gadis kecil adik kelas dan teman seangkatan mereka tentunya.
Ansara dan yang lain, sudah mulai melakukan pemanasan. Daren tersenyum tipis, sambil merekam seluruh kegiatan Ansara hari ini. Gadis kecilnya begitu aktif siang ini, Ballet merupakan hal yang sangat di sukai gadisnya. Namun, Daren tentu membencinya, karena fokus gadis kecil itu akan terbagi, tidak berfokus pada dirinya saja.
"Adikku, sangat cantik. Bagaimana bisa ada perempuan secantikmu, Ansara." Ucap Ares terus menerus melontarkan pujian untuk sang adik.
"Ya, aku sangat bangga, menjadi abangmu, An." Ucapnya lagi.
Daren mengelengkan kepalanya, Ares memang selalu berlebihan jika menyangkut tentang Ansara. Daren mengetahui sejak kecil, Ares adalah orang yang paling cemburu melihat kedekatan antara dirinya dan Ansara. Cowok ber-headband itu akan menangis meraung kencang, jika Ansara mengabaikannya dan lebih memilih untuk bermain bersama Daren.
Setelah hampir lebih dua jam melakukan latihan. Ansara akhirnya lolos menjadi anggota Ballerina AHS, gadis kecil itu melompat senang. Bagaimanapun ini adalah pencapaian membanggakan baginya, akhirnya dia bisa memperluas hobby-nya saat ini.
Ansara berlari pelan, kearah Ares dan Daren. Melompat kearah Ares, dengan senang hati Ares menangkap sang adik. Memutar tubuhnya pelan ke arah kanan dan kiri.
"Selamat adik, kau hebat. Kau sungguh membanggakan, sayang." Puji Ares menciumi puncak kepala Ansara.
"Terimakasih Abang," jawab Ansara.
Ares menoleh ke samping, ia dapat melihat wajah tidak bersahabat dari Daren. Seolah paham, cowok itu berdeham, memberi kode pada adik kecilnya. Ansara yang paham, langsung terkekeh kecil, dia melupakan laki-laki yang berstatus sebagai calon tunangannya.
Ansara menoleh merentangkan kedua tangannya, Daren langsung menarik gadis kecil itu kedalam dekapan hangatnya.
"Selamat sayang, kau sungguh hebat!" Bisik Daren pelan, cowok itu mengelus pelan punggung terbuka milik Ansara.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.