Dia Antares

22 1 0
                                    


Di setiap sudut bumi, kita semua punya cerita.

****

Ares berjalan menyusuri lorong AHS, tak lupa dengan tongkat Baseball, yang bertengger di bahu tegap nya. Pewaris keluarga Mahatma itu begitu mempesona, dengan Headband hitam yang menghiasi kepala dengan model rambut Two block. Semua memandang cowok dengan tinggi 185 cm itu dengan penuh kekaguman, cowok yang pernah di kabarkan menjalin hubungan dengan Ramitha Utama, itu memang menyimpan sejuta kesempurnaan di setiap sisi wajah maupun kehidupan pribadi.

Ares tersenyum tipis, ketika obsidian teduh miliknya memandang satu objek yang menjadi kesukaannya akhir-akhir ini. Pertemuan tidak sengaja dengan gadis yang selalu menggunakan slayer scraf untuk menghiasi mahkota indahnya. Gadis pintar yang bersekolah di AHS melalui beasiswa itu, mampu menarik sejatuh-jatuhnya Ares pada pesona yang dimiliki gadis tersebut.

"Capella, lihat, Ares menatap Lo daritadi." Beritahu salah satu teman sekelas Ella, gadis itu menggoda Ella dengan menyenggol pelan bahu gadis dengan Slayer Scraf.

Capella memandang ke arah yang ditunjuk temannya itu.

Ia memicingkan mata, dan benar Antares Mahatma sedang menatap dirinya begitu lekat. Seolah dia adalah barang antik yang banyak diminati.

"Bukan gue, mana mungkin, gue gak semenguntungkan itu untuk hidup dia." Tukas Capella, gadis itu membuang wajah ke arah lain. Menghindari obsidian teduh milik Ares.

Capella tahu, bahkan ia sangat sadar. Namun, ia tidak ingin berurusan dengan Ramitha Utama, mantan kekasih Ares. Sudah cukup perundungan yang ia terima dari tiga serangkai selama ini.

Ares mendesah saat melihat, ketidakpedulian yang di tunjukkan oleh Capella. Gadis itu menghindari nya lagi kali ini.

Antares menoleh, saat merasa bahunya di tepuk oleh seseorang.

"Kaget gue," sentak Ares.

"Cantik banget, si Capella." Goda Kevin.

"Punya gue Bro," Ares menoyor pelan kening Kevin.

"Emang mau sama lo?" Ejek Kevin kembali.

"Vin, lo mau tahu satu hal gak?" Ujar Ares, cowok itu kembali memandang Capella, yang sedang sibuk dengan bolpoin dan buku di atas meja. Ares tahu gadis itu sangat giat belajar untuk mempertahankan beasiswa dari AHS.

"Saat jatuh cinta, lo akan lupa kalau jarak diantara bumi dan matahari itu jauh. Dan, lo juga ngerasa hati lo Gak Ada gravitasi-nya."

Kevin tersenyum mengejek sahabatnya.

"Terlalu berlebihan mengekspresikan, hal yang kita suka gak baik. Takutnya, gagal lalu sakit hati." Sahut Kevin kembali.

"Lo sama dia terlalu jauh, lo tahu, hidup kita sudah diatur sejak kecil. Susah untuk menentukan jalan yang kita inginkan," sambung cowok itu kembali.

Ares tersenyum, ia menepuk pelan bahu Kevin.

"Kalau memang gue gak punya jalan, gue akan buat jalan itu sendiri."

Kevin mengangkat bahunya acuh, "Cinta itu bulshit,"

"Cuma buat orang, yang patah hatinya." Potong Ares, ia itu berlalu meninggalkan Kevin.

Kevin menerawang, mengenang masa indah itu. Ya, itu dulu, saat ini, cowok itu begitu membenci setiap kenangan bersama gadis itu.

"Jangan sampai kita bertemu kembali, karena aku tidak akan membiarkan kau hidup tenang." Kevin mengepal kuat tangannya.

****

Ansara sibuk membuka tas rajut putih miliknya. Ya, tas putih yang berisi lolipop rasa vanilla kesukaannya.

The VillianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang