****
Ansara turun dari mobil yang sudah dibukakan pintunya oleh Mark.
"Nona muda, semoga harimu menyenangkan." Pria bertubuh besar itu, memberi hormat pada gadis dihadapannya.
"Terimakasih Paman," Ucap Ansara gadis itu tersenyum tipis, pada pria yang selalu setia menjaganya sedari kecil.
Ansara memang tidak pergi bersama Daren, sesuai keinginan gadis kecil itu. Padahal Daren, sudah menyuruh gadisnya itu, untuk beristirahat saja di Mansion. Namun, Ansara menolak hal tersebut.
Ansara berjalan memasuki AHS dengan lesu, saat berjalan tidak sengaja, ia menabrak seseorang. Gadis dengan rambut merah itu memandang tajam Ansara.
"Buta mata lo!" Ucapnya tajam.
"Mau gue colok, biar gak tambah buta."
"Maaf kak," ucap Ansara, gadis itu menunduk takut. Ia belum pernah dimarahi selama hidupnya.
"Maaf lo, bisa ganti baju gue yang kena debu?" Ramitha mulai mendorong Ansara kasar, gadis itu perlahan melangkah mundur karena dorongan itu, bahkan Ansara merasa bahunya terasa sakit.
"Bisu lo!!!" Teriaknya kesal.
"RAMITHA!!!!"
Teriakan itu, mengalihkan atensi Ramitha dan seluruh murid AHS yang menyaksikan hal tersebut.
"Apa mau belain dia? Berandalan gak guna." Ejek Ramitha, gadis itu memandang remeh Baraga.
"Gue bisa aja, patahin leher lo sekarang. Ngerasa hebat lo, Bully orang yang gak salah?" Sarkas Raga, cowok bertindik itu menarik Ansara kebelakang tubuh tegapnya.
"Ganggu dia, urusan sama gue lo." Ucap Baraga, ia menarik tangan Ansara. Membawa gadis itu menaiki lift.
Sedangkan Ramitha, gadis itu berteriak kesal. Baraga sialan, kenapa cowok berandalan itu menganggu kesenangannya saja.
"Apa lihat-lihat, pergi lo semua sialan!" Teriaknya kesal.
Kerumunan itu bubar, meninggalkan Ramitha dengan kekesalannya.
"Lihat aja, gue bakalan ganggu hidup lo. Sampai, gue puas." Gadis berambut merah itu menghentakan kakinya kesal.
***
Raga dan Ansara keluar dari lift secara bersamaan, semua memandang kaget. Bagaimana bisa gadis polos seperti Ansara, berjalan berdampingan dengan cowok berandalan AHS.
Ansara menghentikan langkahnya, "Kak--,,"
"Kenapa lo malu, jalan sama berandalan kayak gua?" Raga memotong ucapan Ansara.
Ansara mengibaskan kedua tangannya, "tidak Kak, An, mau berterimakasih. Kalau tidak ada kakak, mungkin masalahnya akan panjang." Ansara menjelaskan maksudnya.
"Gak masalah," Raga berjalan meninggalkan Ansara, cowok bertindik itu tersenyum tipis. Gadis kecil itu begitu polos dan sangat cantik, saat dilihat dari dekat. Bahkan, jantungnya berdetak sangat kencang saat ini.
Raga menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Ansara, masih pada posisi yang sama.
"Kalau Lo mau berterimakasih, jam istirahat ke rooftop gedung sebelah." Ya, kali ini cowok itu benar-benar melangkah pergi.
"Rooftop, gedung sebelah." Gumam Ansara lirih.
***
Carolina memasang satu kancing terakhir pada kemeja hitam ketat, tubuh indah milik wanita berusia 25 tahun ini memang tidak bisa dilewatkan begitu saja.
![](https://img.wattpad.com/cover/362918486-288-k735058.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
The Villian
RomanceHugo Darendra Aldrich, hanya tahu, Dunia itu indah, jika ada Ansara Mahatma.